Jumat, 07 Agustus 2015

Prioritaskan Dakwah Tauhid





Dakwah tauhid merupakan dakwah yang harus diutamakan oleh segenap para da’i karena ia adalah pondasi segala kebaikan. Karena dakwah tauhid adalah inti dakwah para Rasul dari mulai Nuh alaihis salam hingga Muhammad . Sebagaimana Allah berfirman:

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap ummat (untuk menyerukan): Sembahlah Allah saja dan jauhilah taghut” (An Nahl 36)

Dakwah tauhid adalah dakwah Allah dan RasulNya lewat Kitab dan Sunnah, sedangkan dakwah selainnya merupakan buah pikiran manusia. Cukuplah keutamaan dakwah tauhid bahwa ia sebagai rukun Islam yang pertama dan kunci kebahagiaan dunia dan akhirat, ketika manusia lahir di dunia diajari kalimat tauhid supaya beribadah kepada Allah tanpa sekutu bagiNya dan disaat sakaratul maut di talqini kalimat tauhid agar dia mati dalam keadaan pasrah kepada Allah dan beruntung dengan surga

Tauhid Adalah Poros Perbaikan Umat

Dakwah perbaikan ummat manusia yang diserukan oleh para Rasul itu adalah dakwah tauhid, memerangi syirik. Karena kesyirikan adalah suatu kemungkaran dan kezhaliman yang paling besar di permukaan bumi ini. Dan tauhid yang diserukan oleh para Nabi dan Rasul adalah tauhid uluhiyah.

Sedangkan tauhid rububiyah pada zaman Nabi masyarakat kafir quraisy sudah meyakininya sebagaimana Allah berfirman:

“Katakanlah: siapakah yang memberi rizki kepadamu dari langit dan bumi atau siapakah yang kuasa menciptakan pendengaran dan penglihatan dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup, dan siapakah yang mengatur segala urusan ? Maka mereka akan menjawab: Allah. Maka katakanlah: mengapa kamu tidak bertaqwa (kepadaNya)” {Yunus 31}

Makna dari ayat tersebut bahwa kaum musyrikin pada zaman Nabi mengakui/mengimani tauhid rububiyah, tetapi hal ini belum dapat memasukkan mereka dalam jenis tauhid yang menjadi tujuan dakwah para Rasul

Dakwah tauhid bukanlah dakwah global yang hanya menyeru kepada manusia “Ayo Bertauhid”, akan tetapi dakwah yang mulia ini memperinci mana yang tauhid dan mana yang syirik. Maka dengan demikian wajib atas setiap muslim untuk mempelajari tauhid serta mempelajari apa itu syirik agar tidak terjerumus dalam kesyirikan. Karena Allah berfirman:

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendakiNya. Barangsiapa mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar” {An Nisa 48} 

Syubhat & Bantahan

Dakwah ini membutuhkan waktu yang panjang dan lama untuk memetik hasilnya, tapi justru hal itulah yang dituntunkan oleh syariat Islam. Kita tidak akan ditanya oleh Allah tentang berapa jumlah pengikut yang berhasil kita rekrut ? Tetapi yang akan ditanya adalah: Sudahkah kita menyampaikan kepada manusia sebagaimana yang diperintahkan. Lihatlah dakwah nabi Nuh selama 950 tahun, apakah beliau memulai dakwahnya dari politik atau dari manajemen qolbu, beliau hanya memulai dengan tauhid dan tauhid saja

Sebagian manusia menyangka bahwa dakwah tauhid hanya ditujukan kepada orang yang masih kafir saja mereka beranggapan bahwa kaum muslimin sudah bertauhid secara murni. Yang beranggapan seperti ini adalah tidak paham fakta atau dia tidak paham makna tauhid yang sebenarnya.

Kitab-kitab aqidah seperti Aqidah Thohawiyah dan selainnya yang ditulis oleh para ulama untuk disampaikan kepada kaum muslimin, ini menunjukkan fakta betapa rusaknya aqidah kaum muslimin baik perkataan maupun perbuatan, lalu bagaimana mungkin seorang da’i menuntut kaum muslimin untuk memperbaiki politik dan meninggalkan korupsi serta lainnya sementara tidak menuntut untuk memperbaiki aqidah serta meninggalkan syirik.

Apa faedah seruan perbaikan politik dan kejayaan Islam jika pelakunya yang diajak belumlah selamat dari kesyirikan. Apa arti politik dan kejayaan Islam ditangan kaum Jahmiyyah, Rafidhoh dan Quburiyyun. Apa faedah dari daulah Mu’tazilah di zaman Imam Ahmad atau daulah syi’ah Iran pada masa ini.

Orang yang mendakwahkan selain dakwah tauhid bagaikan orang yang mengharap buah tanpa menanam, atau ingin mendapat buah tanpa memanjat pohon atau menjulurkan tangan untuk mengambilnya. Maka buah hanyalah di alam khayal atau jika buah itu diperoleh dengan cara lain seperti dilempar maka buah tersebut akan cacat atau tidak utuh. Kenapa kita merasa cukup dengan buah yang cacat, padahal kita mampu untuk mendapatkan buah secara sempurna dengan cara yang mudah dan benar. Oleh karena itu, lebih baik lambat sekalipun terkadang tidak mendapatkan buah tetapi menempuh jalan yang benar, daripada cepat dan mendapat buah sekalipun tidak utuh tetapi menempuh jalan yang salah.

Sebagian da’i sekarang melihat kepada buah dan hasil yang diperoleh tanpa melihat jalan yang ditempuh, inilah kesalahan fatal dalam berdakwah. Menganggap bahwa jika politik baik maka Islam akan baik sehingga lebih mengutamakannya ketimbang dakwah tauhid. Dari sinilah timbul kerusakan-kerusakan dalam berdakwah.

Yang harus kita pahami ialah bahwa Allah membebani kita untuk mencocoki jalan yang Allah telah gariskan, bukan buah yang akan diperoleh. Apabila seorang da’i benar dalam meniti jalan dakwahnya walaupun tidak ada yang mengikutinya sebagaimana ada diantara para Nabi yang tidak memiliki pengikut. Cukuplah sebagai hasil dakwahnya bahwa dia telah beruntung dengan meniti jalan yang Allah tetapkan.

Semoga allah memberi taufiq kepada kita dan kepada segenap kaum Muslimin



Wallahu a’lam

Sumber :      Fiqih Dakwah Para Nabi
                   Kasyfus Syubhat
                   Majalah Al Furqon no 130


Abu Jeehan
Pekanbaru, 23 Syawwal 1436H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar