Memperjuangkan Islam
melalui jalur demokrasi, itulah pengakuan sebagian kaum Muslimin yang
berkecimpung dalam dunia partai. Memang zaman sekarang, banyak istilah-istilah
syariat yang disalahgunakan dan disalahpahami termasuk istilah kemenangan
Islam.
Setiap muslim baik individu
maupun kelompok seharusnya memperjuangkan Islam bukan memperjuangkan golongan
dan kepentingan pribadi atas nama Islam lewat partai maupun selainnya.
Bercermin Kepada Sahabat
Nabi ﷺ
Para sahabat yang mulia
adalah umat yang tidak ada tandingannya sepanjang masa. Taqwa mereka ketika
tidak memiliki apa-apa sama dengan taqwa mereka tatkala memiliki perbendaharaan
harta Kisra dan Kaisar di tangan mereka.
Keadaan mereka tatkala
disiksa dan menderita kemiskinan dan kelaparan sama dengan tatkala mereka
menguasai jazirah Arab.
Akhlak dan keadaan mereka
ketika memakai sandal yang sobek-sobek sama dengan keadaan mereka tatkala
meruntuhkan Romawi dan Persia.
Jauh berbeda dengan kita
pada zaman ini, keadaan dan akhlak kita saat miskin berbeda dengan akhlak saat
kaya. Akhlak saat menjadi santri berbeda tatkala menjadi seorang da’i dan
ustadz.
Akhlak sebelum diberi
amanah berbeda dengan setelah diberi amanah. Akhlak sebelum menjadi pemimpin
berbeda dengan setelah menjadi pemimpin.
Para Ulama berjalan diatas
dakwah yang digariskan oleh Rosulullah ﷺ.
Mereka tidak berpartai, tidak berpolitik ala politik sekarang sekalipun ada
peluang untuknya sebab mereka mengetahui bahwa kemenangan Islam tergantung pada
keistiqomahan diatas dakwah yang lurus tidak menyelisihi dakwah Rosulullah ﷺ.
Para Sahabat menegakkan amar
ma’ruf nahi munkar pada diri dan keluarga mereka, kemudian masyarakat, hingga
mereka tegakkan amar ma’ruf nahi munkar pada bangsa Romawi dan Persia. Maka
Allah ﷻ mengokohkan kekuasaan mereka di permukaan
bumi.
Adapun kekuasaan partai
tidak kokoh dan tidak lama kemudian segera akan roboh karena bangunannya rapuh
lagi terabaikan tidak dipelihara dengan syariat. Apalagi yang membangunnya
orang-orang lemah dan sakit (lemah iman dan sakit hati), lalu apa gerangan
hasil bangunan yang akan dicapai ?
Bukti Kemenangan Islam
Kemenangan Islam bukan
sekadar syiar yang disuarakan atau lambing yang terpampang secara lahir tanpa
makna yang nyata, melainkan bukti yang paling utama dari kemenangan Islam
adalah tampaknya syiar Islam yang paling kokoh yaitu tauhid dan shalat lalu
diikuti oleh syiar lainnya.
Firman Allah ﷻ :
الَّذِينَ إِنْ مَكَّنَّاهُمْ
فِي الأرْضِ أَقَامُوا الصَّلاةَ
Orang-orang
yang apabila diberi kekuasaan di muka bumi, mereka menunaikan shalat {QS Al
Hajj 41}
Ayat ini mengandung banyak
faedah diantaranya:
·
Kemenangan datang
dari Allah dan diberikan kepada siapa yang memenuhi syaratnya
·
Syarat dan bukti
kemenangan adalah menunaikan shalat, zakat dan menegakkan amar ma’ruf nahi
munkar
·
Shalat dan lainnya
lebih diwajibkan tatkala kita memiliki kekuasaan di bumi
·
Supaya kekuasaan
dipelihara oleh Allah ﷻ maka pelihara agama
Allah ﷻ.
Berkata Syaikh as Sa’di,
“Dalam ayat ini Allah menyebutkan sifat orang yang menolong agama Allah,
dengannya dikenal. Dan siapa saja yang mengaku menolong agamaNya tetapi tidak
memiliki sifat ini maka dia dusta”.
Para Sahabat teladan utama
dalam hal ini. Berkata Ibn Mas’ud, “Tidak ada yang meninggalkan shalat jama’ah
di zaman Sahabat kecuali munafik tulen”.
Bandingkan dengan
tokoh-tokoh dakwah sekarang yang menunaikan shalat sendiri di rumah tanpa
mengetahui pentingnya shalat berjama’ah di masjid, apalagi mendakwahkannya.
Seharusnya partai-partai
dan kelompok-kelompok Islam tatkala mereka memiliki kekuasaan seperti menjadi
kepala Negara, ketua MPR, ketua DPR, menteri, gubernur, bupati, mereka
menegakkan shalat dan menyeru umat yang mereka pimpin menunaikan shalat,
menjadikannya syarat utama bagi pegawai dan karyawan, syarat masuk sekolah dan
perguruan tinggi sebelum syarat yang lain. Tauhid dan sunnah ditegakkan,
kesyirikan dan bid’ah diberantas, kema’rufan diperintahkan kemungkaran dilarang.
Jika tidak mampu diterapkan
kepada masyarakat umum maka minimalnya diterapkan pada kelompok dan simpatisan
partai sendiri dan jika tidak mampu juga, berarti sia-sia memiliki kekuasaan.
Jika alasannya berat dan tidak semudah teori dan prinsip maka tinggalkan
perjuangan Islam lewat partai karena ia bukan jalan yang digariskan oleh Allah ﷻ dan RasulNya ﷺ,
oleh karena tidak membawa berkah.
Salah Paham Dalam
Kemenangan Islam
Para aktivis dakwah dan
partai politik Islam menyangka bahwa apabila partai mereka menang maka berarti
itulah kemenangan Islam, apabila ada anggota partai mereka menduduki jabatan
tinggi maka itu pertanda kekuatan Islam.
Mereka bangga dan merasa
cukup dengan keberhasilan partai dalam bidang-bidang tertentu. Mereka bahagia
dan menyangka bahwa mereka telah memenangkan Islam jika ada yang menjabat suatu
jabatan di pemerintahan dari partai mereka.
Tidak dipungkiri bahwa ada
diantara mereka yang berjuang lewat partai dengan niat baik demi agama Allah
atau awal perjuangannya murni semata karena Allah, namun ditumpangi oleh
orang-orang yang mencari dan memiliki kepentingan dunia dan nafsu. Atau, karena
ketidakistiqomahan sehingga begitu gampang berubah setelah melihat jabatan dan
harta yang menggiurkan.
Betapa banyak orang yang
menumpang dan memanfaatkan peluang yang ada pada orang lain. Betapa banyak
manusia yang gampang berubah hanya karena tergiur harta dan jabatan.
Dakwah Islam Awal Dan Akhir
Islam tidak melarang
organisasi dan partai. Akan tetapi, yang terlarang adalag fanatic buta dan
membangun wala’ dan baro’ diatas organisasi dan partai. Islam tidak mencela
partai karena zatnya, tetapi mencela penyimpangan yang ada didalamnya.
Wali-wali Allah yang
istiqomah di jalanNya disebut oleh Allah dengan hizbullah (partai Allah) tanpa
mereka membangun dan berkumpul dibawah bendera “partai Hizbullah”. Ini gelar
dari Allah untuk mereka dan sebaliknya partai yang menyimpang dari ajaran Allah
batil dan tertolak sekalipun namanya “Partai Allah” atau “partai Ahli Surga”
dan sekalipun pengikutnya para tokoh Islam.
Seharusnya organisasi dan
partai hanya dijadikan sebagai wadah dan sarana untuk dakwah di jalan allah
tidak dijadikan sebagai asas dan tujuan dakwah. Seharusnya mereka mengajak
manusia kepada agama allah tanpa harus diajak ke partai. Seharusnya mereka
memberikan wala’ secara penuh kepada muslim siapapun dia sekalipun bukan
simpatisan partainya. Seharusnya asas persaudaraan adalah Islam bukan karena
partai.
Seharusnya yang
dipentingkan adalah agama allah kita tolong sekalipun partai tidak teertolong, menyelamatkan
Islam sekalipun partai jadi korban, dan bukan sebaliknya.
Ummat Islam dan ummat dunia
saat ini benar-benar merasakan sialnya partai-partai Islam. Sebelum mereka
berkuasa bukan agama yang mereka perjuangkan atau agama sekedar symbol, dan
setelah mereka berkuasa tidak membangun dan tidak memperbaiki agama.
Pada mulanya, sebagian
partai Islam di negeri ini cukup disambut baik oleh umat Islam
karena melihat
prinsip-prinsip dakwah mereka yang tampaknya memberikan harapan besar kepada
ummat Islam. Namun seiring dengan berjalannya waktu, terjadi kepincangan
disana-sini yang mengecewakan banyak pihak bahkan mengecewakan para tokohnya
yang masih istiqomah. Ini disebabkan karena asas syar’I dalam partai tersebut
tidak kuat atau personil dan jama’ah yang ada didalamnya tidak memiliki sumber
daya ilmu syar’i dan amal Islami yang handal. Kurangnya tarbiyah imaniah
(pendidikan iman) dan hanya mementingkan tarbiyah siyasah (pendidikan politik)
menjadi sebab utama terjadinya kepincangan pada kelompok mana pun.
Merasa cukup dengan
banyaknya pengikut dan kemampuan dalam berpolitik tanpa ilmu syar’i dan amal
saleh tidak menjamin kebaikan dan kebahagiaan golongan manapun. Seharusnya
partai-partai Islam memiliki ciri khas dan jati diri yaitu menitikberatkan pada
dakwah dan tarbiyah umat. Adapun jika mereka justru bersaing dengan partai
politik lain dalam perebutan kursi jabatan dan kemegahan dunia maka tidak ada
bedanya antara partai politik Islam dan partai politik non Islam.
Sejarah Kemenangan Islam
Rosulullah ﷺ meninggal dunia dalam keadaan agamanya menang diatas semua agama. Kemudian dilanjutkan oleh khulafaur Rasyidin, lalu khilafah bani Umayyah dan bani ‘Abbasiyah Islam dalam keadaan menang dan jaya. Sekalipun ada celaan pada sebagian khulafah bani Umayyah atau bani ’Abbasiyah, jihad fi sabilillah sebagai ketinggian Islam tetap ditegakkan sehingga Islam menang dan tinggi diatas segala agama.
Hingga tatkala syirik dan
bid’ah merajalela di masyarakat dan jihad ditinggalkan maka kejayaaan Islam
hilang dan diganti oleh kekuasaan syirik dan bid’ah sekalipun tidak merata di
seluruh penjuru bumi. Sekalipun secara lahir kekuasaan khulafah Islam lemah,
secara individu ulama Islam tetap Berjaya seperti pada masa Imam Ahmad bin
Hanbal dan Syaikh Ibnu taimiyah, lalu pada zaman Syaikh Muhammad ibn Abdul Wahhab
bersama pemimpin keluarga Su’ud (Saud) menegakkan jihad untuk meninggikan
kalimah tauhid hingga menyebar di jazirah arab dan dirasakan oleh umat dunia
hingga saat ini.
Kerajaan Arab Saudi hingga
saat ini terus mengangkat bendera kejayaan Islam dengan menegakkan tauhid dan
sunnah, memberantas syirik dan bid’ah, dan menerapkan hukum Islam secara
pribadi maupun Negara.
Kemenangan kaum muslimin
dalam perang melawan kaum zionis Yahudi kemudian perang Afghanistan yang
meruntuhkan salah satu Negara adidaya Uni Sovyet komunis. Semua itu merupakan
bukti sejarah tentang kejayaan Islam dengan jihad ilmu, dakwah dan perang.
Adapun kemenangan dan
kejayaan Islam yang dianggap oleh sebagian kalangan seperti kejayaan negeri
bid’ah atau kudeta atau kemenangan partai-partai Islam di negeri-negeri Islam
bukanlah kemenangan dan kejayaan Islam bila ditinjau dari beberapa sisi
diantaranya:
- Asas
menyelisihi asas Islam
- Lahir
(tampak)nya Islam tetapi hakikatnya kelompok dan golongan
- Sebagian
mereka pada awal perjuangannya ikhlas lalu berubah setelah Allah
memberikan kekuasaan pada mereka
- Setelah
mereka menang bukan Islam yang mereka perjuangkan tetapi kepentingan
politik dan kemegahan dunia
- Bahkan
ciri khas Islam tidak tampak dalam keseharian mereka terutama aqidah dan wala’ dan baro’
Jika faktanya demikian maka
apa yang diharapkan umat Islam dari parta-partai Islam tersebut.
Sumber : Majalah Al Furqon
143 Edisi 07 Tahun 13
Pekanbaru, 14 Jumadil Akhir
1438H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar