Kewajiban bagi seorang
hamba adalah mensyukuri rahmat dan nikmat yang Allah ﷻ
berikan kepadanya. Dan sesungguhnya hidup kita setiap hari, setiap jam, setiap
menit bergelimang dengan ribuan, jutaan dan milyaran rahmat Allah ﷻ. Sebagaimana yang Allah ﷻ terangkan dalam Qur’an:
Dan Dia telah
memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan
jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghitungnya.
Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)
{QS Ibrahim 34}
Itu artinya ibadah dan
ketaatan kita kalau digunakan untuk membayar rahmat Allah ﷻ tak terbayar, kalau rahmat Allah ﷻ
itu satu juta maka syukur kita harus satu juta baru dia impas. Kalau nikmat
Allah satu milyar maka syukur kita harus satu milyar. Kalau rahmat Allah ﷻ satu trilyun maka syukur kita harus satu trilyun.
Ketahuilah wahai manusia
seandainya semenjak anda bangun dari tidur lalu ruku dan sujud sampai anda
tertidur lagi itu belum cukup untuk membayar rahmat dan nikmat Allah ﷻ, kalau rasa syukur itu untuk membalas
rahmat dan nikmat Allah ﷻ
Ketahuilah diantara rahmat
dan nikmat Allah ﷻ terbesar adalah
diutusnya Rasulullah ﷺ Tanpa Rasulullah ﷺ kita tidak tahu bagaimana jalan menuju surga
Tanpa Rasulullah ﷺ kita tidak tahu bagaimana cara meraih
ridho Allah ﷻ
Tanpa Rasulullah kita akan
kepayahan dalam menentukan yang baik dan yang buruk
Tanpa Rasulullah ﷺ kita akan sulit mengetahui mana yang haq
dan mana yang bathil, karena logika manusia, kejeniusan manusia tidak akan
mampu mendatangkan risalah yang agung selain risalah Islam dan selengkap
risalah Islam.
Al-Qur’an adalah bukan
karya Nabi Muhammad ﷺ tapi Allah ﷻ turunkan dari langit dan Rasul ﷺ sampaikan kepada ummat seperti yang Beliau
ﷺ terima, sebagaimana Allah ﷻ berfirman :
Seandainya
dia (Muhammad) mengadakan sebagian perkataan atas (nama) Kami, niscaya
benar-benar Kami pegang dia pada tangan kanannya Kemudian benar-benar Kami
potong urat tali jantungnya Maka sekali-kali tidak ada seorangpun dari kamu
yang dapat menghalangi (Kami), dari pemotongan urat nadi itu {QS Al Haqqah
44-47}
Apa manfaat dari keyakinan
yang tertanam didalam jiwa kita bahwa Rasulullah ﷺ
penyampai bukan pengarang, syariat bukan berasal dari Rasulullah ﷺ, syariat berasal dari Allah ﷻ, manfaatnya yakni agar kita tidak
mengarang syariat, syariat itu bukan seperti yang diinginkan Nabi
Muhammad ﷺ. Kalau Nabi Muhammad manusia terbaik
di permukaan bumi, manusia paling sholeh, manusia paling bertakwa, tidak berhak
untuk mengarang syariat, maka berhakkah anda mengarang soal syariat.
Anda tidak lebih sholeh
dari Nabi Muhammad ﷺ, itu PASTI
Anda tidak lebih bertaqwa
dari Nabi Muhammad ﷺ, itu PASTI
Anda tidak lebih pintar
dari Nabi Muhammad ﷺ, itu PASTI
Ketika anda tidak lebih
sholeh, tidak lebih pintar, tidak lebih bertaqwa, pantaskah anda membuat
sesuatu sementara Nabi Muhammad ﷺ tidak boleh membuat
sesuatu semaunya, berfikirlah wahai pelaku bid’ah
Orang yang sadar bahwa
agama Islam bukanlah karya Nabi Muhammad ﷺ,
orang yang sadar tak akan bisa mengarang sesempurna agama Islam ini yang tanpa
cacat dan cela, agama yang tidak bertentangan dengan zaman, agama yang bisa
mengayomi seluruh manusia dan diatur dengan peraturan yang sempurna
Adapun manusia bila membuat
peraturan untuk tahun ini tetapi tidak bisa untuk tahun berikutnya dan
seterusnya, bisa untuk daerah sini tapi belum bisa untuk daerah lain itulah
peraturan manusia walaupun dalam lingkup
yang kecil pasti ada perbedaan pendapat
Orang yang faham ini tidak
akan berani mengutak-atik syariat, orang yang faham ini tidak akan berani
menambahkan sesuatu yang tidak ada di dalam syariat, karena dia tahu persis dia
tidak boleh protes kepada Allah ﷻ, dia tidak lebih
hebat dari Allah ﷻ, karena Allah ﷻ yang mengetahui kemaslahatan bagi hambanya
Hai manusia, tahukah anda
berapa jumlah rambut yang ada di kepalamu, di janggutmu atau di kumismu, kalau
tidak tahu kenapa masih membuat syariat
Sadarlah wahai manusia kita
ini lemah, kalau sudah tahu kita ini lemah kenapa masih ingin membuat syariat,
janganlah anda mempertontonkan kelemahan anda, berpikirlah dengan logika yang
sehat
Fahamilah, bahwa Allah
mengutus Rasul dengan membawa ilmu syariat bukan ilmu dunia, maka dari itu
bid’ah hanya ada dalam syariat.
Wahai kaum muslimin, apakah
engkau sadar, bahwa nanti di padang mahsyar kita akan bertemu Rasulullah ﷺ dan beliau akan menjadi saksi bahwa yang
kita lakukan benar atau salah, tidakkah anda takut ketika anda beramal dan
beramal sudah segunung atau bergunung-gunung ternyata ketika berjumpa Rasulullah
amalan tersebut hangus karena tak ada satupun yang diajarkan Rasulullah ﷺ
Maka
bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan seseorang
saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai
saksi atas mereka itu (sebagai umatmu Di hari itu orang-orang kafir dan
orang-orang yang mendurhakai rasul, ingin supaya mereka disamaratakan dengan
tanah), dan mereka tidak dapat menyembunyikan (dari Allah) sesuatu kejadianpun
{QS An Nisaa 41-41}
Wahai saudaraku agar engkau
bahagia maka berjalanlah dengan apa yang Rasulullah ﷺ
ajarkan supaya nanti di padang mahsyar ketka Rasulullah ﷺ melihat amalan anda, Rasulullah ﷺ
mengatakan benar bahwa amalan ini sesuai dengan apa yang aku ajarkan, tetapi
jika tidak, nasib anda akan digambarkan sebagaimana firman Allah ﷻ :
Dan
(ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya, seraya
berkata: "Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul {QS
Al Furqon 27}
Wallahu a’lam
Sumber : Kajian Ust Maududi
Abdullah
Qur’an
terjemahan
Abu Jeehan
Pekanbaru, 03 Shafar 1437H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar