Selasa, 14 Maret 2017

Antara Kemenangan Islam dan Kemenangan “Partai Islam”



Memperjuangkan Islam melalui jalur demokrasi, itulah pengakuan sebagian kaum Muslimin yang berkecimpung dalam dunia partai. Memang zaman sekarang, banyak istilah-istilah syariat yang disalahgunakan dan disalahpahami termasuk istilah kemenangan Islam.

Setiap muslim baik individu maupun kelompok seharusnya memperjuangkan Islam bukan memperjuangkan golongan dan kepentingan pribadi atas nama Islam lewat partai maupun selainnya.

Bercermin Kepada Sahabat Nabi

Para sahabat yang mulia adalah umat yang tidak ada tandingannya sepanjang masa. Taqwa mereka ketika tidak memiliki apa-apa sama dengan taqwa mereka tatkala memiliki perbendaharaan harta Kisra dan Kaisar di tangan mereka.

Keadaan mereka tatkala disiksa dan menderita kemiskinan dan kelaparan sama dengan tatkala mereka menguasai jazirah Arab.

Akhlak dan keadaan mereka ketika memakai sandal yang sobek-sobek sama dengan keadaan mereka tatkala meruntuhkan Romawi dan Persia.

Jauh berbeda dengan kita pada zaman ini, keadaan dan akhlak kita saat miskin berbeda dengan akhlak saat kaya. Akhlak saat menjadi santri berbeda tatkala menjadi seorang da’i dan ustadz.

Akhlak sebelum diberi amanah berbeda dengan setelah diberi amanah. Akhlak sebelum menjadi pemimpin berbeda dengan setelah menjadi pemimpin.

Para Ulama berjalan diatas dakwah yang digariskan oleh Rosulullah . Mereka tidak berpartai, tidak berpolitik ala politik sekarang sekalipun ada peluang untuknya sebab mereka mengetahui bahwa kemenangan Islam tergantung pada keistiqomahan diatas dakwah yang lurus tidak menyelisihi dakwah Rosulullah .

Para Sahabat menegakkan amar ma’ruf nahi munkar pada diri dan keluarga mereka, kemudian masyarakat, hingga mereka tegakkan amar ma’ruf nahi munkar pada bangsa Romawi dan Persia. Maka Allah mengokohkan kekuasaan mereka di permukaan bumi.

Adapun kekuasaan partai tidak kokoh dan tidak lama kemudian segera akan roboh karena bangunannya rapuh lagi terabaikan tidak dipelihara dengan syariat. Apalagi yang membangunnya orang-orang lemah dan sakit (lemah iman dan sakit hati), lalu apa gerangan hasil bangunan yang akan dicapai ?

Bukti Kemenangan Islam

Kemenangan Islam bukan sekadar syiar yang disuarakan atau lambing yang terpampang secara lahir tanpa makna yang nyata, melainkan bukti yang paling utama dari kemenangan Islam adalah tampaknya syiar Islam yang paling kokoh yaitu tauhid dan shalat lalu diikuti oleh syiar lainnya.

Firman Allah :

الَّذِينَ إِنْ مَكَّنَّاهُمْ فِي الأرْضِ أَقَامُوا الصَّلاةَ

Orang-orang yang apabila diberi kekuasaan di muka bumi, mereka menunaikan shalat {QS Al Hajj 41}

Ayat ini mengandung banyak faedah diantaranya:

·         Kemenangan datang dari Allah dan diberikan kepada siapa yang memenuhi syaratnya
·         Syarat dan bukti kemenangan adalah menunaikan shalat, zakat dan menegakkan amar ma’ruf nahi munkar
·         Shalat dan lainnya lebih diwajibkan tatkala kita memiliki kekuasaan di bumi
·         Supaya kekuasaan dipelihara oleh Allah maka pelihara agama Allah .

Berkata Syaikh as Sa’di, “Dalam ayat ini Allah menyebutkan sifat orang yang menolong agama Allah, dengannya dikenal. Dan siapa saja yang mengaku menolong agamaNya tetapi tidak memiliki sifat ini maka dia dusta”.

Para Sahabat teladan utama dalam hal ini. Berkata Ibn Mas’ud, “Tidak ada yang meninggalkan shalat jama’ah di zaman Sahabat kecuali munafik tulen”.

Bandingkan dengan tokoh-tokoh dakwah sekarang yang menunaikan shalat sendiri di rumah tanpa mengetahui pentingnya shalat berjama’ah di masjid, apalagi mendakwahkannya.

Seharusnya partai-partai dan kelompok-kelompok Islam tatkala mereka memiliki kekuasaan seperti menjadi kepala Negara, ketua MPR, ketua DPR, menteri, gubernur, bupati, mereka menegakkan shalat dan menyeru umat yang mereka pimpin menunaikan shalat, menjadikannya syarat utama bagi pegawai dan karyawan, syarat masuk sekolah dan perguruan tinggi sebelum syarat yang lain. Tauhid dan sunnah ditegakkan, kesyirikan dan bid’ah diberantas, kema’rufan diperintahkan kemungkaran dilarang.

Jika tidak mampu diterapkan kepada masyarakat umum maka minimalnya diterapkan pada kelompok dan simpatisan partai sendiri dan jika tidak mampu juga, berarti sia-sia memiliki kekuasaan. Jika alasannya berat dan tidak semudah teori dan prinsip maka tinggalkan perjuangan Islam lewat partai karena ia bukan jalan yang digariskan oleh Allah dan RasulNya , oleh karena tidak membawa berkah.

Salah Paham Dalam Kemenangan Islam

Para aktivis dakwah dan partai politik Islam menyangka bahwa apabila partai mereka menang maka berarti itulah kemenangan Islam, apabila ada anggota partai mereka menduduki jabatan tinggi maka itu pertanda kekuatan Islam.

Mereka bangga dan merasa cukup dengan keberhasilan partai dalam bidang-bidang tertentu. Mereka bahagia dan menyangka bahwa mereka telah memenangkan Islam jika ada yang menjabat suatu jabatan di pemerintahan dari partai mereka.

Tidak dipungkiri bahwa ada diantara mereka yang berjuang lewat partai dengan niat baik demi agama Allah atau awal perjuangannya murni semata karena Allah, namun ditumpangi oleh orang-orang yang mencari dan memiliki kepentingan dunia dan nafsu. Atau, karena ketidakistiqomahan sehingga begitu gampang berubah setelah melihat jabatan dan harta yang menggiurkan.

Betapa banyak orang yang menumpang dan memanfaatkan peluang yang ada pada orang lain. Betapa banyak manusia yang gampang berubah hanya karena tergiur harta dan jabatan.

Dakwah Islam Awal Dan Akhir

Islam tidak melarang organisasi dan partai. Akan tetapi, yang terlarang adalag fanatic buta dan membangun wala’ dan baro’ diatas organisasi dan partai. Islam tidak mencela partai karena zatnya, tetapi mencela penyimpangan yang ada didalamnya.

Wali-wali Allah yang istiqomah di jalanNya disebut oleh Allah dengan hizbullah (partai Allah) tanpa mereka membangun dan berkumpul dibawah bendera “partai Hizbullah”. Ini gelar dari Allah untuk mereka dan sebaliknya partai yang menyimpang dari ajaran Allah batil dan tertolak sekalipun namanya “Partai Allah” atau “partai Ahli Surga” dan sekalipun pengikutnya para tokoh Islam.

Seharusnya organisasi dan partai hanya dijadikan sebagai wadah dan sarana untuk dakwah di jalan allah tidak dijadikan sebagai asas dan tujuan dakwah. Seharusnya mereka mengajak manusia kepada agama allah tanpa harus diajak ke partai. Seharusnya mereka memberikan wala’ secara penuh kepada muslim siapapun dia sekalipun bukan simpatisan partainya. Seharusnya asas persaudaraan adalah Islam bukan karena partai.

Seharusnya yang dipentingkan adalah agama allah kita tolong sekalipun partai tidak teertolong, menyelamatkan Islam sekalipun partai jadi korban, dan bukan sebaliknya.

Ummat Islam dan ummat dunia saat ini benar-benar merasakan sialnya partai-partai Islam. Sebelum mereka berkuasa bukan agama yang mereka perjuangkan atau agama sekedar symbol, dan setelah mereka berkuasa tidak membangun dan tidak memperbaiki agama.
Pada mulanya, sebagian partai Islam di negeri ini cukup disambut baik oleh umat Islam 
karena melihat prinsip-prinsip dakwah mereka yang tampaknya memberikan harapan besar kepada ummat Islam. Namun seiring dengan berjalannya waktu, terjadi kepincangan disana-sini yang mengecewakan banyak pihak bahkan mengecewakan para tokohnya yang masih istiqomah. Ini disebabkan karena asas syar’I dalam partai tersebut tidak kuat atau personil dan jama’ah yang ada didalamnya tidak memiliki sumber daya ilmu syar’i dan amal Islami yang handal. Kurangnya tarbiyah imaniah (pendidikan iman) dan hanya mementingkan tarbiyah siyasah (pendidikan politik) menjadi sebab utama terjadinya kepincangan pada kelompok mana pun.

Merasa cukup dengan banyaknya pengikut dan kemampuan dalam berpolitik tanpa ilmu syar’i dan amal saleh tidak menjamin kebaikan dan kebahagiaan golongan manapun. Seharusnya partai-partai Islam memiliki ciri khas dan jati diri yaitu menitikberatkan pada dakwah dan tarbiyah umat. Adapun jika mereka justru bersaing dengan partai politik lain dalam perebutan kursi jabatan dan kemegahan dunia maka tidak ada bedanya antara partai politik Islam dan partai politik non Islam.

Sejarah Kemenangan Islam

Rosulullah meninggal dunia dalam keadaan agamanya menang diatas semua agama. Kemudian dilanjutkan oleh khulafaur Rasyidin, lalu khilafah bani Umayyah dan bani ‘Abbasiyah Islam dalam keadaan menang dan jaya. Sekalipun ada celaan pada sebagian khulafah bani Umayyah atau bani ’Abbasiyah, jihad fi sabilillah sebagai ketinggian Islam tetap ditegakkan sehingga Islam menang dan tinggi diatas segala agama.

Hingga tatkala syirik dan bid’ah merajalela di masyarakat dan jihad ditinggalkan maka kejayaaan Islam hilang dan diganti oleh kekuasaan syirik dan bid’ah sekalipun tidak merata di seluruh penjuru bumi. Sekalipun secara lahir kekuasaan khulafah Islam lemah, secara individu ulama Islam tetap Berjaya seperti pada masa Imam Ahmad bin Hanbal dan Syaikh Ibnu taimiyah, lalu pada zaman Syaikh Muhammad ibn Abdul Wahhab bersama pemimpin keluarga Su’ud (Saud) menegakkan jihad untuk meninggikan kalimah tauhid hingga menyebar di jazirah arab dan dirasakan oleh umat dunia hingga saat ini.

Kerajaan Arab Saudi hingga saat ini terus mengangkat bendera kejayaan Islam dengan menegakkan tauhid dan sunnah, memberantas syirik dan bid’ah, dan menerapkan hukum Islam secara pribadi maupun Negara.

Kemenangan kaum muslimin dalam perang melawan kaum zionis Yahudi kemudian perang Afghanistan yang meruntuhkan salah satu Negara adidaya Uni Sovyet komunis. Semua itu merupakan bukti sejarah tentang kejayaan Islam dengan jihad ilmu, dakwah dan perang.

Adapun kemenangan dan kejayaan Islam yang dianggap oleh sebagian kalangan seperti kejayaan negeri bid’ah atau kudeta atau kemenangan partai-partai Islam di negeri-negeri Islam bukanlah kemenangan dan kejayaan Islam bila ditinjau dari beberapa sisi diantaranya:

  • Asas menyelisihi asas Islam
  • Lahir (tampak)nya Islam tetapi hakikatnya kelompok dan golongan
  • Sebagian mereka pada awal perjuangannya ikhlas lalu berubah setelah Allah memberikan kekuasaan pada mereka
  • Setelah mereka menang bukan Islam yang mereka perjuangkan tetapi kepentingan politik dan kemegahan dunia
  • Bahkan ciri khas Islam tidak tampak dalam keseharian mereka terutama aqidah  dan wala’ dan baro’
Jika faktanya demikian maka apa yang diharapkan umat Islam dari parta-partai Islam tersebut.


Wallahu a’lam

________________

Sumber : Majalah Al Furqon 143 Edisi 07 Tahun 13

Pekanbaru, 14 Jumadil Akhir 1438H




Jumat, 23 Desember 2016

Kalau Memang Islam Agama Yang Benar, Mengapa Ummat Islam Terbelakang (Bagian 2 Terakhir)





Apakah Kejayaan Akan Kembali Kepada Islam ???

Setelah kita memahami bahwa masa-masa kemenangan dan kekalahan itu dipergilirkan oleh Allah diantara manusia, dan saat ini kejayaan sedang dirasakan oleh kaum kuffar, maka apakah kejayaan itu akan kembali kepada kaum muslimin lagi seperti dahulu kala ?

Dengan tegas dan penuh keyakinan kita jawab: “Ya”. Kejayaan pasti akan kembali kepada Islam dan itu adalah janji Allah dan Allah tak akan menyelisihi janjiNya. Banyak sekali ayat Al Qur’an dan Hadist yang menegaskan bahwa Islam akan kembali Berjaya sebagaimana dahulu pernah berjaya.

Allah berfirman:

هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ

Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang-orang musyrik benci {QS Ash Shaff 9}

Rasulullah bersabda:

Sungguh perkara (agama) ini akan menjangkau wilayah-wilayah yang telah dijangkau oleh siang dan malam dan Allah tidak akan menyisakan satu rumah pun baik di perkotaan maupun di pelosok-pelosok melainkan pasti Allah masukkan padanya agama ini dengan perantara kemuliaannya orang yang mulia ataupun kehinaan-kehinaan orang yang hina” {HR Ahmad 16957, shahih sesuai syarat Bukhori dan Muslim}

Rasulullah bersabda:

لَتُقَاتِلُنَّ الْيَهُودَ فَلَتَقْتُلُنَّهُمْ حَتَّى يَقُولَ الْحَجَرُ يَا مُسْلِمُ هَذَا يَهُودِيٌّ فَتَعَالَ فَاقْتُلْهُ

Kalian akan memerangi Yahudi dan kalian akan membunuh mereka hingga batu berkata: 'Hai Muslim, ini orang Yahudi, kemarilah lalu bunuhlah {HR Muslim di Kitab Fitnah}

Ayat-ayat dan hadist-hadist diatas cukuplah untuk menunjukkan kepada kita semua bahwa sebelum datang hari kiamat, Islam akan kembali mengalami masa kejayaan dan kemenangan sebagaimana dahulu. Akan tetapi, Allah dengan hikmahNya menghendaki bahwa kemenangan itu akan terwujud apabila sebab-sebabnya ditempuh

Sebab-Sebab Kemenangan

Adapun sebab-sebab kemenangan yang hendaknya ditempuh, diantaranya adalah:

1.    Beriman dan beramal shalih

Allah berfirman:

وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الأرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا

Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa {QS An Nuur 55}

2.    Kembali kepada agama Allah

Rasulullah bersabda:

عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِينَةِ وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ وَرَضِيتُمْ بِالزَّرْعِ وَتَرَكْتُمْ الْجِهَادَ سَلَّطَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ ذُلًّا لَا يَنْزِعُهُ حَتَّى تَرْجِعُوا إِلَى دِينِكُمْ

Dari Ibnu Umar, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah bersabda, "Jika kalian melakukan jual beli dengan cara 'inah, mengambil ekor-ekor sapi, sibuk dengan pertanian, dan meninggalkan jihad, maka Allah akan menebarkan kehinaan kepada kalian, yang tidak akan dicabutnya sampai kalian kembali ke agama Allah {HR Abu Daud 3462 (Shahih) Ash-Shahihah 11}

3.    Mempelajari dan mengikuti jejak pendahulu kita as salafush shalih

Sebagaimana ucapan Imam Malik yang sangat masyhur: “Tidak akan baik urusan generasi akhir ummat ini kecuali dengan apa yang telah membuat baik generasi pendahulunya”

4.    Mengokohkan kesabaran dan selalu siap siaga

Allah berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung {QS Ali Imron 200}

5.    Berpegang teguh dengan agama Allah dan tidak bercerai berai

Allah berfirman:

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلا تَفَرَّقُوا

Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai {QS Ali Imron 103}

Sebab, bercerai-berai itu akan menghilangkan kekuatan, sebagaimana Allah berfirman:

وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ

Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu {QS Al Anfal 46}

Pada dua ayat diatas, Allah mengisyaratkan akan pentingnya persatuan. Namun, yang dimaksud bukanlah semata-mata persatuan jasad, melainkan persatuan hati pula dalam memegangi tali (agama) Allah yaitu aqidah shahihah (aqidah yang benar) dan syari’ah muthaharoh (syari’at yang suci)

Penutup

Mungkin diantara kita ada yang bertanya: “Melihat kondisi kaum muslimin yang sedemikian parah seperti ini, apakah mereka akan mampu bangkit menempuh sebab-sebab kemenangan tersebut ?”

Jawabnya: Ketika Allah telah berkehendak untuk memenangkan agamaNya dan mengaitkan kemenangan itu dengan sebab-sebab, maka sebab-sebab itu pun pasti akan terwujud. Walaupun seandainya kita tidak mau menempuh sebab-sebab itu dan hanya berpangku tangan saja, kemenangan tetap akan terwujud karena itu adalah janji Allah, tetapi terwujudnya kemenangan itu bukan dengan perantaraan kita. Allah akan ganti kita dengan kaum yang lain yang lebih baik dari kita kemudian mereka akan berjuang tidak seperti kita yang hanya berpangku tangan saja, kemudian Allah akan wujudkan kemenangan itu melalui tangan-tangan mereka. Allah berfirman:

وَإِنْ تَتَوَلَّوْا يَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْ ثُمَّ لا يَكُونُوا أَمْثَالَكُمْ

Dan jika kamu berpaling niscaya Dia akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain, dan mereka tidak akan seperti kalian ini {QS Muhammad 38}

Maka pilihan ada ditangan kita, apakah kita memilih untuk menjadi pejuang-pejuang yang berjuang menyongsong masa kejayaan Islam atau Allah akan ganti kita dengan kaum lain yang lebih baik dari kita. Apabila kita memilih untuk menjadi pejuang yang menyongsong kejayaan Islam maka itu adalah sebuah keutamaan dan kemuliaan besar bagi kita. Namun, bila kita memlilih pilihan yang kedua maka alangkah meruginya kita

Wallahu a’lam

Sumber: Majalah Al Furqon Edisi 3 Tahun 14 Syawwal 1435H

Abu Jeehan
Pekanbaru, 25 Rabiul Awwal 1438H

Sabtu, 17 Desember 2016

Kalau Memang Islam Agama Yang Benar, Mengapa Ummat Islam Terbelakang (Bagian 1 dari 2 Tulisan)





Keadaan ummat Islam di sebagian wilayah sedang berada dalam kondisi lemah, terpuruk, terbelakang, dan bahkan terjajah, dikuasai oleh bangsa lain seperti ummat Islam yang berada di Palestina, Suriah, Nyanmar, dan yang lainnya.

Kondisi lemah tersebut berlangsung dalam kurun waktu yang cukup lama, kurang lebih sejak abad ke 19 M (yaitu masa penjajahan bangsa-bangsa Eropa terhadap wilayah-wilayah kaum Muslimin) hingga sekarang. Sementara itu, kekuatan besar baik kekuatan persenjataan, militer, teknologi, ekonomi, politik, dan kekuatan-kekuatan penting lainnya berada pada bangsa kuffar. Itulah sedikit gambaran tentang kondisi sebagian kaum Muslimin saat ini.

Syubhat

Fakta yang memilukan tadi dijadikan alat oleh para pendengki Islam untuk menggembosi semangat kaum Muslimin. Mereka menyebarkan syubhat dengan memunculkan fakta tersebut. Mereka mengatakan: “Mengapa ummat Islam mengalami keterpurukan yang berkepanjangan ? Dan mengapa kejayaan dan kemenangan justru berada di pihak bangsa-bangsa kuffar ? Kalau memang Islam adalah agama yang benar dan diridhoi Allah , tentu kemenangan berada di pihak Islam. Allah pasti menolong agamaNya dan memenangkannya diatas agama lainnya. Tapi mana buktinya ??”

Syubhat ini benar-benar merasuk dan sangat berpengaruh pada jiwa sebagian besar ummat Islam, khususnya dari kalangan awam. Bahkan, mungkin syubhat ini sudah lebih dahulu menjangkiti jiwa dan pikiran mereka sebelum dimunculkan oleh para pendengki Islam.

Mereka pesimis dengan kemenangan Islam, patah semangat, kalah mental, dan menganggap mustahil Islam akan bisa menang. Ditambah lagi dengan kondisi kaum Muslimin yang banyak berselisih, berseteru satu sama lain, bercerai-berai dan terpecah-pecah menjadi berkelompok-kelompok serta susah untuk disatukan—padahal persatuan adalah salah satu unsur terpenting dalam meraih kemenangan—hal ini semakin menambah patah semangat dan kekalahan mental mereka. Dan tidak jarang, kekalahan mental ini mengantarkan mereka kepada perasaan ragu dan bimbang terhadap kebenaran Islam.

Fatalnya Pola Pikir Ini

Sungguh cara berpikir seperti ini amat berbahaya. Pola pikir seperti ini hanya menyusupi jiwa yang lemah imannya dan tipis keyakinannya. Pola pikir ini sangat bertentangan dengan keimanan kepada qodho dan qodhar, disamping menunjukkan minimnya keyakinan terhadap janji Allah dan hanya memandang kepada hal-hal yang tampak semata.

Bagaimana mungkin seorang mukmin berprasangka buruk seperti itu kepada Allah ? Padahal, Allah telah menetapkan bahwasanya kemenangan itu untuk agamaNya dan bahwasanya akibat yang baik itu bagi orang-orang yang bertaqwa.

Pasukan-pasukanNya lah yang akan menjadi pemenang dan bumi ini akan diwariskan Allah kepada hamba-hambaNya yang sholih.

Barangsiapa yang memiliki prasangka seperti itu—yaitu agama Allah tidak akan menang—sungguh ia telah berburuk sangka kepada Allah suatu sifat yang tidak layak bagiNya.

Sesungguhnya keagungan, kemuliaan, dan kebijaksanaan Allah sangat menolak hal itu semua. Dan orang yang memiliki prasangka seperti itu sungguh ia tidak mengenal kemuliaan Allah , keagunganNya dan kebijaksanaanNya.

Mengurai Syubhat

Maka dari itu, pola pikir seperti ini harus segera ditanggulangi. Dan diantara cara untuk menanggulanginya adalah dengan mengurai syubhat yang sedang bercokol di benak mereka.

Untuk mengurai syubhat ini, ada dua hal yang hendaknya ditanamkan kepada kaum Muslimin, yakni:

1.    Memahami dengan benar permasalahan qodho dan qodhar

Banyak definisi yang dipaparkan oleh para ulama tentang makna qodhar. Definisi yang satu dengan yang lainnya saling melengkapi. Sebagian ulama mendefinisikan bahwa qodhar adalah ketentuan Allah untuk semua isi jagad raya ini sesuai dengan ilmuNya yang mendahului segala sesuatu dan berdasarkan hikmah yang dimilikiNya.

Sebagian lainnya memaparkan bahwa qodhar adalah ilmu Allah yang telah mendahului segala sesuatu dan yang telah ditulis oleh pena tentang apa saja yang terjadi untuk selamanya. Dan sebagian lagi mengatakan bahwa qodhar adalah ilmu, pencatatan, kehendak, dan penciptaan Allah terhadap segala sesuatu yang ada di jagad rayaNya.

Ibnu Taimiyah berkata: “Segala yang dikehendaki Allah pasti terjadi dan segala yang tidak dikehendaki Allah pasti tak terjadi. Tidak ada di jagad raya ini satu kejadian pun melainkan itu dengan kehendakNya, bahkan Dia berkuasa atas segala sesuatu. Tidaklah Allah berkehendak atas sesuatu melainkan Allah pasti kuasa untuk mewujudkannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang telah terjadi, apa yang sedang terjadi, dan apa yang tidak terjadi kalau seandainya terjadi bagaimana jadinya.

Iman kepada qodho dan qodhar memiliki empat tingkatan, yaitu mengimani bahwa:
·         Segala yang terjadi di jagad raya ini telah diketahui Allah

Allah berfirman:
هُوَ اللَّهُ الَّذِي لا إِلَهَ إِلا هُوَ عَالِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ
Dia-lah Allah Yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata, Dia-lah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang {QS Al Hasyr 22}
·          Segala yang terjadi di jagad raya ini telah ditulis oleh Allah

Rasulullah bersabda:
كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلَائِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ
Allah telah menulis takdir semua makhluk 50,000 tahun sebelum Dia menciptakan langit dan bumi {HR Muslim di Kitab Taqdir}

·          Segala yang terjadi di jagad raya ini berjalan dengan kehendak Allah

Allah berfirman:
إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ
Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: "Jadilah!" maka terjadilah ia. {QS Yaasin 82}

·          Segala yang terjadi di jagad raya ini diciptakan oleh Allah

Allah berfirman:
اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ
Allah-lah Pencipta segala sesuatu {QS Az Zumar 62}

Setelah kita memahami masalah qodhar sebagaimana dipaparkan diatas, maka pahamilah bahwa kemenangan yang didapatkan oleh bangsa-bangsa kuffar dan kekalahan yang dialami oleh kaum Muslimin itu termasuk sesuatu yang telah diketahui Allah sebelum terjadinya bahkan telah ditulisNya dalam Lauhul Mahfuzh, dikehendaki dan diciptakanNya.

Karena, sekali lagi, tidak ada satu kejadian pun di alam raya ini yang keluar dari kehendak Allah . Dan Allah   menghendaki itu semua berdasarkan ilmu dan hikmah yang ada padaNya. Apabila hal itu kita pahami dengan baik maka akan sedikit terurai syubhat yang kita resahkan.

2.    Memahami sunatullah (hukum yang diberlakukan Allah ) di jagad raya

Ayat –ayat Allah yang ada didalam Qur’an maupun ayat-ayatNya yang ada di alam semesta ini (ayat kauniyah) menjelaskan kepada kita bahwasanya masa-masa kemenangan itu tidak selamanya diperuntukkan kepada suatu kaum saja secara terus-menerus, tetapi akan dipergilirkan oleh Allah dari suatu kaum kepada kaum yang lain untuk suatu hikmah yang dikehendakiNya.

Adapun ayat-ayat Qur’an yang menunjukkan hal tersebut adalah firman Allah berikut ini:

وَلا تَهِنُوا وَلا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الأعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
إِنْ يَمْسَسْكُمْ قَرْحٌ فَقَدْ مَسَّ الْقَوْمَ قَرْحٌ مِثْلُهُ وَتِلْكَ الأيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَيَتَّخِذَ مِنْكُمْ شُهَدَاءَ وَاللَّهُ لا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ

Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman. Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itu pun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang lalim {QS Ali Imron 139-140}

Berkenaan dengan ayat diatas berkata Syaikh As Sa’di: “Pada ayat diatas, Allah menghibur kaum mukminin dari kekalahan yang mereka alami dan menjelaskan kepada mereka beberapa hikmah dari kekalahan tersebut, maka Allah pun berfirman

إِنْ يَمْسَسْكُمْ قَرْحٌ فَقَدْ مَسَّ الْقَوْمَ قَرْحٌ مِثْلُهُ

Jika kamu (pada perang uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang badar) mendapat luka yang serupa

Kalian dan mereka (kaum kafirin) sama-sama memperoleh luka, tetapi kalian bisa berharap dari Allah sesuatu yang tidak bisa mereka harapkan (yaitu pahala dan ridhaNya). Dan diantara hikmah yang lain adalah bahwasanya kenikmatan dunia ini memang Allah berikan kepada siapa saja baik mukmin maupun kafir, orang yang berbakti maupun orang yang durhaka. Maka dari itu, Allah pergilirkan hari-hari (kejayaan dan kehancuran) diantara manusia, terkadang Allah berikan kepada suatu golongan dan terkadang dihari yang lain Allah berikan kepada golongan yang lain, karena kenikmatan dunia ini fana dan akan segera usai, berbeda halnya dengan akhirat, maka akhirat itu dikhususkan bagi kalian saja, wahai kaum mukminin.

Adapun ayat-ayat kauniyah yang menjelaskan akan hal itu adalah fakta-fakta sejarah yang ada. Tidak ada suatu kaum atau suatu bangsa pun dalam sejarah dunia yang mengalami masa kejayaan abadi selamanya dari sejak munculnya bangsa itu hingga sekarang.
Bangsa-bangsa yang pernah berjaya di masa lalu, sebagian sudah tak terdengar lagi kejayaannya saat ini atau bahkan ada yang musnah tinggal kenangan.

Di awal mula kemunculan Islam, kaum muslimin jumlahnya sedikit, lemah dan tertindas, sehingga sampailah mereka pada kondisi berat yang tidak tertahankan sehingga mereka berhijrah ke Madinah dan disana Islam berkembang, jumlah kaum muslimin pun bertambah dan kekuatan pun mulai tersusun sehingga mereka bisa melakukan perlawanan terhadap kaum kafir Quraisy, kemudian mereka menang pada perang badar lalu pada perang uhud mereka mengalami kekalahan, kemudian pada peperangan berikutnya, kemenangan demi kemenangan mereka raih hingga akhirnya mereka bisa menakhlukkan kota Makkah, sebuah kota yang dahulu mereka terusir darinya.

Setelah itu, kemenangan demi kemenangan mereka raih kembali. Daerah kekuasaan Islam semakin meluas di masa Khilafah Ar Rasyidin, dan dilanjutkan dengan Daulah Bani Umayyah, kemudian digantikan Daulah Abbasiyyah, sedang kemajuan demi kemajuan terus dirasakan.

Kemudian setelah mengalami masa kejayaan yang begitu panjang, diakhir-akhir pemerintahan Daulah Abbasiyyah, datanglah serangan besar-besaran dari bangsa Mongol yang memporak-poranda masyarakat Islam pada waktu itu, dan akhirnya hal itu menjadi sebab runtuhnya pemerintahan Daulah Abbasiyyah.

Setelah itu kaum muslimin berangsur-angsur melemah, kemudian mereka berupaya bangkit dari kelemahan, sehingga mereka berhasil bangkit dan kembali meraih kemenangan demi kemenangan diantaranya penakhlukkan Konstantinopel oleh Muhammad Al Fatih.

Kemudian pemerintahan Islam terbesar itupun mengalami kemerostan demi kemerosotan hingga berujung pada runtuhnya pemerintahan tersebut dan digantikan oleh sebuah sistem republik sekuler dibawah kendali oleh seorang yahudi penyusup yakni Mustafa Kamal At Taturk.

Sejak saat itu kaum muslimin mengalami kemerosotan dan keterpurukan hingga saat ini. Demikianlah Allah mempergilirkan masa-masa kejayaan dan kekalahan kepada ummat manusia untuk suatu hikmah yang Dia kehendaki.

Bersambung….

Wallahu a’lam

Sumber: Majalah Al Furqon Edisi 3 Tahun 14 Syawwal 1435H


Abu Jeehan
Pekanbaru, 19 Rabiul Awwal 1438H