Secara bahasa, sakinah,
mawaddah dan rahmah berarti ketenangan, cinta suci dan kasih
sayang. Penjelasan para Ulama ahli tafsir tentang makna tiga kata ini berkisar
pada makna lughawi (secara bahasa) di atas. Ini berarti bahwa pernikahan
yang disyariatkan dalam Islam bertujuan untuk mewujudkan ketenangan dalam diri
anggota keluarga yang berlandaskan cinta dan kasih sayang yang suci.
Oleh karena itu ketenangan,
cinta suci dan kasih sayang yang hakiki tidak mungkin terwujud kecuali dengan
menjadikan ketaatan kepada Allah ﷻ
dan upaya untuk meraih keridhoanNya
sebagai landasan berumah tangga. Karena segala bentuk kebaikan dan kebahagiaan
yang diinginkan oleh manusia ada ditangan Allah ﷻ
dan Dialah yang memilikinya. Rasulullah ﷺ
mengisyaratkan hal ini dalam doa beliau:”…(Ya Allah)
kebaikan itu semua ada ditanganMu dan keburukan itu tidaklah ada padaMu…” {HR
Muslim 771}
Dalam banyak ayat Al
Qur’an, Allah ﷻ menegaskan bahwa
segala bentuk kebaikan, kebahagiaan dan ketenangan dalam hidup manusia, hanya
akan diraih dengan memahami dan mengamalkan petunjukNya, dan sebaliknya,
berpaling dari petunjukNya merupakan sumber utama kesengsaraan dan kesempitan
hidup.
Allah ﷻ berfirman:
Barangsiapa
yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan
beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik (di
dunia) dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka (di akhirat)
dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. {QS An Nahl
97}
Dan firmanNya:
Orang-orang
yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah,
hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. {QS Ar Ra’du 28}
Juga firmanNya:
Dan
barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan
yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan
buta. Berkatalah ia: "Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam
keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?" Allah
berfirman: "Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu
melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamupun dilupakan {QS Thahaa
124-126}
Dan diantara nama Allah ﷻ yang Maha Indah adalah ar Rahman
(Yang Maha Pengasih) dan al Wadud (Yang Maha Mencintai hamba-hambaNya
yang beriman dan merekapun mencintaiNya). Maka semua bentuk cinta dan kasih
sayang berasal dariNya dan Dialah yang melimpahkan semua itu kepada manusia.
Karena itu cinta dan kasih sayang yang hakiki tidak mungkin dapat terwujud
dalam satu keluarga Muslim jika para anggota keluarganya berpaling dari
petunjuk Allah ﷻ Dzat Yang Maha
Pengasih dan Maha Penyayang.
Salah Mengartikan Makna
Cinta Dan Kasih Sayang
Sebagian orang keliru
mengartikan dan menempatkan makna cinta dan kasih sayang kepada anggota
keluarga, dengan menuruti semua keinginan mereka, meskipun dalam hal-hal yang
bertentangan dengan petunjuk Allah ﷻ.
Sikap demikian ini justru akan mencelakakan dan merusak kebahagiaan hidup
mereka sendiri. Inilah makna firman Allah ﷻ.
Hai
orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan
anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah kamu terhadap
mereka…{ QS At Taghabun 14}
Makna “menjadi musuh
bagimu” adalah melalaikan kamu dari melakukan amal shaleh dan bisa
menjerumuskanmu ke dalam perbuatan maksiat kepada Allah ﷻ.
Syaikh As Sa’di, ketika
menjelaskan makna ayat diatas, beliau berkata:”…Karena jiwa manusia memiliki
fitrah untuk cinta kepada istri dan anak-anak, maka (dalam ayat ini) Allah ﷻ memperingatkan hamba-hambaNya agar (jangan
sampai) kecintaan ini menjadikan mereka menuruti semua keinginan istri dan
anak-anak mereka dalam hal yang dilarang dalam syariat. Dan Dia ﷻ memotivasi hamba-hambaNya untuk (selalu)
melaksanakan perintah-perintahNya dan mendahulukan keridhoanNya…”.
Maka, pelanggaran terhadap
syariat Allah ﷻ dan perbuatan maksiat
yang dilakukan anggota keluarga, inilah yang menjadi penyebab utama tidak
terwujudnya ketenangan dan kebahagiaan sejati dalam rumah tangga tersebut.
bukankah penyebab terjadinya bencana secara umum, termasuk bencana dalam rumah
tangga, adalah perbuatan maksiat manusia? Simaklah firman Allah ﷻ berikut:
Dan apa saja
musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu
sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu) {QS
Asy Syuuro 30}
Salah seorang ulama salaf
yang mengatakan: “Sungguh (ketika) aku bermaksiat kepada Allah, maka aku
melihat (pengaruh buruk) perbuatan maksiat tersebut pada tingkah laku istriku…”
Maka ketika tingkah laku
dan sikap anggota keluarga satu dengan lainnya buruk, disebabkan perbuatan
maksiat yang mereka lakukan, apakah mungkin akan tercipta keharmonisan dan
hubungan baik diantara mereka? Lalu apakah mungkin dalam keluarga seperti ini
akan terwujud sakinah, mawaddah dan rahmah ?
Penutup
Demikianlah makna sakinah,
mawaddah dan rahmah, sebagai balasan kebaikan yang Allah ﷻ segerakan bagi hamba-hambaNya yang taat
kepadaNya di dunia ini, sebelum kelak mereka akan mendapatkan balasan yang
lebih baik dan sempurna dari Allah di kehidupan akhirat. Allah ﷻ berfirman:
(yaitu)
syurga 'Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang
saleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang
malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu. (sambil
mengucapkan): "Salamun 'alaikum bima shabartum". Maka alangkah
baiknya tempat kesudahan itu {QS Ar Ra’d 23-24}
Inilah hakikat ketenangan
dan kedamaian dalam jiwa yang dirasakan oleh orang-orang yang beriman, ketika
mereka mendapati anggota keluarga mereka selalu taat kepada Allah ﷻ. Karenanya, Allah ﷻ memuji hamba-hambaNya yang bertakwa ketika mereka mengucapkan
permohonan ini kepadaNya, dalam firmanNya :
Dan orang
orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami
isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan
jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa {QS Al Furqon 74}
Imam Hasan al Bashri ketika
ditanya tentang makna ayat diatas, beliau berkata: “Allah akan memperlihatkan
kepada hambaNya yang beriman pada diri istri, saudara dan orang-orang yang
dicintainya ketaatan (mereka) kepada Allah ﷻ.
Demi Allah tidak ada sesuatupun yang lebih menyejukkan pandangan mata seorang
muslim daripada ketika dia melihat anak, cucu, saudara dan orang-orang yang
dicintainya taat kepada Allah ﷻ.
Semoga tulisan ini
bermanfaat bagi kita semua dan menjadi sebab untuk meraih kebahagiaan hidup
sejati di dunia dan akhirat
Wallahu a’lam
Sumber: Majalah As-Sunnah
No 08/Thn XVI Muharram 1434H
Abu Jeehan
Pekanbaru 01 Jumadil Awwal
1437H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar