Selasa, 14 Maret 2017

Antara Kemenangan Islam dan Kemenangan “Partai Islam”



Memperjuangkan Islam melalui jalur demokrasi, itulah pengakuan sebagian kaum Muslimin yang berkecimpung dalam dunia partai. Memang zaman sekarang, banyak istilah-istilah syariat yang disalahgunakan dan disalahpahami termasuk istilah kemenangan Islam.

Setiap muslim baik individu maupun kelompok seharusnya memperjuangkan Islam bukan memperjuangkan golongan dan kepentingan pribadi atas nama Islam lewat partai maupun selainnya.

Bercermin Kepada Sahabat Nabi

Para sahabat yang mulia adalah umat yang tidak ada tandingannya sepanjang masa. Taqwa mereka ketika tidak memiliki apa-apa sama dengan taqwa mereka tatkala memiliki perbendaharaan harta Kisra dan Kaisar di tangan mereka.

Keadaan mereka tatkala disiksa dan menderita kemiskinan dan kelaparan sama dengan tatkala mereka menguasai jazirah Arab.

Akhlak dan keadaan mereka ketika memakai sandal yang sobek-sobek sama dengan keadaan mereka tatkala meruntuhkan Romawi dan Persia.

Jauh berbeda dengan kita pada zaman ini, keadaan dan akhlak kita saat miskin berbeda dengan akhlak saat kaya. Akhlak saat menjadi santri berbeda tatkala menjadi seorang da’i dan ustadz.

Akhlak sebelum diberi amanah berbeda dengan setelah diberi amanah. Akhlak sebelum menjadi pemimpin berbeda dengan setelah menjadi pemimpin.

Para Ulama berjalan diatas dakwah yang digariskan oleh Rosulullah . Mereka tidak berpartai, tidak berpolitik ala politik sekarang sekalipun ada peluang untuknya sebab mereka mengetahui bahwa kemenangan Islam tergantung pada keistiqomahan diatas dakwah yang lurus tidak menyelisihi dakwah Rosulullah .

Para Sahabat menegakkan amar ma’ruf nahi munkar pada diri dan keluarga mereka, kemudian masyarakat, hingga mereka tegakkan amar ma’ruf nahi munkar pada bangsa Romawi dan Persia. Maka Allah mengokohkan kekuasaan mereka di permukaan bumi.

Adapun kekuasaan partai tidak kokoh dan tidak lama kemudian segera akan roboh karena bangunannya rapuh lagi terabaikan tidak dipelihara dengan syariat. Apalagi yang membangunnya orang-orang lemah dan sakit (lemah iman dan sakit hati), lalu apa gerangan hasil bangunan yang akan dicapai ?

Bukti Kemenangan Islam

Kemenangan Islam bukan sekadar syiar yang disuarakan atau lambing yang terpampang secara lahir tanpa makna yang nyata, melainkan bukti yang paling utama dari kemenangan Islam adalah tampaknya syiar Islam yang paling kokoh yaitu tauhid dan shalat lalu diikuti oleh syiar lainnya.

Firman Allah :

الَّذِينَ إِنْ مَكَّنَّاهُمْ فِي الأرْضِ أَقَامُوا الصَّلاةَ

Orang-orang yang apabila diberi kekuasaan di muka bumi, mereka menunaikan shalat {QS Al Hajj 41}

Ayat ini mengandung banyak faedah diantaranya:

·         Kemenangan datang dari Allah dan diberikan kepada siapa yang memenuhi syaratnya
·         Syarat dan bukti kemenangan adalah menunaikan shalat, zakat dan menegakkan amar ma’ruf nahi munkar
·         Shalat dan lainnya lebih diwajibkan tatkala kita memiliki kekuasaan di bumi
·         Supaya kekuasaan dipelihara oleh Allah maka pelihara agama Allah .

Berkata Syaikh as Sa’di, “Dalam ayat ini Allah menyebutkan sifat orang yang menolong agama Allah, dengannya dikenal. Dan siapa saja yang mengaku menolong agamaNya tetapi tidak memiliki sifat ini maka dia dusta”.

Para Sahabat teladan utama dalam hal ini. Berkata Ibn Mas’ud, “Tidak ada yang meninggalkan shalat jama’ah di zaman Sahabat kecuali munafik tulen”.

