Senin, 16 November 2015

“Mati” Atau “Meninggal”???




Kedua kalimat tersebut, sepanjang yang penulis ketahui untuk di Indonesia bahwa kalimat “mati” biasanya dipakai untuk binatang atau hewan yang telah hilang nyawanya sebagaimana kita pelajari di sekolah-sekolah. Sedangkan kalimat “meninggal” biasanya dipakai untuk seorang manusia yang telah hilang nyawanya.

Kaum Muslimin sepakat bahwa kitab Al Qur’an kitab yang termulia yang ada di permukaan bumi dan bahasa Al Qur’an adalah bahasa terindah yang ada di permukaan bumi.

Sepanjang yang saya ketahui dan saya pelajari bahwa di dalam Qur’an hanya ada kalimat “mati”. Dan kaum Muslimin sadar atau tidak sadar teramat sering membacanya lima kali sehari bila ia membaca salah satu do’a iftitah tersebut didalam shalatnya, dan do’a tersebut ternyata ada juga di dalam Al Qur’an sebagimana Allah Berfirman:

Qul inna sholatii wanusukii wamahyaaya wamamaatii Lillahi Robbil ‘alamiin
Katakanlah (Muhammad) sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam {QS Al An’am 162)

Teringat penulis akan perkataan guru kami Ustadz Abdul Hakim Abdat yakni agar kita mendidik generasi kita untuk mengajarkan ilmu-ilmu agama, bukan untuk menjadi ustadz/ustadzah tetapi agar mereka paham ilmu agama


Wallahu a’lam

Pekanbaru, 04 Shafar 1437H

Abu Jeehan


Sabtu, 14 November 2015

Masih Maukah Kita Melakukan Perkara Baru Dalam Ibadah !!!





Kewajiban bagi seorang hamba adalah mensyukuri rahmat dan nikmat yang Allah berikan kepadanya. Dan sesungguhnya hidup kita setiap hari, setiap jam, setiap menit bergelimang dengan ribuan, jutaan dan milyaran rahmat Allah . Sebagaimana yang Allah terangkan dalam Qur’an:

Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah) {QS Ibrahim 34}

Itu artinya ibadah dan ketaatan kita kalau digunakan untuk membayar rahmat Allah tak terbayar, kalau rahmat Allah itu satu juta maka syukur kita harus satu juta baru dia impas. Kalau nikmat Allah satu milyar maka syukur kita harus satu milyar. Kalau rahmat Allah satu trilyun maka syukur kita harus satu trilyun.

Ketahuilah wahai manusia seandainya semenjak anda bangun dari tidur lalu ruku dan sujud sampai anda tertidur lagi itu belum cukup untuk membayar rahmat dan nikmat Allah , kalau rasa syukur itu untuk membalas rahmat dan nikmat Allah

Ketahuilah diantara rahmat dan nikmat Allah terbesar adalah diutusnya Rasulullah Tanpa Rasulullah kita tidak tahu bagaimana jalan menuju surga
Tanpa Rasulullah kita tidak tahu bagaimana cara meraih ridho Allah
Tanpa Rasulullah kita akan kepayahan dalam menentukan yang baik dan yang buruk
Tanpa Rasulullah kita akan sulit mengetahui mana yang haq dan mana yang bathil, karena logika manusia, kejeniusan manusia tidak akan mampu mendatangkan risalah yang agung selain risalah Islam dan selengkap risalah Islam. 

Al-Qur’an adalah bukan karya Nabi Muhammad tapi Allah turunkan dari langit dan Rasul sampaikan kepada ummat seperti yang Beliau terima, sebagaimana Allah berfirman : 

Seandainya dia (Muhammad) mengadakan sebagian perkataan atas (nama) Kami, niscaya benar-benar Kami pegang dia pada tangan kanannya Kemudian benar-benar Kami potong urat tali jantungnya Maka sekali-kali tidak ada seorangpun dari kamu yang dapat menghalangi (Kami), dari pemotongan urat nadi itu {QS Al Haqqah 44-47}

Apa manfaat dari keyakinan yang tertanam didalam jiwa kita bahwa Rasulullah penyampai bukan pengarang, syariat bukan berasal dari Rasulullah , syariat berasal dari Allah , manfaatnya yakni agar kita tidak mengarang syariat, syariat itu bukan seperti yang diinginkan Nabi Muhammad . Kalau Nabi Muhammad manusia terbaik di permukaan bumi, manusia paling sholeh, manusia paling bertakwa, tidak berhak untuk mengarang syariat, maka berhakkah anda mengarang soal syariat.

Anda tidak lebih sholeh dari Nabi Muhammad , itu PASTI
Anda tidak lebih bertaqwa dari Nabi Muhammad , itu PASTI
Anda tidak lebih pintar dari Nabi Muhammad , itu PASTI

Ketika anda tidak lebih sholeh, tidak lebih pintar, tidak lebih bertaqwa, pantaskah anda membuat sesuatu sementara Nabi Muhammad tidak boleh membuat sesuatu semaunya, berfikirlah wahai pelaku bid’ah

Orang yang sadar bahwa agama Islam bukanlah karya Nabi Muhammad , orang yang sadar tak akan bisa mengarang sesempurna agama Islam ini yang tanpa cacat dan cela, agama yang tidak bertentangan dengan zaman, agama yang bisa mengayomi seluruh manusia dan diatur dengan peraturan yang sempurna

Adapun manusia bila membuat peraturan untuk tahun ini tetapi tidak bisa untuk tahun berikutnya dan seterusnya, bisa untuk daerah sini tapi belum bisa untuk daerah lain itulah peraturan manusia walaupun  dalam lingkup yang kecil pasti ada perbedaan pendapat

Orang yang faham ini tidak akan berani mengutak-atik syariat, orang yang faham ini tidak akan berani menambahkan sesuatu yang tidak ada di dalam syariat, karena dia tahu persis dia tidak boleh protes kepada Allah , dia tidak lebih hebat dari Allah , karena Allah yang mengetahui kemaslahatan bagi hambanya

Hai manusia, tahukah anda berapa jumlah rambut yang ada di kepalamu, di janggutmu atau di kumismu, kalau tidak tahu kenapa masih membuat syariat

Sadarlah wahai manusia kita ini lemah, kalau sudah tahu kita ini lemah kenapa masih ingin membuat syariat, janganlah anda mempertontonkan kelemahan anda, berpikirlah dengan logika yang sehat

Fahamilah, bahwa Allah mengutus Rasul dengan membawa ilmu syariat bukan ilmu dunia, maka dari itu bid’ah hanya ada dalam syariat. 

Wahai kaum muslimin, apakah engkau sadar, bahwa nanti di padang mahsyar kita akan bertemu Rasulullah dan beliau akan menjadi saksi bahwa yang kita lakukan benar atau salah, tidakkah anda takut ketika anda beramal dan beramal sudah segunung atau bergunung-gunung ternyata ketika berjumpa Rasulullah amalan tersebut hangus karena tak ada satupun yang diajarkan Rasulullah

Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan seseorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu Di hari itu orang-orang kafir dan orang-orang yang mendurhakai rasul, ingin supaya mereka disamaratakan dengan tanah), dan mereka tidak dapat menyembunyikan (dari Allah) sesuatu kejadianpun {QS An Nisaa 41-41}

Wahai saudaraku agar engkau bahagia maka berjalanlah dengan apa yang Rasulullah ajarkan supaya nanti di padang mahsyar ketka Rasulullah melihat amalan anda, Rasulullah mengatakan benar bahwa amalan ini sesuai dengan apa yang aku ajarkan, tetapi jika tidak, nasib anda akan digambarkan sebagaimana firman Allah :

Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya, seraya berkata: "Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul {QS Al Furqon 27}


Wallahu a’lam

Sumber : Kajian Ust Maududi Abdullah
               Qur’an terjemahan


Abu Jeehan
Pekanbaru, 03 Shafar 1437H

Jumat, 13 November 2015

Tenar Di Langit


Terkenal..
Itulah impian banyak manusia yang hidup di dunia ini.
Tenar.. populer..
Itulah cita-cita banyak terutama kaum muda.
Sehingga dibuatlah sekian banyak acara untuk mewujudkan keinginan tersebut.

Segala sesuatu yang berbau "IDOL" salah satunya adalah untuk mewujudkan ketenaran atau popularitas yang diimpikan oleh banyak manusia.
Untuk mencapai ketenaran banyak jalan yang dilakukan.
Orang Arab mengatakan:
خَالِفٌ تُعْرَفُ
"Berpenampilan bedalah niscaya engkau akan terkenal."

Dari kaidah inilah kemudian, supaya terkenal banyak orang merubah penampilannya.
Kalau orang lain rambutnya hitam, dia tampil beda dengan rambut yang merah atau orange atau hijau supaya tampil beda.
Atau dia memakai kendaraan yang mungkin "nyeleneh".
Yang lainnya pakai sepeda biasa, dia pakai sepeda yang begitu tinggi.
Dia tidak memperhatikan capeknya dia, yang penting dilihat sama orang.
Dan lebih parah dari itu, kalau pingin terkenal, yang lainnya keluar rumah pakai baju lengkap, dia keluar rumah tanpa busana.

Makanya penyanyi-penyanyi yang terkenal salah satu penyebabnya adalah manakala mereka berani "nyeleneh" supaya terkenal dan populer.
Itulah ketenaran di dunia.
Kenapa orang mencari ketenaran di dunia?
Tentu ada tujuannya.
Apa sih enaknya tenar di dunia?

Kata sebagian orang: "Enak dong, karena kita kemana-mana akan dimintai tanda tangan," misalnya.
Atau mungkin juga kalau kita terkenal diminta foto dengan orang-orang yang setiap kita ketemu di jalan.
Atau mungkin juga kalau lewat akan ada orang bisik-bisik.
"Itu yang dulu kelihatan di TV "
Dan seterusnya.
Itukan enaknya tenar?
Pernahkah kita berfikir sisi negatif atau tidak enaknya orang tenar?
Apa ada?
Ada!

Orang yang tenar, privasinya akan sulit untuk dijaga sehingga orang berusaha untuk mengetahui setiap apa yang ada dalam diri orang terkenal tersebut.
Luar dalamnya siap untuk ditelanjangi dan "diblejeti" sebagai seorang tokoh misalnya atau sebagai seorang artis.
Dari situlah kemudian muncul acara-acara televisi yang intinya adalah gosip, membicarakan tentang aib-aib orang yang terkenal.
Enakkah anda seperti itu?
Dimana-mana dikejar orang, paparazzi (tukang foto gelap) berusaha untuk mengambil gambar anda dalam kondisi yang anda tidak suka sebenarnya untuk diambil gambarnya.
Apakah enak seperti itu?
Inilah ketenaran di dunia.

Ada satu ketenaran yang sering dilupakan oleh banyak orang.
Karena mungkin banyak di antara mereka yang tidak tahu bahwa ada ketenaran yang lebih istimewa, lebih menguntungkan dan lebih tenar daripada tenar di dunia.
Apakah itu?
Tenar di langit

Tenar di langit??
Ya, tenar di langit.
"Apa maksudnya, Ustadz?"
Orang mencari ketenaran di dunia padahal sebenarnya kita juga bisa mendapatkan ketenaran di langit.
"Apa ketenaran di langit itu, Ustadz?"
Ketenaran di langit adalah manakala nama kita dikenal di langit.
Dikenal oleh siapa?
Oleh para malaikat yang ada di langit dan juga oleh Allāh Subhanahu wa Ta'ala.
Kalau misalnya kita bandingkan; kita membuat sebuah studi perbandingan antara ketenaran di bumi dengan ketenaran di langit, jelas lebih tenar orang yang tenar di langit daripada orang yang paling tenar di bumi.
"Kok bisa, Ustadz?"
Ya, karena sejatinya penduduk langit itu lebih banyak daripada penduduk bumi.
Sebab apa?
Sebab langit itu lebih padat penduduknya daripada penduduk bumi.
"Wah, Ustadz ini yang bener aja, memang Ustadz pernah lihat ke langit apa?"
Tidak !

Saya hanya menyampaikan seperti apa yang disampaikan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam ketika Beliau bersabda dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi, hadist ini isnadnya dinilai shahih oleh Imam Al-Hakim.
Kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam,

أَطَّتِ السَّمَاءُ وَحُقَّ لَهَا أَنْ تَئِطَّ ، مَا فِيهَا مَوْضِعُ أَرْبَعِ أَصَابِعَ إِلَّا وَمَلَكٌ وَاضِعٌ جَبْهَتَهُ سَاجِدًا لِلَّهِ

"Langit mengeluarkan suara (deritan) dan dia berhak untuk mengeluarkan suara karena tidak ada sebuah tempat seluas 4 jari kecuali di situ ada seorang malaikat yang meletakkan dahinya bersujud untuk Allāh."

Anda punya dipan?
Kalau dipan itu sudah tua, dari bambu, sudah agak reyot, kemudian ada orang yang gemuk, badannya besar, duduk di situ.
Apa suaranya?
Kriet..kriet.. (karena) keberatan muatan.
"Kenapa kok bisa langit itu keberatan muatan, sedemikian luasnya keberatan muatan?"
Kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam,

"Setiap jarak 4 jari (empat jari itu berapa senti? 5 sentikah, 6 sentikah, 4 sentikah?) ada 1 malaikat yang mana malaikat itu meletakkan kepalanya, sujud kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla."

Itulah tingkat kepadatan penghuni langit.
Jadi setiap jarak 4 jari ada satu penghuni.
Bayangkan seluas langit yang ada di atas kita ini, setiap jarak 4 jari ada 1 malaikat !
Bandingkan dengan kepadatan penduduk yang ada di muka bumi ini !
Cari pemukiman perkampungan yang paling padat, dimana coba?
Di Jakarta?
Cari ada pemukiman yang ditinggali oleh setiap 4 senti ada 1 manusia !
Tidak ada.
Jalannya saja paling sempit 1 meter, bisa lewat untuk satu motor.
Itulah perkampungan yang paling sempit.
Jadi kalau misalnya anda tenar di bumi sebenarnya tidak ada apa-apanya dibandingkan seandainya anda tenar di langit.
Ini kita baru perbandingan tentang kuantitas, tentang orang yang mengenal kita atau mahluk yang mengenal kita.
Belum kalau misalnya kita bandingkan keuntungannya.
Keuntungan tenar di langit, jelas luar biasa.

Anda akan dikenal oleh para malaikat, anda akan diingat oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla sehingga anda akan dicintai oleh malaikat, akan dibantu oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Anda punya keinginan akan dikabulkan oleh Allāh, anda punya kebutuhan akan dibantu oleh Allāh Jallā wa 'Ala.

Dan tidak ada ruginya tenar di langit.
Beda dengan tenar di bumi. Tenar di bumi privasi kita akan terganggu tapi orang tenar di langit tidak ada ruginya.
Tidak ada ruginya orang itu tenar di langit.
Kenapa?
Karena dia itu senantiasa mendapatkan bantuan dan pertolongan dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Yang jadi pertanyaan adalah:
"Bagaimana caranya supaya anda bisa tenar di langit?"

Caranya, ada beberapa hadist Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam yang berbicara masalah itu.
Diantaranya adalah sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Mājah dan hadist ini dinilai shahih oleh Imam Al-Hakīm dan juga Syaikh Al-Albani.
Kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam
,
إِنَّ مِمَّا تَذْكُرُونَ مِنْ جَلَالِ اللَّهِ التَّسْبِيحَ وَالتَّهْلِيلَ وَالتَّحْمِيدَ يَنْعَطِفْنَ حَوْلَ الْعَرْشِ لَهُنَّ دَوِيٌّ كَدَوِيِّ النَّحْلِ تُذَكِّرُ بِصَاحِبِهَا

"Sesungguhnya diantara dzikir yang bisa kalian gunakan untuk mengagungkan Allāh Subhānahu wa Ta'āla adalah Tasbih, Tahmid dan Tahlil, (kalimat-kalimat mulia tersebut) akan berputar mengelilingi 'Arsy.
Kalimat-kalimat tersebut mengeluarkan suara dengungan seperti dengungan lebah karena mereka menyebut-nyebut nama orang yang mengucapkan empat kalimat mulia tadi."
Di dalam riwayat lain ditambahkan Takbir.
Kemudian Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam menceritakan bagaimana dampaknya manakala kita membaca kalimat - kalimat tersebut.
Kata Beliau,
"Kalimat-kalimat mulia tersebut akan berputar mengelilingi 'Arsy."
Apakah itu 'Arsy?
Di atas kita ada langit, langit dunia ini adalah langit shaf pertama.
Di atas langit lapis pertama ada langit kedua, ketiga, keempat, kelima, keenam, ketujuh.
Di atas langit ketujuh ada samudera, di atas samudera ada 'Arsy.
Di atas 'Arsy ada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Di sanalah kalimat tersebut akan berputar mengelilingi 'Arsy.
Cukup sampai disitu?
Tidak.
Kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam,
"Ketika kalimat-kalimat tadi berputar mengelilingi 'Arsy, kalimat-kalimat tersebut mengeluarkan suara dengungan seperti dengungan lebah."
"Kenapa Ustadz, kok ngeluarin suara? Apa suara yang mereka keluarkan?"
Kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam,
"Mereka mengeluarkan suara tersebut karena mereka menyebut-nyebut nama orang yang mengucapkan empat kalimat mulia tadi."

Jadi kalau anda termasuk orang yang rajin mengucapkan empat kalimat tadi maka nama anda akan terus bergaung, terus terkenal, terus tersebut di langit sehingga nama anda tidak asing.
Akan terus harum di langit, akan dikenal oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla, akan dikenal oleh para malaikat.
Sehingga apa?
Sehingga ketika anda menghadap kepada Allāh Jallā Wa 'Ala , anda akan menghadap dalam keadaan nama anda sudah dikenal di sana, sudah ada nama anda di sana.

Sebaliknya, seandainya anda tidak pernah dzikir dengan kalimat-kalimat tersebut maka anda akan menjadi orang yang asing, tidak ada yang mengenal anda ketika anda pergi ke sana.
Mā syā Allāh, alangkah meruginya..
Manakala kita mengucapkan kalimat-kalimat tersebut maka ketika kita menghadap kepada Allah Jallā wa 'Ala nama kita sudah dikenal di sana.
"Fulan bin Fulan" sudah sering kita dengar karena dia sering membaca kalimat-kalimat mulia tersebut.
Maka, anda ingin tenar di langit?

Perbanyaklah untuk mengucapkan kalimat Tasbih, Takbir, Tahmid dan Tahlil di segala kesempatan yanga mungkin kita ucapkan.
Ketika kita sambil duduk, sambil berbaring, sambil berjalan, sedang beraktivitas entah kita di toko, di sawah, di atas motor, di atas mobil.

Perbanyaklah untuk mengucapkan:
"Subhanallāh, Alhamdulillāh wa Lā Ilāha Illallāh Wallāhu Akbar."
Niscaya anda akan menjadi orang yang tenar.
Tenar di mana ?
Tenar di langit.
والله تعالى أعلم
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Sumber: Group Whatsapp Bimbingan Islam

Pekanbaru, 01 Shafar 1437H

Minggu, 08 November 2015

Ash-Shomad (Penguasa Yang Maha Sempurna Dan Tempat Bergantung Segala Sesuatu)


Dasar Penetapan

Nama Allah yang agung ini disebutkan dalam ayat:

Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah  ash Shomad (Penguasa Yang Maha Sempurna dan bergantung kepada-Nya segala sesuatu) {QS Al Ikhlas 1-2}

Makna Ash Shomad Secara Bahasa

Ibn Faris menjelaskan bahwa asal kata nama ini menunjukkan dua makna, salah satunya adalah al qashdu (tujuan). Maksudnya, orang yang dinamakan dengan ini adalah pemimpin yang dituju (dijadikan rujukan) dalam semua urusan.. kemudian Ibn Faris menyatakan, “Allah yang Maha Agung KemuliaanNya adalah Ash Shomad karena semua doa dan permohonan hambaNya ditujukan kepadaNya. {Maqoyissil Lughoh 3/241}

Al Fairuz Abadi menjelaskan bahwa termasuk makna ash Shomad secara bahasa adalah as-sayyid (pemimpin) karena selalu dituju (dijadikan rujukan), juga berarti yang kekal dan mulia. {Qomus Al Muhith hal 375}

Demikian juga Ibn Mandzur menyebutkan bahwa makna ash shomad adalah yang dituju dan dijadikan sandaran {Lisanul Arab 3/258}

Sementara Ibn Atsir berkata, “Nama Allah ash shomad artinya as-sayyid (penguasa) yang mencapai puncak kemahakuasaan. Ada yang berpendapat artinya yang maha kekal abadi. Dan ada yang mengatakan  artinya adalah yang dituju (oleh semua makhluk) dalam segala kebutuhan mereka.{Nihayah Gharibil Hadist 3/99}

Oleh karena itu, dahulu bangsa Arab menamakan para pemimpin mereka dengan “ash shomad”  karena menjadi tempat tujuan orang-orang yang mempunyai keperluan dan (sifat) kepemimpinan terhimpun pada diri mereka.

Penjabaran Makna Nama Ash Shomad

Imam Ath Thabari dalam tafsirnya meriwayatkan keterangan sahabat yang mulia Abdullah ibn Abbas yang berkata, “Ash Shomad adalah penguasa yang maha sempurna kekuasaanNya, maha mulia yang sempurna kemuliaanNya, maha agung yang sempurna keagunganNya, maha penyantun yang sempurna kesantunanNya, maha kaya yang sempurna kekayaanNya, maha perkasa yang sempurna keperkasaanNya, maha mengetahui yang sempurna pengetahuanNya dan maha bijaksana yang sempurna kebijaksanaanNya. Dialah yang maha sempurna dalam semua bentuk kemuliaan dan kekuasaan. Dialah Allah yang maha suci dan sifat-sifat ini hanyalah pantas (diperuntukkan) bagiNya.

Lebih lanjut Ibnul Qoyyim memaparkan, “Ash Shomad adalah penguasa yang sempurna kekuasaannya. Oleh karena itu, dulu orang Arab menamakan pemimpin mereka dengan nama ini, karena banyaknya sifat terpuji (yang terkumpul) pada diri orang tersebut. Jadi ash Shomad adalah dzat yang dituju (dijadikan sandaran) oleh hati manusia dalam ketakutan dan pengharapan (mereka), karena banyaknya sifat baik dan terpuji (yang terhimpun) padanya. Karenanya, mayoritas ulama salaf, diantaranya Abdullah ibn Abbas berkata “Ash Shomad adalah penguasa yang maha sempurna kekuasaannya”

Senada dengan itu, Syaikh Muhammad Amin asy Syinqithi berkata, Allah Dialah penguasa tunggal, tempat menyandarkan segala kesulitan dan kebutuhan, Dialah Yang Maha Suci dan Tinggi dari (menyerupai) sifat-sifat makhluk, seperti makan, minum, dsb.

Keterangan diatas menunjukkan bahwa Ash Shomad adalah termasuk nama Allah yang menunjukkan makna beberapa sifat (kemuliaan) dan bukan hanya satu sifat. Ini sekaligus menggambarkan betapa banyak sifat keagungan dan kesempurnaan milik Allah

Atas dasar itu, keterangan para ulama salaf dalam mengartikan nama Allah yang agung ini berbeda-beda, sebagaimana yang disampaikan oleh Imam ath Thabari dan Imam ibn Katsir. Dan semua makna yang dipaparkan adalah benar dan hanya pantas diperuntukkan bagi Allah .

Hal ini ditegaskan oleh Imam Abul Qasim ath Thabrani dalam pernyataannya, “semua makna tersebut adalah benar dan merupakan sifat-sifat Allah ”.

Imam al Baghawi berkata, “Yang lebih tepat adalah mengartikan kata ash Shomad dengan semua makna yang diterangkan (oleh para ulama), karena kata ini mencakup semua makna tersebut. Maka, ini mengandung konsekuensi tidak ada (yang berhak disebut) ash Shomad kecuali Allah Yang Maha Agung dan Kuasa atas segala sesuatu. Nama ini khusus (diperuntukkan) bagiNya semata. Dialah yang memiliki nama-nama yang Maha Indah dan sifat-sifat yang Maha Tinggi.

Pengaruh Positif Dan Manfaat Mengimani Nama Ash Shomad

Jika seorang hamba mengetahui bahwa Allah memiliki semua sifat mulia dan sempurna, Dia Maha Perkasa dan tidak ada sesuatupun yang bias mengalahkanNya, Dialah tempat bersandar dan bergantung semua makhlukNya, sehingga tidak ada cara untuk menyelamatkan diri dari kemurkaanNya kecuali dengan kembali kepadaNya, dan Dialah satu-satunya yang dituju oleh semua makhluk untuk memenuhi segala kebutuhan, permintaan dan pengharapan mereka, maka ini akan menjadikan hamba tersebut selalu bersandar kepadaNya semata, tidak meminta pemenuhan hajatnya kecuali kepadaNya, tidak beribadah kecuali hanya kepadaNya, serta tidak meminta pertolongan dan berserah diri dalam segala urusannya kecuali hanya kepadaNya. Allah berfirman :

Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi ? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati(Nya) {QS An Naml 62}

Bahkan ini merupakan inti kandungan dari Al Qur’an yang suci, yang tertuang pada firman Allah :

Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan {QS Al Fatihah 5}

Salah seorang ulama salaf berkata:”Surat al Fatihah adalah rahasia (inti kandungan) al Qur’an dan rahasia (inti kandungan) al Fatihah adalah ayat ini”

Penutup

Kami akhiri tulisan ini dengan memohon kepada Allah dengan nama-namaNya yang Maha Indah dan sifat-sifatNya yang Maha Sempurna, agar senantiasa menganugrahkan kepada kita petunjuk dan taufikNya dan memudahkan kita untuk memahami dan mengamalkan kandungan dari sifat-sifat kesempurnaanNya



Sumber: Majalah As-Sunnah Edisi 06/Th XIV/Dzulqo’dah 1431H/Oktober 2010

Pekanbaru, 27 Muharrom 1437H