Sabtu, 17 Desember 2016

Kalau Memang Islam Agama Yang Benar, Mengapa Ummat Islam Terbelakang (Bagian 1 dari 2 Tulisan)





Keadaan ummat Islam di sebagian wilayah sedang berada dalam kondisi lemah, terpuruk, terbelakang, dan bahkan terjajah, dikuasai oleh bangsa lain seperti ummat Islam yang berada di Palestina, Suriah, Nyanmar, dan yang lainnya.

Kondisi lemah tersebut berlangsung dalam kurun waktu yang cukup lama, kurang lebih sejak abad ke 19 M (yaitu masa penjajahan bangsa-bangsa Eropa terhadap wilayah-wilayah kaum Muslimin) hingga sekarang. Sementara itu, kekuatan besar baik kekuatan persenjataan, militer, teknologi, ekonomi, politik, dan kekuatan-kekuatan penting lainnya berada pada bangsa kuffar. Itulah sedikit gambaran tentang kondisi sebagian kaum Muslimin saat ini.

Syubhat

Fakta yang memilukan tadi dijadikan alat oleh para pendengki Islam untuk menggembosi semangat kaum Muslimin. Mereka menyebarkan syubhat dengan memunculkan fakta tersebut. Mereka mengatakan: “Mengapa ummat Islam mengalami keterpurukan yang berkepanjangan ? Dan mengapa kejayaan dan kemenangan justru berada di pihak bangsa-bangsa kuffar ? Kalau memang Islam adalah agama yang benar dan diridhoi Allah , tentu kemenangan berada di pihak Islam. Allah pasti menolong agamaNya dan memenangkannya diatas agama lainnya. Tapi mana buktinya ??”

Syubhat ini benar-benar merasuk dan sangat berpengaruh pada jiwa sebagian besar ummat Islam, khususnya dari kalangan awam. Bahkan, mungkin syubhat ini sudah lebih dahulu menjangkiti jiwa dan pikiran mereka sebelum dimunculkan oleh para pendengki Islam.

Mereka pesimis dengan kemenangan Islam, patah semangat, kalah mental, dan menganggap mustahil Islam akan bisa menang. Ditambah lagi dengan kondisi kaum Muslimin yang banyak berselisih, berseteru satu sama lain, bercerai-berai dan terpecah-pecah menjadi berkelompok-kelompok serta susah untuk disatukan—padahal persatuan adalah salah satu unsur terpenting dalam meraih kemenangan—hal ini semakin menambah patah semangat dan kekalahan mental mereka. Dan tidak jarang, kekalahan mental ini mengantarkan mereka kepada perasaan ragu dan bimbang terhadap kebenaran Islam.

Fatalnya Pola Pikir Ini

Sungguh cara berpikir seperti ini amat berbahaya. Pola pikir seperti ini hanya menyusupi jiwa yang lemah imannya dan tipis keyakinannya. Pola pikir ini sangat bertentangan dengan keimanan kepada qodho dan qodhar, disamping menunjukkan minimnya keyakinan terhadap janji Allah dan hanya memandang kepada hal-hal yang tampak semata.

Bagaimana mungkin seorang mukmin berprasangka buruk seperti itu kepada Allah ? Padahal, Allah telah menetapkan bahwasanya kemenangan itu untuk agamaNya dan bahwasanya akibat yang baik itu bagi orang-orang yang bertaqwa.

Pasukan-pasukanNya lah yang akan menjadi pemenang dan bumi ini akan diwariskan Allah kepada hamba-hambaNya yang sholih.

Barangsiapa yang memiliki prasangka seperti itu—yaitu agama Allah tidak akan menang—sungguh ia telah berburuk sangka kepada Allah suatu sifat yang tidak layak bagiNya.

Sesungguhnya keagungan, kemuliaan, dan kebijaksanaan Allah sangat menolak hal itu semua. Dan orang yang memiliki prasangka seperti itu sungguh ia tidak mengenal kemuliaan Allah , keagunganNya dan kebijaksanaanNya.

Mengurai Syubhat

Maka dari itu, pola pikir seperti ini harus segera ditanggulangi. Dan diantara cara untuk menanggulanginya adalah dengan mengurai syubhat yang sedang bercokol di benak mereka.

