Jumat, 23 Desember 2016

Kalau Memang Islam Agama Yang Benar, Mengapa Ummat Islam Terbelakang (Bagian 2 Terakhir)





Apakah Kejayaan Akan Kembali Kepada Islam ???

Setelah kita memahami bahwa masa-masa kemenangan dan kekalahan itu dipergilirkan oleh Allah diantara manusia, dan saat ini kejayaan sedang dirasakan oleh kaum kuffar, maka apakah kejayaan itu akan kembali kepada kaum muslimin lagi seperti dahulu kala ?

Dengan tegas dan penuh keyakinan kita jawab: “Ya”. Kejayaan pasti akan kembali kepada Islam dan itu adalah janji Allah dan Allah tak akan menyelisihi janjiNya. Banyak sekali ayat Al Qur’an dan Hadist yang menegaskan bahwa Islam akan kembali Berjaya sebagaimana dahulu pernah berjaya.

Allah berfirman:

هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ

Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang-orang musyrik benci {QS Ash Shaff 9}

Rasulullah bersabda:

Sungguh perkara (agama) ini akan menjangkau wilayah-wilayah yang telah dijangkau oleh siang dan malam dan Allah tidak akan menyisakan satu rumah pun baik di perkotaan maupun di pelosok-pelosok melainkan pasti Allah masukkan padanya agama ini dengan perantara kemuliaannya orang yang mulia ataupun kehinaan-kehinaan orang yang hina” {HR Ahmad 16957, shahih sesuai syarat Bukhori dan Muslim}

Rasulullah bersabda:

لَتُقَاتِلُنَّ الْيَهُودَ فَلَتَقْتُلُنَّهُمْ حَتَّى يَقُولَ الْحَجَرُ يَا مُسْلِمُ هَذَا يَهُودِيٌّ فَتَعَالَ فَاقْتُلْهُ

Kalian akan memerangi Yahudi dan kalian akan membunuh mereka hingga batu berkata: 'Hai Muslim, ini orang Yahudi, kemarilah lalu bunuhlah {HR Muslim di Kitab Fitnah}

Ayat-ayat dan hadist-hadist diatas cukuplah untuk menunjukkan kepada kita semua bahwa sebelum datang hari kiamat, Islam akan kembali mengalami masa kejayaan dan kemenangan sebagaimana dahulu. Akan tetapi, Allah dengan hikmahNya menghendaki bahwa kemenangan itu akan terwujud apabila sebab-sebabnya ditempuh

Sebab-Sebab Kemenangan

Adapun sebab-sebab kemenangan yang hendaknya ditempuh, diantaranya adalah:

1.    Beriman dan beramal shalih

Allah berfirman:

وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الأرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا

Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa {QS An Nuur 55}

2.    Kembali kepada agama Allah

Rasulullah bersabda:

عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِينَةِ وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ وَرَضِيتُمْ بِالزَّرْعِ وَتَرَكْتُمْ الْجِهَادَ سَلَّطَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ ذُلًّا لَا يَنْزِعُهُ حَتَّى تَرْجِعُوا إِلَى دِينِكُمْ

Dari Ibnu Umar, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah bersabda, "Jika kalian melakukan jual beli dengan cara 'inah, mengambil ekor-ekor sapi, sibuk dengan pertanian, dan meninggalkan jihad, maka Allah akan menebarkan kehinaan kepada kalian, yang tidak akan dicabutnya sampai kalian kembali ke agama Allah {HR Abu Daud 3462 (Shahih) Ash-Shahihah 11}

3.    Mempelajari dan mengikuti jejak pendahulu kita as salafush shalih

Sebagaimana ucapan Imam Malik yang sangat masyhur: “Tidak akan baik urusan generasi akhir ummat ini kecuali dengan apa yang telah membuat baik generasi pendahulunya”

4.    Mengokohkan kesabaran dan selalu siap siaga

Allah berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung {QS Ali Imron 200}

5.    Berpegang teguh dengan agama Allah dan tidak bercerai berai

Allah berfirman:

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلا تَفَرَّقُوا

Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai {QS Ali Imron 103}

Sebab, bercerai-berai itu akan menghilangkan kekuatan, sebagaimana Allah berfirman:

وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ

Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu {QS Al Anfal 46}

Pada dua ayat diatas, Allah mengisyaratkan akan pentingnya persatuan. Namun, yang dimaksud bukanlah semata-mata persatuan jasad, melainkan persatuan hati pula dalam memegangi tali (agama) Allah yaitu aqidah shahihah (aqidah yang benar) dan syari’ah muthaharoh (syari’at yang suci)

Penutup

Mungkin diantara kita ada yang bertanya: “Melihat kondisi kaum muslimin yang sedemikian parah seperti ini, apakah mereka akan mampu bangkit menempuh sebab-sebab kemenangan tersebut ?”

Jawabnya: Ketika Allah telah berkehendak untuk memenangkan agamaNya dan mengaitkan kemenangan itu dengan sebab-sebab, maka sebab-sebab itu pun pasti akan terwujud. Walaupun seandainya kita tidak mau menempuh sebab-sebab itu dan hanya berpangku tangan saja, kemenangan tetap akan terwujud karena itu adalah janji Allah, tetapi terwujudnya kemenangan itu bukan dengan perantaraan kita. Allah akan ganti kita dengan kaum yang lain yang lebih baik dari kita kemudian mereka akan berjuang tidak seperti kita yang hanya berpangku tangan saja, kemudian Allah akan wujudkan kemenangan itu melalui tangan-tangan mereka. Allah berfirman:

وَإِنْ تَتَوَلَّوْا يَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْ ثُمَّ لا يَكُونُوا أَمْثَالَكُمْ

Dan jika kamu berpaling niscaya Dia akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain, dan mereka tidak akan seperti kalian ini {QS Muhammad 38}

Maka pilihan ada ditangan kita, apakah kita memilih untuk menjadi pejuang-pejuang yang berjuang menyongsong masa kejayaan Islam atau Allah akan ganti kita dengan kaum lain yang lebih baik dari kita. Apabila kita memilih untuk menjadi pejuang yang menyongsong kejayaan Islam maka itu adalah sebuah keutamaan dan kemuliaan besar bagi kita. Namun, bila kita memlilih pilihan yang kedua maka alangkah meruginya kita

Wallahu a’lam

Sumber: Majalah Al Furqon Edisi 3 Tahun 14 Syawwal 1435H

Abu Jeehan
Pekanbaru, 25 Rabiul Awwal 1438H

Sabtu, 17 Desember 2016

Kalau Memang Islam Agama Yang Benar, Mengapa Ummat Islam Terbelakang (Bagian 1 dari 2 Tulisan)





Keadaan ummat Islam di sebagian wilayah sedang berada dalam kondisi lemah, terpuruk, terbelakang, dan bahkan terjajah, dikuasai oleh bangsa lain seperti ummat Islam yang berada di Palestina, Suriah, Nyanmar, dan yang lainnya.

Kondisi lemah tersebut berlangsung dalam kurun waktu yang cukup lama, kurang lebih sejak abad ke 19 M (yaitu masa penjajahan bangsa-bangsa Eropa terhadap wilayah-wilayah kaum Muslimin) hingga sekarang. Sementara itu, kekuatan besar baik kekuatan persenjataan, militer, teknologi, ekonomi, politik, dan kekuatan-kekuatan penting lainnya berada pada bangsa kuffar. Itulah sedikit gambaran tentang kondisi sebagian kaum Muslimin saat ini.

Syubhat

Fakta yang memilukan tadi dijadikan alat oleh para pendengki Islam untuk menggembosi semangat kaum Muslimin. Mereka menyebarkan syubhat dengan memunculkan fakta tersebut. Mereka mengatakan: “Mengapa ummat Islam mengalami keterpurukan yang berkepanjangan ? Dan mengapa kejayaan dan kemenangan justru berada di pihak bangsa-bangsa kuffar ? Kalau memang Islam adalah agama yang benar dan diridhoi Allah , tentu kemenangan berada di pihak Islam. Allah pasti menolong agamaNya dan memenangkannya diatas agama lainnya. Tapi mana buktinya ??”

Syubhat ini benar-benar merasuk dan sangat berpengaruh pada jiwa sebagian besar ummat Islam, khususnya dari kalangan awam. Bahkan, mungkin syubhat ini sudah lebih dahulu menjangkiti jiwa dan pikiran mereka sebelum dimunculkan oleh para pendengki Islam.

Mereka pesimis dengan kemenangan Islam, patah semangat, kalah mental, dan menganggap mustahil Islam akan bisa menang. Ditambah lagi dengan kondisi kaum Muslimin yang banyak berselisih, berseteru satu sama lain, bercerai-berai dan terpecah-pecah menjadi berkelompok-kelompok serta susah untuk disatukan—padahal persatuan adalah salah satu unsur terpenting dalam meraih kemenangan—hal ini semakin menambah patah semangat dan kekalahan mental mereka. Dan tidak jarang, kekalahan mental ini mengantarkan mereka kepada perasaan ragu dan bimbang terhadap kebenaran Islam.

Fatalnya Pola Pikir Ini

Sungguh cara berpikir seperti ini amat berbahaya. Pola pikir seperti ini hanya menyusupi jiwa yang lemah imannya dan tipis keyakinannya. Pola pikir ini sangat bertentangan dengan keimanan kepada qodho dan qodhar, disamping menunjukkan minimnya keyakinan terhadap janji Allah dan hanya memandang kepada hal-hal yang tampak semata.

Bagaimana mungkin seorang mukmin berprasangka buruk seperti itu kepada Allah ? Padahal, Allah telah menetapkan bahwasanya kemenangan itu untuk agamaNya dan bahwasanya akibat yang baik itu bagi orang-orang yang bertaqwa.

Pasukan-pasukanNya lah yang akan menjadi pemenang dan bumi ini akan diwariskan Allah kepada hamba-hambaNya yang sholih.

Barangsiapa yang memiliki prasangka seperti itu—yaitu agama Allah tidak akan menang—sungguh ia telah berburuk sangka kepada Allah suatu sifat yang tidak layak bagiNya.

Sesungguhnya keagungan, kemuliaan, dan kebijaksanaan Allah sangat menolak hal itu semua. Dan orang yang memiliki prasangka seperti itu sungguh ia tidak mengenal kemuliaan Allah , keagunganNya dan kebijaksanaanNya.

Mengurai Syubhat

Maka dari itu, pola pikir seperti ini harus segera ditanggulangi. Dan diantara cara untuk menanggulanginya adalah dengan mengurai syubhat yang sedang bercokol di benak mereka.

Untuk mengurai syubhat ini, ada dua hal yang hendaknya ditanamkan kepada kaum Muslimin, yakni:

1.    Memahami dengan benar permasalahan qodho dan qodhar

Banyak definisi yang dipaparkan oleh para ulama tentang makna qodhar. Definisi yang satu dengan yang lainnya saling melengkapi. Sebagian ulama mendefinisikan bahwa qodhar adalah ketentuan Allah untuk semua isi jagad raya ini sesuai dengan ilmuNya yang mendahului segala sesuatu dan berdasarkan hikmah yang dimilikiNya.

Sebagian lainnya memaparkan bahwa qodhar adalah ilmu Allah yang telah mendahului segala sesuatu dan yang telah ditulis oleh pena tentang apa saja yang terjadi untuk selamanya. Dan sebagian lagi mengatakan bahwa qodhar adalah ilmu, pencatatan, kehendak, dan penciptaan Allah terhadap segala sesuatu yang ada di jagad rayaNya.

Ibnu Taimiyah berkata: “Segala yang dikehendaki Allah pasti terjadi dan segala yang tidak dikehendaki Allah pasti tak terjadi. Tidak ada di jagad raya ini satu kejadian pun melainkan itu dengan kehendakNya, bahkan Dia berkuasa atas segala sesuatu. Tidaklah Allah berkehendak atas sesuatu melainkan Allah pasti kuasa untuk mewujudkannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang telah terjadi, apa yang sedang terjadi, dan apa yang tidak terjadi kalau seandainya terjadi bagaimana jadinya.

Iman kepada qodho dan qodhar memiliki empat tingkatan, yaitu mengimani bahwa:
·         Segala yang terjadi di jagad raya ini telah diketahui Allah

Allah berfirman:
هُوَ اللَّهُ الَّذِي لا إِلَهَ إِلا هُوَ عَالِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ
Dia-lah Allah Yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata, Dia-lah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang {QS Al Hasyr 22}
·          Segala yang terjadi di jagad raya ini telah ditulis oleh Allah

Rasulullah bersabda:
كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلَائِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ
Allah telah menulis takdir semua makhluk 50,000 tahun sebelum Dia menciptakan langit dan bumi {HR Muslim di Kitab Taqdir}

·          Segala yang terjadi di jagad raya ini berjalan dengan kehendak Allah

Allah berfirman:
إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ
Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: "Jadilah!" maka terjadilah ia. {QS Yaasin 82}

·          Segala yang terjadi di jagad raya ini diciptakan oleh Allah

Allah berfirman:
اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ
Allah-lah Pencipta segala sesuatu {QS Az Zumar 62}

Setelah kita memahami masalah qodhar sebagaimana dipaparkan diatas, maka pahamilah bahwa kemenangan yang didapatkan oleh bangsa-bangsa kuffar dan kekalahan yang dialami oleh kaum Muslimin itu termasuk sesuatu yang telah diketahui Allah sebelum terjadinya bahkan telah ditulisNya dalam Lauhul Mahfuzh, dikehendaki dan diciptakanNya.

Karena, sekali lagi, tidak ada satu kejadian pun di alam raya ini yang keluar dari kehendak Allah . Dan Allah   menghendaki itu semua berdasarkan ilmu dan hikmah yang ada padaNya. Apabila hal itu kita pahami dengan baik maka akan sedikit terurai syubhat yang kita resahkan.

2.    Memahami sunatullah (hukum yang diberlakukan Allah ) di jagad raya

Ayat –ayat Allah yang ada didalam Qur’an maupun ayat-ayatNya yang ada di alam semesta ini (ayat kauniyah) menjelaskan kepada kita bahwasanya masa-masa kemenangan itu tidak selamanya diperuntukkan kepada suatu kaum saja secara terus-menerus, tetapi akan dipergilirkan oleh Allah dari suatu kaum kepada kaum yang lain untuk suatu hikmah yang dikehendakiNya.

Adapun ayat-ayat Qur’an yang menunjukkan hal tersebut adalah firman Allah berikut ini:

وَلا تَهِنُوا وَلا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الأعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
إِنْ يَمْسَسْكُمْ قَرْحٌ فَقَدْ مَسَّ الْقَوْمَ قَرْحٌ مِثْلُهُ وَتِلْكَ الأيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَيَتَّخِذَ مِنْكُمْ شُهَدَاءَ وَاللَّهُ لا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ

Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman. Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itu pun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang lalim {QS Ali Imron 139-140}

Berkenaan dengan ayat diatas berkata Syaikh As Sa’di: “Pada ayat diatas, Allah menghibur kaum mukminin dari kekalahan yang mereka alami dan menjelaskan kepada mereka beberapa hikmah dari kekalahan tersebut, maka Allah pun berfirman

إِنْ يَمْسَسْكُمْ قَرْحٌ فَقَدْ مَسَّ الْقَوْمَ قَرْحٌ مِثْلُهُ

Jika kamu (pada perang uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang badar) mendapat luka yang serupa

Kalian dan mereka (kaum kafirin) sama-sama memperoleh luka, tetapi kalian bisa berharap dari Allah sesuatu yang tidak bisa mereka harapkan (yaitu pahala dan ridhaNya). Dan diantara hikmah yang lain adalah bahwasanya kenikmatan dunia ini memang Allah berikan kepada siapa saja baik mukmin maupun kafir, orang yang berbakti maupun orang yang durhaka. Maka dari itu, Allah pergilirkan hari-hari (kejayaan dan kehancuran) diantara manusia, terkadang Allah berikan kepada suatu golongan dan terkadang dihari yang lain Allah berikan kepada golongan yang lain, karena kenikmatan dunia ini fana dan akan segera usai, berbeda halnya dengan akhirat, maka akhirat itu dikhususkan bagi kalian saja, wahai kaum mukminin.

Adapun ayat-ayat kauniyah yang menjelaskan akan hal itu adalah fakta-fakta sejarah yang ada. Tidak ada suatu kaum atau suatu bangsa pun dalam sejarah dunia yang mengalami masa kejayaan abadi selamanya dari sejak munculnya bangsa itu hingga sekarang.
Bangsa-bangsa yang pernah berjaya di masa lalu, sebagian sudah tak terdengar lagi kejayaannya saat ini atau bahkan ada yang musnah tinggal kenangan.

Di awal mula kemunculan Islam, kaum muslimin jumlahnya sedikit, lemah dan tertindas, sehingga sampailah mereka pada kondisi berat yang tidak tertahankan sehingga mereka berhijrah ke Madinah dan disana Islam berkembang, jumlah kaum muslimin pun bertambah dan kekuatan pun mulai tersusun sehingga mereka bisa melakukan perlawanan terhadap kaum kafir Quraisy, kemudian mereka menang pada perang badar lalu pada perang uhud mereka mengalami kekalahan, kemudian pada peperangan berikutnya, kemenangan demi kemenangan mereka raih hingga akhirnya mereka bisa menakhlukkan kota Makkah, sebuah kota yang dahulu mereka terusir darinya.

Setelah itu, kemenangan demi kemenangan mereka raih kembali. Daerah kekuasaan Islam semakin meluas di masa Khilafah Ar Rasyidin, dan dilanjutkan dengan Daulah Bani Umayyah, kemudian digantikan Daulah Abbasiyyah, sedang kemajuan demi kemajuan terus dirasakan.

Kemudian setelah mengalami masa kejayaan yang begitu panjang, diakhir-akhir pemerintahan Daulah Abbasiyyah, datanglah serangan besar-besaran dari bangsa Mongol yang memporak-poranda masyarakat Islam pada waktu itu, dan akhirnya hal itu menjadi sebab runtuhnya pemerintahan Daulah Abbasiyyah.

Setelah itu kaum muslimin berangsur-angsur melemah, kemudian mereka berupaya bangkit dari kelemahan, sehingga mereka berhasil bangkit dan kembali meraih kemenangan demi kemenangan diantaranya penakhlukkan Konstantinopel oleh Muhammad Al Fatih.

Kemudian pemerintahan Islam terbesar itupun mengalami kemerostan demi kemerosotan hingga berujung pada runtuhnya pemerintahan tersebut dan digantikan oleh sebuah sistem republik sekuler dibawah kendali oleh seorang yahudi penyusup yakni Mustafa Kamal At Taturk.

Sejak saat itu kaum muslimin mengalami kemerosotan dan keterpurukan hingga saat ini. Demikianlah Allah mempergilirkan masa-masa kejayaan dan kekalahan kepada ummat manusia untuk suatu hikmah yang Dia kehendaki.

Bersambung….

Wallahu a’lam

Sumber: Majalah Al Furqon Edisi 3 Tahun 14 Syawwal 1435H


Abu Jeehan
Pekanbaru, 19 Rabiul Awwal 1438H  

Selasa, 15 November 2016

Keutamaan Berdzikir Dengan Jemari Kanan



حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ حِزَامٍ وَعَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ وَغَيْرُ وَاحِدٍ قَالُوا حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بِشْرٍ فَقَالَ سَمِعْتُ هَانِئَ بْنَ عُثْمَانَ عَنْ أُمِّهِ حُمَيْضَةَ بِنْتِ يَاسِرٍ عَنْ جَدَّتِهَا يُسَيْرَةَ وَكَانَتْ مِنْ الْمُهَاجِرَاتِ قَالَتْ قَالَ لَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَيْكُنَّ بِالتَّسْبِيحِ وَالتَّهْلِيلِ وَالتَّقْدِيسِ وَاعْقِدْنَ بِالْأَنَامِلِ فَإِنَّهُنَّ مَسْئُولَاتٌ مُسْتَنْطَقَاتٌ وَلَا تَغْفُلْنَ فَتَنْسَيْنَ الرَّحْمَةَ

Musa bin Hizam, Abd bin Humaid dan yang lainnya menceritakan kepada kami, mereka berkata: Muhammad bin Bisyr menceritakan kepada kami, ia berkata: Aku mendengar Hani' bin Utsman berkata dari ibunya yaitu Humaidhah binti Yasir, dari neneknya yaitu Yusairah —ia adalah salah seorang perempuan yang turut hijrah—: Rasulullah bersabda kepada kami, 'Bacalah tashbih, tahlil dan tahmid dan taqdis, dan hitunglah dengan jari. Sesunggnhnya jari-iari itu akan dimintai pertanggungjawaban lagi diminta bicara. Janganlah kalian lalai, sehingga kalian akan lalai terhadap rahmat (Allah). {HR Tirmidzi no 3583, Abu Dawud no 1501, Syaikh Albani menilainya Hasan dalam kitabnya Al Misykah}

Hadist yang agung ini menunjukkan besarnya keutamaan menghitung dzikir dengan jari-jari tangan, karena jari-jari itu, sebagaimana anggota badan lainnya, akan menjadi saksi dihadapan Allah pada hari kiamat atas amal kebaikan yang dilakukan oleh seorang hamba di dunia. Inilah makna firman Allah :

يَوْمَ تَشْهَدُ عَلَيْهِمْ أَلْسِنَتُهُمْ وَأَيْدِيهِمْ وَأَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

pada hari (ketika), lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan {QS An Nur 24}

Beberapa pelajaran penting yang dapat kita petik dari hadist ini :
·         Jari-jari tangan yang dimaksud disini adalah tangan kanan, karena inilah yang dicontohkan oleh Rasulullah
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْقِدُ التَّسْبِيحَ قَالَ ابْنُ قُدَامَةَ بِيَمِينِهِ
Dari Abddullah bin Amr, dia berkata, "Saya pernah melihat Rasulullah menghitung bacaan tasbih." Ada tambahan, "... dengan tangan kanan Beliau . {HR Abu Dawud no 1502, Tirmidzi no 3486, Syaikh Albani menilai Hadist ini shahih}

Juga berdasarkan keumuman Hadist Rasulullah bahwa Beliau menyukai tangan kanan dalam perkara-perkara yang baik.

·         Menghitung jumlah dzikir dengan subhah (biji-biji tasbih), sebagaimana yang dilakukan oleh sebagian kaum Muslimin, merupakan cara berdzikir yang tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah dan para shahabatnya. Cukuplah hadist diatas menunjukkan buruknya cara berdzikir tersebut, karena dengan adanya biji-biji tasbih ini menjadikan banyak kaum Muslimin meninggalkan petunjuk Rasulullah dalam menghitung jumlah dzikir dengan tangan kanan, padahal cara berdzikir seperti itu jelas lebih utama dan diridhai oleh Allah .

·         Ada hadist yang dinisbatkan kepada Rasulullah tentang keutamaan berdzikir dengan biji-bijian tasbih, tapi hadist ini adalah hadist palsu yang dibuat-buat atas nama Rasulullah . Lafadz hadist tersebut adalah

نعم المذكر السبحة  

Sebaik-baik alat untuk berdzikir adalah subhah (biji-bijian tasbih) {Syaikh Albani mengatakan hadist ini PALSU di Kitabnya Silsilah Hadist Dho’if no 83}

Hadist ini palsu karena didalam sanadnya ada perawi yang bernama Muhammad bin Harun bin Isa bin Manshur al Hasyimi.
Imam Ibnu Asakir dan Imam al Khatib al Baghdadi menyebutkan bahwa beliau sebagai pemalsu hadist.
Demikian pula lafadz hadist:

كان يسبح بالحصى  

Rasulullah bila bertasbih menggunakan batu kerikil {Syaikh Albani mengatakan hadist ini PALSU di Kitabnya Silsilah Hadist Dho’if no 102}
Hadist ini palsu karena didalam sanadnya ada perawi yang bernama Abdullah bin Muhammad al Qudami, dia meriwayatkan hadist-hadist palsu dari Imam Malik

·         Sebagian ulama ada yang membolehkan berdzikir dengan biji-biji tasbih. Mereka berdalil dengan beberapa hadist yang menunjukkan bahwa Rasulullah membolehkan dan membiarkan beberapa orang shahabat yang berdzikir dengan menggunakan batu-batu kerikil dan biji-bijian kurma. Akan tetapi, semua hadist tersebut LEMAH dan sama sekali tidak bisa dijadikan sandaran.
Yang paling terkenal adalah dua hadist, dari Sa’ad bin Abi Waqqash dan Shafiyyah binti Huyay. Hadist yang pertama dalam sanadnya ada perawi yang majhul (tak dikenal) dan perawi mukhtalath (yang hafalannya menjadi tidak kuat di akhir usianya). Adapaun hadist kedua dalam sanadnya ada perawi yang lemah.

·         Perlu ditegaskan disini bahwa menghitung dzikir dengan biji-biji tasbih tidak dibutuhkan dalam mengamalkan dzikir yang benar dan bersumber dari hadist Rasulullah yang shahih, karena jumlah terbanyak yang dihitung dalam dzikir-dzikir yang diajarkan Rasulullah adalah 100 kali, dan ini mudah dihitung dengan jari-jari tangan kanan

Adapun dzikir dalam jumlah yang sangat banyak seperti seribu, lima ribu, sepuluh ribu atau jumlah lainnya, maka semua ini bertentangan dengan petunjuk Allah dan RasulNya bahkan termasuk bid’ah dan kesesatan. Kemudian kesesatan inilah yang menarik kesesatan berikutnya, yaitu menghitung dzikir dengan biji-biji tasbih, karena jumlah dzikir yang dihitung sangat banyak



Wallahu a’lam

Sumber: Majalah As Sunnah Edisi 09/Thn XIX Rabi’ul Awwal 1437-Januari 2016





Abu Jeehan
Pekanbaru, 15 Safar 1438H