Bandingkan dengan tokoh-tokoh dakwah sekarang yang menunaikan shalat sendiri di rumah tanpa mengetahui pentingnya shalat berjama’ah di masjid, apalagi mendakwahkannya.

Seharusnya partai-partai dan kelompok-kelompok Islam tatkala mereka memiliki kekuasaan seperti menjadi kepala Negara, ketua MPR, ketua DPR, menteri, gubernur, bupati, mereka menegakkan shalat dan menyeru umat yang mereka pimpin menunaikan shalat, menjadikannya syarat utama bagi pegawai dan karyawan, syarat masuk sekolah dan perguruan tinggi sebelum syarat yang lain. Tauhid dan sunnah ditegakkan, kesyirikan dan bid’ah diberantas, kema’rufan diperintahkan kemungkaran dilarang.

Jika tidak mampu diterapkan kepada masyarakat umum maka minimalnya diterapkan pada kelompok dan simpatisan partai sendiri dan jika tidak mampu juga, berarti sia-sia memiliki kekuasaan. Jika alasannya berat dan tidak semudah teori dan prinsip maka tinggalkan perjuangan Islam lewat partai karena ia bukan jalan yang digariskan oleh Allah dan RasulNya , oleh karena tidak membawa berkah.

Salah Paham Dalam Kemenangan Islam

Para aktivis dakwah dan partai politik Islam menyangka bahwa apabila partai mereka menang maka berarti itulah kemenangan Islam, apabila ada anggota partai mereka menduduki jabatan tinggi maka itu pertanda kekuatan Islam.

Mereka bangga dan merasa cukup dengan keberhasilan partai dalam bidang-bidang tertentu. Mereka bahagia dan menyangka bahwa mereka telah memenangkan Islam jika ada yang menjabat suatu jabatan di pemerintahan dari partai mereka.

Tidak dipungkiri bahwa ada diantara mereka yang berjuang lewat partai dengan niat baik demi agama Allah atau awal perjuangannya murni semata karena Allah, namun ditumpangi oleh orang-orang yang mencari dan memiliki kepentingan dunia dan nafsu. Atau, karena ketidakistiqomahan sehingga begitu gampang berubah setelah melihat jabatan dan harta yang menggiurkan.

Betapa banyak orang yang menumpang dan memanfaatkan peluang yang ada pada orang lain. Betapa banyak manusia yang gampang berubah hanya karena tergiur harta dan jabatan.

Dakwah Islam Awal Dan Akhir

Islam tidak melarang organisasi dan partai. Akan tetapi, yang terlarang adalag fanatic buta dan membangun wala’ dan baro’ diatas organisasi dan partai. Islam tidak mencela partai karena zatnya, tetapi mencela penyimpangan yang ada didalamnya.

Wali-wali Allah yang istiqomah di jalanNya disebut oleh Allah dengan hizbullah (partai Allah) tanpa mereka membangun dan berkumpul dibawah bendera “partai Hizbullah”. Ini gelar dari Allah untuk mereka dan sebaliknya partai yang menyimpang dari ajaran Allah batil dan tertolak sekalipun namanya “Partai Allah” atau “partai Ahli Surga” dan sekalipun pengikutnya para tokoh Islam.

Seharusnya organisasi dan partai hanya dijadikan sebagai wadah dan sarana untuk dakwah di jalan allah tidak dijadikan sebagai asas dan tujuan dakwah. Seharusnya mereka mengajak manusia kepada agama allah tanpa harus diajak ke partai. Seharusnya mereka memberikan wala’ secara penuh kepada muslim siapapun dia sekalipun bukan simpatisan partainya. Seharusnya asas persaudaraan adalah Islam bukan karena partai.

Seharusnya yang dipentingkan adalah agama allah kita tolong sekalipun partai tidak teertolong, menyelamatkan Islam sekalipun partai jadi korban, dan bukan sebaliknya.

Ummat Islam dan ummat dunia saat ini benar-benar merasakan sialnya partai-partai Islam. Sebelum mereka berkuasa bukan agama yang mereka perjuangkan atau agama sekedar symbol, dan setelah mereka berkuasa tidak membangun dan tidak memperbaiki agama.
Pada mulanya, sebagian partai Islam di negeri ini cukup disambut baik oleh umat Islam 
karena melihat prinsip-prinsip dakwah mereka yang tampaknya memberikan harapan besar kepada ummat Islam. Namun seiring dengan berjalannya waktu, terjadi kepincangan disana-sini yang mengecewakan banyak pihak bahkan mengecewakan para tokohnya yang masih istiqomah. Ini disebabkan karena asas syar’I dalam partai tersebut tidak kuat atau personil dan jama’ah yang ada didalamnya tidak memiliki sumber daya ilmu syar’i dan amal Islami yang handal. Kurangnya tarbiyah imaniah (pendidikan iman) dan hanya mementingkan tarbiyah siyasah (pendidikan politik) menjadi sebab utama terjadinya kepincangan pada kelompok mana pun.

Merasa cukup dengan banyaknya pengikut dan kemampuan dalam berpolitik tanpa ilmu syar’i dan amal saleh tidak menjamin kebaikan dan kebahagiaan golongan manapun. Seharusnya partai-partai Islam memiliki ciri khas dan jati diri yaitu menitikberatkan pada dakwah dan tarbiyah umat. Adapun jika mereka justru bersaing dengan partai politik lain dalam perebutan kursi jabatan dan kemegahan dunia maka tidak ada bedanya antara partai politik Islam dan partai politik non Islam.

Sejarah Kemenangan Islam

Rosulullah meninggal dunia dalam keadaan agamanya menang diatas semua agama. Kemudian dilanjutkan oleh khulafaur Rasyidin, lalu khilafah bani Umayyah dan bani ‘Abbasiyah Islam dalam keadaan menang dan jaya. Sekalipun ada celaan pada sebagian khulafah bani Umayyah atau bani ’Abbasiyah, jihad fi sabilillah sebagai ketinggian Islam tetap ditegakkan sehingga Islam menang dan tinggi diatas segala agama.

Hingga tatkala syirik dan bid’ah merajalela di masyarakat dan jihad ditinggalkan maka kejayaaan Islam hilang dan diganti oleh kekuasaan syirik dan bid’ah sekalipun tidak merata di seluruh penjuru bumi. Sekalipun secara lahir kekuasaan khulafah Islam lemah, secara individu ulama Islam tetap Berjaya seperti pada masa Imam Ahmad bin Hanbal dan Syaikh Ibnu taimiyah, lalu pada zaman Syaikh Muhammad ibn Abdul Wahhab bersama pemimpin keluarga Su’ud (Saud) menegakkan jihad untuk meninggikan kalimah tauhid hingga menyebar di jazirah arab dan dirasakan oleh umat dunia hingga saat ini.

Kerajaan Arab Saudi hingga saat ini terus mengangkat bendera kejayaan Islam dengan menegakkan tauhid dan sunnah, memberantas syirik dan bid’ah, dan menerapkan hukum Islam secara pribadi maupun Negara.

Kemenangan kaum muslimin dalam perang melawan kaum zionis Yahudi kemudian perang Afghanistan yang meruntuhkan salah satu Negara adidaya Uni Sovyet komunis. Semua itu merupakan bukti sejarah tentang kejayaan Islam dengan jihad ilmu, dakwah dan perang.

Adapun kemenangan dan kejayaan Islam yang dianggap oleh sebagian kalangan seperti kejayaan negeri bid’ah atau kudeta atau kemenangan partai-partai Islam di negeri-negeri Islam bukanlah kemenangan dan kejayaan Islam bila ditinjau dari beberapa sisi diantaranya:

  • Asas menyelisihi asas Islam
  • Lahir (tampak)nya Islam tetapi hakikatnya kelompok dan golongan
  • Sebagian mereka pada awal perjuangannya ikhlas lalu berubah setelah Allah memberikan kekuasaan pada mereka
  • Setelah mereka menang bukan Islam yang mereka perjuangkan tetapi kepentingan politik dan kemegahan dunia
  • Bahkan ciri khas Islam tidak tampak dalam keseharian mereka terutama aqidah  dan wala’ dan baro’
Jika faktanya demikian maka apa yang diharapkan umat Islam dari parta-partai Islam tersebut.


Wallahu a’lam

________________

Sumber : Majalah Al Furqon 143 Edisi 07 Tahun 13

Pekanbaru, 14 Jumadil Akhir 1438H




Tidak ada komentar:

Posting Komentar