Keadaan ummat Islam di
sebagian wilayah sedang berada dalam kondisi lemah, terpuruk, terbelakang, dan
bahkan terjajah, dikuasai oleh bangsa lain seperti ummat Islam yang berada di
Palestina, Suriah, Nyanmar, dan yang lainnya.
Kondisi lemah tersebut
berlangsung dalam kurun waktu yang cukup lama, kurang lebih sejak abad ke 19 M
(yaitu masa penjajahan bangsa-bangsa Eropa terhadap wilayah-wilayah kaum
Muslimin) hingga sekarang. Sementara itu, kekuatan besar baik kekuatan
persenjataan, militer, teknologi, ekonomi, politik, dan kekuatan-kekuatan
penting lainnya berada pada bangsa kuffar. Itulah sedikit gambaran tentang
kondisi sebagian kaum Muslimin saat ini.
Syubhat
Fakta yang memilukan tadi
dijadikan alat oleh para pendengki Islam untuk menggembosi semangat kaum
Muslimin. Mereka menyebarkan syubhat dengan memunculkan fakta tersebut. Mereka
mengatakan: “Mengapa ummat Islam mengalami
keterpurukan yang berkepanjangan ? Dan mengapa kejayaan dan kemenangan justru
berada di pihak bangsa-bangsa kuffar ? Kalau memang Islam adalah agama yang
benar dan diridhoi Allah ﷻ , tentu kemenangan
berada di pihak Islam. Allah ﷻ pasti menolong
agamaNya dan memenangkannya diatas agama lainnya. Tapi mana buktinya ??”
Syubhat ini benar-benar
merasuk dan sangat berpengaruh pada jiwa sebagian besar ummat Islam, khususnya
dari kalangan awam. Bahkan, mungkin syubhat ini sudah lebih dahulu menjangkiti
jiwa dan pikiran mereka sebelum dimunculkan oleh para pendengki Islam.
Mereka pesimis dengan
kemenangan Islam, patah semangat, kalah mental, dan menganggap mustahil Islam
akan bisa menang. Ditambah lagi dengan kondisi kaum Muslimin yang banyak
berselisih, berseteru satu sama lain, bercerai-berai dan terpecah-pecah menjadi
berkelompok-kelompok serta susah untuk disatukan—padahal persatuan adalah salah
satu unsur terpenting dalam meraih kemenangan—hal ini semakin menambah patah
semangat dan kekalahan mental mereka. Dan tidak jarang, kekalahan mental ini mengantarkan
mereka kepada perasaan ragu dan bimbang terhadap kebenaran Islam.
Fatalnya Pola
Pikir Ini
Sungguh cara berpikir
seperti ini amat berbahaya. Pola pikir seperti ini hanya menyusupi jiwa yang
lemah imannya dan tipis keyakinannya. Pola pikir ini sangat bertentangan dengan
keimanan kepada qodho dan qodhar, disamping menunjukkan minimnya keyakinan
terhadap janji Allah ﷻ dan hanya memandang
kepada hal-hal yang tampak semata.
Bagaimana mungkin seorang
mukmin berprasangka buruk seperti itu kepada Allah ﷻ ? Padahal, Allah ﷻ
telah menetapkan bahwasanya kemenangan itu untuk agamaNya dan bahwasanya akibat
yang baik itu bagi orang-orang yang bertaqwa.
Pasukan-pasukanNya lah yang
akan menjadi pemenang dan bumi ini akan diwariskan Allah ﷻ kepada hamba-hambaNya yang sholih.
Barangsiapa yang memiliki
prasangka seperti itu—yaitu agama Allah ﷻ
tidak akan menang—sungguh ia telah berburuk sangka kepada Allah ﷻ suatu sifat yang tidak layak bagiNya.
Sesungguhnya keagungan,
kemuliaan, dan kebijaksanaan Allah ﷻ
sangat menolak hal itu semua. Dan orang yang memiliki prasangka seperti itu
sungguh ia tidak mengenal kemuliaan Allah ﷻ
, keagunganNya dan kebijaksanaanNya.
Mengurai Syubhat
Maka dari itu, pola pikir
seperti ini harus segera ditanggulangi. Dan diantara cara untuk menanggulanginya
adalah dengan mengurai syubhat yang sedang bercokol di benak mereka.
Untuk mengurai syubhat ini,
ada dua hal yang hendaknya ditanamkan kepada kaum Muslimin, yakni:
1.
Memahami dengan
benar permasalahan qodho dan qodhar
Banyak definisi yang dipaparkan
oleh para ulama tentang makna qodhar. Definisi yang satu dengan yang lainnya
saling melengkapi. Sebagian ulama mendefinisikan bahwa qodhar adalah ketentuan
Allah ﷻ untuk semua isi jagad raya ini sesuai
dengan ilmuNya yang mendahului segala sesuatu dan berdasarkan hikmah yang
dimilikiNya.
Sebagian lainnya memaparkan
bahwa qodhar adalah ilmu Allah ﷻ yang telah mendahului
segala sesuatu dan yang telah ditulis oleh pena tentang apa saja yang terjadi
untuk selamanya. Dan sebagian lagi mengatakan bahwa qodhar adalah ilmu,
pencatatan, kehendak, dan penciptaan Allah ﷻ
terhadap segala sesuatu yang ada di jagad rayaNya.
Ibnu Taimiyah berkata:
“Segala yang dikehendaki Allah ﷻ pasti
terjadi dan segala yang tidak dikehendaki Allah ﷻ
pasti tak terjadi. Tidak ada di jagad raya ini satu kejadian pun melainkan itu
dengan kehendakNya, bahkan Dia berkuasa atas segala sesuatu. Tidaklah Allah ﷻ berkehendak atas sesuatu melainkan Allah ﷻ pasti kuasa untuk
mewujudkannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang telah terjadi, apa yang
sedang terjadi, dan apa yang tidak terjadi kalau seandainya terjadi bagaimana
jadinya.
Iman kepada qodho dan
qodhar memiliki empat tingkatan, yaitu mengimani bahwa:
·
Segala yang terjadi
di jagad raya ini telah diketahui Allah ﷻ
Allah ﷻ berfirman:
هُوَ اللَّهُ الَّذِي
لا إِلَهَ إِلا هُوَ عَالِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ
Dia-lah Allah
Yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang Mengetahui yang gaib
dan yang nyata, Dia-lah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
{QS Al Hasyr 22}
·
Segala yang terjadi di jagad raya ini telah
ditulis oleh Allah ﷻ
Rasulullah ﷺ bersabda:
كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ
الْخَلَائِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ
Allah ﷻ telah menulis takdir semua makhluk 50,000
tahun sebelum Dia menciptakan langit dan bumi {HR Muslim di Kitab
Taqdir}
·
Segala yang terjadi di jagad raya ini berjalan
dengan kehendak Allah ﷻ
Allah ﷻ berfirman:
إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا
أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ
Sesungguhnya
perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya:
"Jadilah!" maka terjadilah ia. {QS Yaasin 82}
·
Segala yang terjadi di jagad raya ini
diciptakan oleh Allah ﷻ
Allah ﷻ berfirman:
اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ
شَيْءٍ
Allah-lah
Pencipta segala sesuatu {QS Az Zumar 62}
Setelah kita memahami
masalah qodhar sebagaimana dipaparkan diatas, maka pahamilah bahwa kemenangan
yang didapatkan oleh bangsa-bangsa kuffar dan kekalahan yang dialami oleh kaum
Muslimin itu termasuk sesuatu yang telah diketahui Allah ﷻ sebelum terjadinya bahkan telah ditulisNya dalam Lauhul
Mahfuzh, dikehendaki dan diciptakanNya.
Karena, sekali lagi, tidak
ada satu kejadian pun di alam raya ini yang keluar dari kehendak Allah ﷻ . Dan Allah ﷻ menghendaki itu semua berdasarkan ilmu dan
hikmah yang ada padaNya. Apabila hal itu kita pahami dengan baik maka akan
sedikit terurai syubhat yang kita resahkan.
2.
Memahami sunatullah
(hukum yang diberlakukan Allah ﷻ) di jagad raya
Ayat –ayat Allah ﷻ yang ada didalam Qur’an maupun
ayat-ayatNya yang ada di alam semesta ini (ayat kauniyah) menjelaskan kepada
kita bahwasanya masa-masa kemenangan itu tidak selamanya diperuntukkan kepada
suatu kaum saja secara terus-menerus, tetapi akan dipergilirkan oleh Allah ﷻ dari suatu kaum kepada kaum yang lain
untuk suatu hikmah yang dikehendakiNya.
Adapun ayat-ayat Qur’an
yang menunjukkan hal tersebut adalah firman Allah ﷻ
berikut ini:
وَلا تَهِنُوا وَلا تَحْزَنُوا
وَأَنْتُمُ الأعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
إِنْ يَمْسَسْكُمْ قَرْحٌ
فَقَدْ مَسَّ الْقَوْمَ قَرْحٌ مِثْلُهُ وَتِلْكَ الأيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ
وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَيَتَّخِذَ مِنْكُمْ شُهَدَاءَ وَاللَّهُ
لا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ
Janganlah
kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah
orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang
beriman. Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum
(kafir) itu pun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan
dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat
pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan
orang-orang kafir) dan supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai)
syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang lalim
{QS Ali Imron 139-140}
Berkenaan dengan ayat
diatas berkata Syaikh As Sa’di: “Pada ayat diatas, Allah ﷻ menghibur kaum mukminin dari kekalahan yang mereka alami dan
menjelaskan kepada mereka beberapa hikmah dari kekalahan tersebut, maka Allah ﷻ pun berfirman
إِنْ يَمْسَسْكُمْ قَرْحٌ
فَقَدْ مَسَّ الْقَوْمَ قَرْحٌ مِثْلُهُ
Jika kamu
(pada perang uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada
perang badar) mendapat luka yang serupa
Kalian dan mereka (kaum
kafirin) sama-sama memperoleh luka, tetapi kalian bisa berharap dari Allah ﷻ sesuatu yang tidak bisa mereka harapkan
(yaitu pahala dan ridhaNya). Dan diantara hikmah yang lain adalah bahwasanya
kenikmatan dunia ini memang Allah ﷻ
berikan kepada siapa saja baik mukmin maupun kafir, orang yang berbakti maupun
orang yang durhaka. Maka dari itu, Allah ﷻ pergilirkan hari-hari (kejayaan dan kehancuran) diantara
manusia, terkadang Allah ﷻ berikan kepada suatu
golongan dan terkadang dihari yang lain Allah ﷻ
berikan kepada golongan yang lain, karena kenikmatan dunia ini fana dan akan
segera usai, berbeda halnya dengan akhirat, maka akhirat itu dikhususkan bagi
kalian saja, wahai kaum mukminin.
Adapun ayat-ayat kauniyah
yang menjelaskan akan hal itu adalah fakta-fakta sejarah yang ada. Tidak ada
suatu kaum atau suatu bangsa pun dalam sejarah dunia yang mengalami masa
kejayaan abadi selamanya dari sejak munculnya bangsa itu hingga sekarang.
Bangsa-bangsa yang pernah
berjaya di masa lalu, sebagian sudah tak terdengar lagi kejayaannya saat ini
atau bahkan ada yang musnah tinggal kenangan.
Di awal mula kemunculan
Islam, kaum muslimin jumlahnya sedikit, lemah dan tertindas, sehingga sampailah
mereka pada kondisi berat yang tidak tertahankan sehingga mereka berhijrah ke
Madinah dan disana Islam berkembang, jumlah kaum muslimin pun bertambah dan
kekuatan pun mulai tersusun sehingga mereka bisa melakukan perlawanan terhadap
kaum kafir Quraisy, kemudian mereka menang pada perang badar lalu pada perang
uhud mereka mengalami kekalahan, kemudian pada peperangan berikutnya,
kemenangan demi kemenangan mereka raih hingga akhirnya mereka bisa menakhlukkan
kota Makkah, sebuah kota yang dahulu mereka terusir darinya.
Setelah itu, kemenangan
demi kemenangan mereka raih kembali. Daerah kekuasaan Islam semakin meluas di
masa Khilafah Ar Rasyidin, dan dilanjutkan dengan Daulah Bani Umayyah, kemudian
digantikan Daulah Abbasiyyah, sedang kemajuan demi kemajuan terus dirasakan.
Kemudian setelah mengalami
masa kejayaan yang begitu panjang, diakhir-akhir pemerintahan Daulah
Abbasiyyah, datanglah serangan besar-besaran dari bangsa Mongol yang
memporak-poranda masyarakat Islam pada waktu itu, dan akhirnya hal itu menjadi
sebab runtuhnya pemerintahan Daulah Abbasiyyah.
Setelah itu kaum muslimin
berangsur-angsur melemah, kemudian mereka berupaya bangkit dari kelemahan,
sehingga mereka berhasil bangkit dan kembali meraih kemenangan demi kemenangan
diantaranya penakhlukkan Konstantinopel oleh Muhammad Al Fatih.
Kemudian pemerintahan Islam
terbesar itupun mengalami kemerostan demi kemerosotan hingga berujung pada
runtuhnya pemerintahan tersebut dan digantikan oleh sebuah sistem republik
sekuler dibawah kendali oleh seorang yahudi penyusup yakni Mustafa Kamal At
Taturk.
Sejak saat itu kaum
muslimin mengalami kemerosotan dan keterpurukan hingga saat ini. Demikianlah
Allah ﷻ mempergilirkan masa-masa kejayaan dan
kekalahan kepada ummat manusia untuk suatu hikmah yang Dia kehendaki.
Bersambung….
Wallahu a’lam
Sumber: Majalah Al Furqon
Edisi 3 Tahun 14 Syawwal 1435H
Abu Jeehan
Pekanbaru, 19 Rabiul Awwal
1438H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar