حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ
حِزَامٍ وَعَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ وَغَيْرُ وَاحِدٍ قَالُوا حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ
بِشْرٍ فَقَالَ سَمِعْتُ هَانِئَ بْنَ عُثْمَانَ عَنْ أُمِّهِ حُمَيْضَةَ بِنْتِ يَاسِرٍ
عَنْ جَدَّتِهَا يُسَيْرَةَ وَكَانَتْ مِنْ الْمُهَاجِرَاتِ قَالَتْ قَالَ لَنَا رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَيْكُنَّ بِالتَّسْبِيحِ وَالتَّهْلِيلِ
وَالتَّقْدِيسِ وَاعْقِدْنَ بِالْأَنَامِلِ فَإِنَّهُنَّ مَسْئُولَاتٌ مُسْتَنْطَقَاتٌ
وَلَا تَغْفُلْنَ فَتَنْسَيْنَ الرَّحْمَةَ
Musa bin Hizam, Abd bin Humaid dan yang lainnya menceritakan
kepada kami, mereka berkata: Muhammad bin Bisyr menceritakan kepada kami, ia
berkata: Aku mendengar Hani' bin Utsman berkata dari ibunya yaitu Humaidhah
binti Yasir, dari neneknya yaitu Yusairah —ia adalah salah seorang perempuan yang turut hijrah—: Rasulullah
bersabda kepada kami, 'Bacalah tashbih, tahlil dan tahmid dan taqdis, dan
hitunglah dengan jari. Sesunggnhnya jari-iari itu akan dimintai
pertanggungjawaban lagi diminta bicara. Janganlah kalian lalai, sehingga kalian
akan lalai terhadap rahmat (Allah).
{HR Tirmidzi no 3583, Abu Dawud no 1501, Syaikh Albani menilainya Hasan
dalam kitabnya Al Misykah}
Hadist
yang agung ini menunjukkan besarnya keutamaan menghitung dzikir dengan
jari-jari tangan, karena jari-jari itu, sebagaimana anggota badan lainnya, akan
menjadi saksi dihadapan Allah ﷻ pada hari kiamat atas
amal kebaikan yang dilakukan oleh seorang hamba di dunia. Inilah makna firman
Allah ﷻ:
يَوْمَ تَشْهَدُ عَلَيْهِمْ
أَلْسِنَتُهُمْ وَأَيْدِيهِمْ وَأَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
pada hari (ketika), lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi
atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan {QS An Nur 24}
Beberapa
pelajaran penting yang dapat kita petik dari hadist ini :
·
Jari-jari tangan yang dimaksud disini adalah tangan
kanan, karena inilah yang dicontohkan oleh Rasulullah ﷺ
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ
عَمْرٍو قَالَ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْقِدُ
التَّسْبِيحَ قَالَ ابْنُ قُدَامَةَ بِيَمِينِهِ
Dari Abddullah bin Amr, dia berkata,
"Saya pernah melihat Rasulullah ﷺ menghitung bacaan tasbih." Ada
tambahan, "... dengan tangan kanan Beliau ﷺ.
{HR Abu Dawud no 1502, Tirmidzi no 3486, Syaikh Albani menilai Hadist ini
shahih}
Juga berdasarkan keumuman Hadist
Rasulullah ﷺ bahwa Beliau ﷺ
menyukai tangan kanan dalam perkara-perkara yang baik.
·
Menghitung jumlah dzikir dengan subhah (biji-biji
tasbih), sebagaimana yang dilakukan oleh sebagian kaum Muslimin, merupakan cara
berdzikir yang tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah ﷺ dan para shahabatnya. Cukuplah hadist diatas menunjukkan
buruknya cara berdzikir tersebut, karena dengan adanya biji-biji tasbih ini
menjadikan banyak kaum Muslimin meninggalkan petunjuk Rasulullah ﷺ dalam menghitung jumlah dzikir dengan
tangan kanan, padahal cara berdzikir seperti itu jelas lebih utama dan diridhai
oleh Allah ﷻ.
·
Ada hadist yang dinisbatkan kepada Rasulullah ﷺ tentang keutamaan berdzikir dengan
biji-bijian tasbih, tapi hadist ini adalah hadist palsu yang dibuat-buat
atas nama Rasulullah ﷺ. Lafadz hadist
tersebut adalah
نعم المذكر السبحة
Sebaik-baik alat untuk berdzikir
adalah subhah (biji-bijian tasbih) {Syaikh Albani mengatakan hadist ini
PALSU di Kitabnya Silsilah Hadist Dho’if no 83}
Hadist ini palsu karena didalam
sanadnya ada perawi yang bernama Muhammad bin Harun bin Isa bin Manshur al
Hasyimi.
Imam Ibnu Asakir dan Imam al Khatib
al Baghdadi menyebutkan bahwa beliau sebagai pemalsu hadist.
Demikian pula lafadz hadist:
كان يسبح بالحصى
Rasulullah ﷺ
bila bertasbih menggunakan batu kerikil {Syaikh Albani mengatakan hadist ini
PALSU di Kitabnya Silsilah Hadist Dho’if no 102}
Hadist ini palsu karena didalam
sanadnya ada perawi yang bernama Abdullah bin Muhammad al Qudami, dia
meriwayatkan hadist-hadist palsu dari Imam Malik
·
Sebagian ulama ada yang membolehkan berdzikir dengan
biji-biji tasbih. Mereka berdalil dengan beberapa hadist yang menunjukkan bahwa
Rasulullah membolehkan dan membiarkan beberapa orang shahabat yang berdzikir
dengan menggunakan batu-batu kerikil dan biji-bijian kurma. Akan tetapi, semua
hadist tersebut LEMAH dan sama sekali tidak bisa dijadikan sandaran.
Yang paling terkenal adalah dua
hadist, dari Sa’ad bin Abi Waqqash dan Shafiyyah binti Huyay. Hadist yang
pertama dalam sanadnya ada perawi yang majhul (tak dikenal) dan perawi mukhtalath
(yang hafalannya menjadi tidak kuat di akhir usianya). Adapaun hadist kedua
dalam sanadnya ada perawi yang lemah.
·
Perlu ditegaskan disini bahwa menghitung dzikir dengan
biji-biji tasbih tidak dibutuhkan dalam mengamalkan dzikir yang benar dan
bersumber dari hadist Rasulullah ﷺ
yang shahih, karena jumlah terbanyak yang dihitung dalam dzikir-dzikir yang
diajarkan Rasulullah ﷺ adalah 100 kali, dan
ini mudah dihitung dengan jari-jari tangan kanan
Adapun
dzikir dalam jumlah yang sangat banyak seperti seribu, lima ribu, sepuluh ribu
atau jumlah lainnya, maka semua ini bertentangan dengan petunjuk Allah ﷻ dan RasulNya ﷺ
bahkan termasuk bid’ah dan kesesatan. Kemudian kesesatan inilah yang menarik
kesesatan berikutnya, yaitu menghitung dzikir dengan biji-biji tasbih, karena
jumlah dzikir yang dihitung sangat banyak
Wallahu
a’lam
Sumber:
Majalah As Sunnah Edisi 09/Thn XIX Rabi’ul Awwal 1437-Januari 2016
Abu
Jeehan
Pekanbaru, 15 Safar 1438H