Selasa, 15 November 2016

Keutamaan Berdzikir Dengan Jemari Kanan



حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ حِزَامٍ وَعَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ وَغَيْرُ وَاحِدٍ قَالُوا حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بِشْرٍ فَقَالَ سَمِعْتُ هَانِئَ بْنَ عُثْمَانَ عَنْ أُمِّهِ حُمَيْضَةَ بِنْتِ يَاسِرٍ عَنْ جَدَّتِهَا يُسَيْرَةَ وَكَانَتْ مِنْ الْمُهَاجِرَاتِ قَالَتْ قَالَ لَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَيْكُنَّ بِالتَّسْبِيحِ وَالتَّهْلِيلِ وَالتَّقْدِيسِ وَاعْقِدْنَ بِالْأَنَامِلِ فَإِنَّهُنَّ مَسْئُولَاتٌ مُسْتَنْطَقَاتٌ وَلَا تَغْفُلْنَ فَتَنْسَيْنَ الرَّحْمَةَ

Musa bin Hizam, Abd bin Humaid dan yang lainnya menceritakan kepada kami, mereka berkata: Muhammad bin Bisyr menceritakan kepada kami, ia berkata: Aku mendengar Hani' bin Utsman berkata dari ibunya yaitu Humaidhah binti Yasir, dari neneknya yaitu Yusairah —ia adalah salah seorang perempuan yang turut hijrah—: Rasulullah bersabda kepada kami, 'Bacalah tashbih, tahlil dan tahmid dan taqdis, dan hitunglah dengan jari. Sesunggnhnya jari-iari itu akan dimintai pertanggungjawaban lagi diminta bicara. Janganlah kalian lalai, sehingga kalian akan lalai terhadap rahmat (Allah). {HR Tirmidzi no 3583, Abu Dawud no 1501, Syaikh Albani menilainya Hasan dalam kitabnya Al Misykah}

Hadist yang agung ini menunjukkan besarnya keutamaan menghitung dzikir dengan jari-jari tangan, karena jari-jari itu, sebagaimana anggota badan lainnya, akan menjadi saksi dihadapan Allah pada hari kiamat atas amal kebaikan yang dilakukan oleh seorang hamba di dunia. Inilah makna firman Allah :

يَوْمَ تَشْهَدُ عَلَيْهِمْ أَلْسِنَتُهُمْ وَأَيْدِيهِمْ وَأَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

pada hari (ketika), lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan {QS An Nur 24}

Beberapa pelajaran penting yang dapat kita petik dari hadist ini :
·         Jari-jari tangan yang dimaksud disini adalah tangan kanan, karena inilah yang dicontohkan oleh Rasulullah
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْقِدُ التَّسْبِيحَ قَالَ ابْنُ قُدَامَةَ بِيَمِينِهِ
Dari Abddullah bin Amr, dia berkata, "Saya pernah melihat Rasulullah menghitung bacaan tasbih." Ada tambahan, "... dengan tangan kanan Beliau . {HR Abu Dawud no 1502, Tirmidzi no 3486, Syaikh Albani menilai Hadist ini shahih}

Juga berdasarkan keumuman Hadist Rasulullah bahwa Beliau menyukai tangan kanan dalam perkara-perkara yang baik.

·         Menghitung jumlah dzikir dengan subhah (biji-biji tasbih), sebagaimana yang dilakukan oleh sebagian kaum Muslimin, merupakan cara berdzikir yang tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah dan para shahabatnya. Cukuplah hadist diatas menunjukkan buruknya cara berdzikir tersebut, karena dengan adanya biji-biji tasbih ini menjadikan banyak kaum Muslimin meninggalkan petunjuk Rasulullah dalam menghitung jumlah dzikir dengan tangan kanan, padahal cara berdzikir seperti itu jelas lebih utama dan diridhai oleh Allah .

·         Ada hadist yang dinisbatkan kepada Rasulullah tentang keutamaan berdzikir dengan biji-bijian tasbih, tapi hadist ini adalah hadist palsu yang dibuat-buat atas nama Rasulullah . Lafadz hadist tersebut adalah

نعم المذكر السبحة  

Sebaik-baik alat untuk berdzikir adalah subhah (biji-bijian tasbih) {Syaikh Albani mengatakan hadist ini PALSU di Kitabnya Silsilah Hadist Dho’if no 83}

Hadist ini palsu karena didalam sanadnya ada perawi yang bernama Muhammad bin Harun bin Isa bin Manshur al Hasyimi.
Imam Ibnu Asakir dan Imam al Khatib al Baghdadi menyebutkan bahwa beliau sebagai pemalsu hadist.
Demikian pula lafadz hadist:

كان يسبح بالحصى  

Rasulullah bila bertasbih menggunakan batu kerikil {Syaikh Albani mengatakan hadist ini PALSU di Kitabnya Silsilah Hadist Dho’if no 102}
Hadist ini palsu karena didalam sanadnya ada perawi yang bernama Abdullah bin Muhammad al Qudami, dia meriwayatkan hadist-hadist palsu dari Imam Malik

·         Sebagian ulama ada yang membolehkan berdzikir dengan biji-biji tasbih. Mereka berdalil dengan beberapa hadist yang menunjukkan bahwa Rasulullah membolehkan dan membiarkan beberapa orang shahabat yang berdzikir dengan menggunakan batu-batu kerikil dan biji-bijian kurma. Akan tetapi, semua hadist tersebut LEMAH dan sama sekali tidak bisa dijadikan sandaran.
Yang paling terkenal adalah dua hadist, dari Sa’ad bin Abi Waqqash dan Shafiyyah binti Huyay. Hadist yang pertama dalam sanadnya ada perawi yang majhul (tak dikenal) dan perawi mukhtalath (yang hafalannya menjadi tidak kuat di akhir usianya). Adapaun hadist kedua dalam sanadnya ada perawi yang lemah.

·         Perlu ditegaskan disini bahwa menghitung dzikir dengan biji-biji tasbih tidak dibutuhkan dalam mengamalkan dzikir yang benar dan bersumber dari hadist Rasulullah yang shahih, karena jumlah terbanyak yang dihitung dalam dzikir-dzikir yang diajarkan Rasulullah adalah 100 kali, dan ini mudah dihitung dengan jari-jari tangan kanan

Adapun dzikir dalam jumlah yang sangat banyak seperti seribu, lima ribu, sepuluh ribu atau jumlah lainnya, maka semua ini bertentangan dengan petunjuk Allah dan RasulNya bahkan termasuk bid’ah dan kesesatan. Kemudian kesesatan inilah yang menarik kesesatan berikutnya, yaitu menghitung dzikir dengan biji-biji tasbih, karena jumlah dzikir yang dihitung sangat banyak



Wallahu a’lam

Sumber: Majalah As Sunnah Edisi 09/Thn XIX Rabi’ul Awwal 1437-Januari 2016





Abu Jeehan
Pekanbaru, 15 Safar 1438H