Untuk mengurai syubhat ini, ada dua hal yang hendaknya ditanamkan kepada kaum Muslimin, yakni:

1.    Memahami dengan benar permasalahan qodho dan qodhar

Banyak definisi yang dipaparkan oleh para ulama tentang makna qodhar. Definisi yang satu dengan yang lainnya saling melengkapi. Sebagian ulama mendefinisikan bahwa qodhar adalah ketentuan Allah untuk semua isi jagad raya ini sesuai dengan ilmuNya yang mendahului segala sesuatu dan berdasarkan hikmah yang dimilikiNya.

Sebagian lainnya memaparkan bahwa qodhar adalah ilmu Allah yang telah mendahului segala sesuatu dan yang telah ditulis oleh pena tentang apa saja yang terjadi untuk selamanya. Dan sebagian lagi mengatakan bahwa qodhar adalah ilmu, pencatatan, kehendak, dan penciptaan Allah terhadap segala sesuatu yang ada di jagad rayaNya.

Ibnu Taimiyah berkata: “Segala yang dikehendaki Allah pasti terjadi dan segala yang tidak dikehendaki Allah pasti tak terjadi. Tidak ada di jagad raya ini satu kejadian pun melainkan itu dengan kehendakNya, bahkan Dia berkuasa atas segala sesuatu. Tidaklah Allah berkehendak atas sesuatu melainkan Allah pasti kuasa untuk mewujudkannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang telah terjadi, apa yang sedang terjadi, dan apa yang tidak terjadi kalau seandainya terjadi bagaimana jadinya.

Iman kepada qodho dan qodhar memiliki empat tingkatan, yaitu mengimani bahwa:
·         Segala yang terjadi di jagad raya ini telah diketahui Allah

Allah berfirman:
هُوَ اللَّهُ الَّذِي لا إِلَهَ إِلا هُوَ عَالِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ
Dia-lah Allah Yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata, Dia-lah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang {QS Al Hasyr 22}
·          Segala yang terjadi di jagad raya ini telah ditulis oleh Allah

Rasulullah bersabda:
كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلَائِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ
Allah telah menulis takdir semua makhluk 50,000 tahun sebelum Dia menciptakan langit dan bumi {HR Muslim di Kitab Taqdir}

·          Segala yang terjadi di jagad raya ini berjalan dengan kehendak Allah

Allah berfirman:
إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ
Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: "Jadilah!" maka terjadilah ia. {QS Yaasin 82}

·          Segala yang terjadi di jagad raya ini diciptakan oleh Allah

Allah berfirman:
اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ
Allah-lah Pencipta segala sesuatu {QS Az Zumar 62}

Setelah kita memahami masalah qodhar sebagaimana dipaparkan diatas, maka pahamilah bahwa kemenangan yang didapatkan oleh bangsa-bangsa kuffar dan kekalahan yang dialami oleh kaum Muslimin itu termasuk sesuatu yang telah diketahui Allah sebelum terjadinya bahkan telah ditulisNya dalam Lauhul Mahfuzh, dikehendaki dan diciptakanNya.

Karena, sekali lagi, tidak ada satu kejadian pun di alam raya ini yang keluar dari kehendak Allah . Dan Allah   menghendaki itu semua berdasarkan ilmu dan hikmah yang ada padaNya. Apabila hal itu kita pahami dengan baik maka akan sedikit terurai syubhat yang kita resahkan.

2.    Memahami sunatullah (hukum yang diberlakukan Allah ) di jagad raya

Ayat –ayat Allah yang ada didalam Qur’an maupun ayat-ayatNya yang ada di alam semesta ini (ayat kauniyah) menjelaskan kepada kita bahwasanya masa-masa kemenangan itu tidak selamanya diperuntukkan kepada suatu kaum saja secara terus-menerus, tetapi akan dipergilirkan oleh Allah dari suatu kaum kepada kaum yang lain untuk suatu hikmah yang dikehendakiNya.

Adapun ayat-ayat Qur’an yang menunjukkan hal tersebut adalah firman Allah berikut ini:

وَلا تَهِنُوا وَلا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الأعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
إِنْ يَمْسَسْكُمْ قَرْحٌ فَقَدْ مَسَّ الْقَوْمَ قَرْحٌ مِثْلُهُ وَتِلْكَ الأيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَيَتَّخِذَ مِنْكُمْ شُهَدَاءَ وَاللَّهُ لا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ

Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman. Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itu pun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang lalim {QS Ali Imron 139-140}

Berkenaan dengan ayat diatas berkata Syaikh As Sa’di: “Pada ayat diatas, Allah menghibur kaum mukminin dari kekalahan yang mereka alami dan menjelaskan kepada mereka beberapa hikmah dari kekalahan tersebut, maka Allah pun berfirman

إِنْ يَمْسَسْكُمْ قَرْحٌ فَقَدْ مَسَّ الْقَوْمَ قَرْحٌ مِثْلُهُ

Jika kamu (pada perang uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang badar) mendapat luka yang serupa

Kalian dan mereka (kaum kafirin) sama-sama memperoleh luka, tetapi kalian bisa berharap dari Allah sesuatu yang tidak bisa mereka harapkan (yaitu pahala dan ridhaNya). Dan diantara hikmah yang lain adalah bahwasanya kenikmatan dunia ini memang Allah berikan kepada siapa saja baik mukmin maupun kafir, orang yang berbakti maupun orang yang durhaka. Maka dari itu, Allah pergilirkan hari-hari (kejayaan dan kehancuran) diantara manusia, terkadang Allah berikan kepada suatu golongan dan terkadang dihari yang lain Allah berikan kepada golongan yang lain, karena kenikmatan dunia ini fana dan akan segera usai, berbeda halnya dengan akhirat, maka akhirat itu dikhususkan bagi kalian saja, wahai kaum mukminin.

Adapun ayat-ayat kauniyah yang menjelaskan akan hal itu adalah fakta-fakta sejarah yang ada. Tidak ada suatu kaum atau suatu bangsa pun dalam sejarah dunia yang mengalami masa kejayaan abadi selamanya dari sejak munculnya bangsa itu hingga sekarang.
Bangsa-bangsa yang pernah berjaya di masa lalu, sebagian sudah tak terdengar lagi kejayaannya saat ini atau bahkan ada yang musnah tinggal kenangan.

Di awal mula kemunculan Islam, kaum muslimin jumlahnya sedikit, lemah dan tertindas, sehingga sampailah mereka pada kondisi berat yang tidak tertahankan sehingga mereka berhijrah ke Madinah dan disana Islam berkembang, jumlah kaum muslimin pun bertambah dan kekuatan pun mulai tersusun sehingga mereka bisa melakukan perlawanan terhadap kaum kafir Quraisy, kemudian mereka menang pada perang badar lalu pada perang uhud mereka mengalami kekalahan, kemudian pada peperangan berikutnya, kemenangan demi kemenangan mereka raih hingga akhirnya mereka bisa menakhlukkan kota Makkah, sebuah kota yang dahulu mereka terusir darinya.

Setelah itu, kemenangan demi kemenangan mereka raih kembali. Daerah kekuasaan Islam semakin meluas di masa Khilafah Ar Rasyidin, dan dilanjutkan dengan Daulah Bani Umayyah, kemudian digantikan Daulah Abbasiyyah, sedang kemajuan demi kemajuan terus dirasakan.

Kemudian setelah mengalami masa kejayaan yang begitu panjang, diakhir-akhir pemerintahan Daulah Abbasiyyah, datanglah serangan besar-besaran dari bangsa Mongol yang memporak-poranda masyarakat Islam pada waktu itu, dan akhirnya hal itu menjadi sebab runtuhnya pemerintahan Daulah Abbasiyyah.

Setelah itu kaum muslimin berangsur-angsur melemah, kemudian mereka berupaya bangkit dari kelemahan, sehingga mereka berhasil bangkit dan kembali meraih kemenangan demi kemenangan diantaranya penakhlukkan Konstantinopel oleh Muhammad Al Fatih.

Kemudian pemerintahan Islam terbesar itupun mengalami kemerostan demi kemerosotan hingga berujung pada runtuhnya pemerintahan tersebut dan digantikan oleh sebuah sistem republik sekuler dibawah kendali oleh seorang yahudi penyusup yakni Mustafa Kamal At Taturk.

Sejak saat itu kaum muslimin mengalami kemerosotan dan keterpurukan hingga saat ini. Demikianlah Allah mempergilirkan masa-masa kejayaan dan kekalahan kepada ummat manusia untuk suatu hikmah yang Dia kehendaki.

Bersambung….

Wallahu a’lam

Sumber: Majalah Al Furqon Edisi 3 Tahun 14 Syawwal 1435H


Abu Jeehan
Pekanbaru, 19 Rabiul Awwal 1438H  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar