Selasa, 27 Oktober 2015

Al Matiin (Yang Maha Kokoh)





 

Dasar Penetapan

Nama Allah yang agung ini disebutkan dalam firmanNya:

“Seseungguhnya Allah, Dialah Maha Pemberi Rizki, Yang Maha Mempunyai Kekuatan lagi Maha Kokoh {QS Adz Dzariyat 58}

Berdasarkan ayat ini, para Ulama menetapkan nama Al-Matiin (Yang Maha Kokoh) sebagai salah satu dari nama-nama Allah .

Penjabaran Makna Nama Allah Al-Matiin

Ibn Faris menjelaskan bahwa materi dasar dari nama ini yaitu (م ت ن) menunjukkan kekokohan pada sesuatu yang disertai (makna) tinggi[i]

Fairuz Abadi menjelaskan diantara makna dasar kata ini permukaan bumi yang sangat kokoh dan tinggi[ii]

Imam ibn Atsir mengatakan, al Matiin adalah Yang Maha Kuat dan Kokoh, yang dalam melakukan semua perbuatanNya, Allah tidak merasa susah, berat maupun payah[iii]

Nama Allah Yang Maha Mulia ini maknanya hampir sama dengan beberapa nama Allah yang Maha Agung lainnya, yaitu “Al Qawiy” (Yang Maha Kuat), “Al ‘Aziz” (Yang Maha Perkasa) dan “Al Qadir” (Yang Maha Mampu/Berkuasa)

Makna Al-Matiin adalah Yang Maha sangat kuat, sedangkan Al Qawiy adalah Yang tidak ada sesuatupun yang mampu menundukkan dan mengalahkanNya, serta menolak ketentuanNya. Dia (Maha Mampu) memberlakukan perintah dan ketentuanNya kepada semua makhlukNya (tanpa ada satupun yang mampu menghalanginya). Dia mampu memuliakan siapapun yang dikehendakiNya dan mampu menjadikan hina siapapun yang dikehendakiNya. Allah mampu menolong siapa yang dikehendakiNya serta tidak menolong siapa yang dikehendakiNya. Segala (daya dan) kekuatan hanya milik Allah, tidak akan ada orang yang mendapatkan kemenangan kecuali orang yang ditolongNya serta tidak akan ada yang mendapatkan kemuliaan kecuali orang yang dimuliakanNya. Orang yang tidak ditolong oleh Allah pasti akan kalah dan orang yang dihinakanNya pasti akan hina. Allah berfirman:

Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal {QS Ali Imron 160}

Dalam ayat lain Allah berfirman:

…Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal) {QS Al Baqoroh 165}

Syaikh Abdurrahman as-Sa’di ketika menafsirkan ayat diatas, beliau mengatakan, “artinya, Dialah yang memiliki semua kekuatan dan keperkasaan. Dengannya, Allah menciptakan benda-benda yang sangat besar (di alam semesta) di langit maupun di bumi, dan mengatur semua urusan yang tampak maupun tidak tampak.

KehendakNya berlaku pada semua makhlukNya, apa yang dikehendakiNya pasti terjadi dan apa yang tidak dikehendakiNya pasti tidak akan terjadi.

Orang yang berpaling dariNya tidak akan lepas, (karena) tidak ada sesuatupun yang luput dari kekuasaanNya.

Diantara (bukti) kemahakuatan dan kemahaperkasaanNya adalah: Allah mampu memberikan rizki kepada semua makhluk di alam semesta, Dia mampu membangkitkan manusia pada hari kebangkitan setelah tubuh mereka hancur membusuk.

Tidak ada seorang manusiapun yang luput dariNya (pada hari kebangkitan) dan Dia Maha Mengetahui apa yang dihancurkan oleh bumi seperti tubuh-tubuh mereka, maka Maha Suci (Allah) Yang Maha Kuat lagi Maha Perkasa.
Diantara bukti keMaha PerkasaanNya adalah Allah mampu memenangkan dan memberikan pertolongan kepada para Nabi dan pengikut mereka meskipun jumlah dan persiapan mereka sangat sedikit, sementara jumlah dan persiapan musuh-musuh mereka sangat banyak. Allah berfirman:

…Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar. {QS Al Baqoroh 249}

Dalam ayat lain, Allah berfirman:

Allah telah menetapkan: "Aku dan rasul-rasul-Ku pasti menang." Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa. {QS Al Mujadilah 21}

Dan diantara bukti kemahaperkasaanNya adalah Allah mampu menimpakan kebinasaan kepada orang-orang yang berbuat zhalim dan menimpakan berbagai macam azab kepada yang berbuat maksiat di dunia. Allah berfirman:

(keadaan mereka) serupa dengan keadaan Fir'aun dan pengikut-pengikutnya serta orang-orang yang sebelumnya. Mereka mengingkari ayat-ayat Allah, maka Allah menyiksa mereka disebabkan dosa-dosanya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi amat keras siksaan-Nya {QS Al Anfal 52}

Juga firmanNya:

Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi, lalu memperhatikan betapa kesudahan orang-orang yang sebelum mereka. Mereka itu adalah lebih hebat kekuatannya daripada mereka dan (lebih banyak) bekas-bekas mereka di muka bumi[1319], maka Allah mengazab mereka disebabkan dosa-dosa mereka. Dan mereka tidak mempunyai seorang pelindung dari azab Allah. Yang demiklan itu adalah karena telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata[1320] lalu mereka kafir; maka Allah mengazab mereka. Sesungguhnya Dia Maha Kuat lagi Maha Keras hukuman-Nya {QS Al Mu’min 21-22}

Dan termasuk bukti  kemahaperkasaanNya adalah Dia Maha mampu melakukan apa yang dikehendakiNya, sehingga tidak ada sesuatupun yang terjadi di alam semesta ini baik berupa gerakan atau diam, tinggi atau rendah, mulia atau hina, kecuali dengan izinNya semata, tanpa ada yang mampu menghalangi dan mengalahkanNya, sebagaimana dalam firmanNya:

Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.{QS Al A’rof 54}

Juga dalam firmanNya:

Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorangpun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah maka tidak seorangpun yang sanggup melepaskannya sesudah itu. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. {QS Fathir 2}

Juga termasuk bukti kemahakuasaanNya adalah berbagai bentuk azab pedih yang disediakanNya bagi penghuni neraka di akhirat nanti, serta berbagai macam kenikmatan dan kesenangan yang berlimpah ruah, tidak terputus dan terus menerus, yang Allah sediakan bagi penghuni surga

Pengaruh Positif Dan Manfaat Mengimani Nama Allah Al Matiin

Keimanan yang benar terhadap nama Allah Yang Maha Agung ini akan membuahkan dalam hati seorang hamba perasaan tunduk, merendahkan diri, takut dan selalu bersandar kepada Allah semata, serta selalu bertawakkal (berserah diri), taat, memasrahkan segala urusan dan berlepas diri dari (segala) daya dan kekuatan kecuali dengan (pertolongan)-Nya

Oleh karena itulah, kalimat dzikir “Laa Haula Wala Quwwata Illa Billah” (tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolonganNya) kedudukannya dalam Islam sangat agung, serta memiliki pengaruh yang sangat besar dalam menumbuhkan serta menyuburkan keimanan dalam hati seorang hamba.

Rasulullah bersabda:

حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ عَنْ أَيُّوبَ عَنْ أَبِي عُثْمَانَ عَنْ أَبِي مُوسَى رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَفَرٍ فَكُنَّا إِذَا عَلَوْنَا كَبَّرْنَا فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّهَا النَّاسُ ارْبَعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ فَإِنَّكُمْ لَا تَدْعُونَ أَصَمَّ وَلَا غَائِبًا وَلَكِنْ تَدْعُونَ سَمِيعًا بَصِيرًا ثُمَّ أَتَى عَلَيَّ وَأَنَا أَقُولُ فِي نَفْسِي لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ فَقَالَ يَا عَبْدَ اللَّهِ بْنَ قَيْسٍ قُلْ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ فَإِنَّهَا كَنْزٌ مِنْ كُنُوزِ الْجَنَّةِ أَوْ قَالَ أَلَا أَدُلُّكَ عَلَى كَلِمَةٍ هِيَ كَنْزٌ مِنْ كُنُوزِ الْجَنَّةِ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ

Telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Harb telah menceritakan kepada kami Hammad bin Zaid dari Ayyub dari Abu Utsman dari Abu Musa radliallahu 'anhu dia berkata; "Kami bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam di suatu perjalanan, apabila kami berjalan ke tempat yang agak tinggi, kami pun bertakbir, maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Saudara-saudara sekalian, rendahkanlah suara kalian! Sesungguhnya kalian tidak berdoa kepada Dzat yang tuli dan jauh. Tetapi kalian berdoa kepada Dzat Yang Maha Mendengar dan Maha Dekat.' Kemudian beliau mendatangiku, sedangkan diriku tengah membaca; 'Laa haula wa laa quwwata ilIa billaah' (Tiada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan AlIah). Kemudian beliau bersabda: 'Hai Abdullah bin Qais, 'Ucapkanlah: Laa haula wala quwwata illaa billaah, karena itu adalah salah satu dari perbendaharaan surga -atau beliau bersabda; 'Maukah aku tunjukkan kepadamu suatu kalimat, yang termasuk salah satu dari perbendaharaan surga? Yaitu; Laa haula walaa quwwata illaa billah' (Tiada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan AIIah). {HR Bukhori no 6952, Muslim no 2704}

Dzikir ini mengandung konsekuensi ketundukan, kepatuhan, bersandar dan penyerahan diri yang seutuhnya kepada Allah , serta sikap berlepas diri dari semua daya dan kekuatan kecuali dengan pertolonganNya. Dan menyadari bahwa seorang hamba tidak memiliki sedikitpun kemampuan untuk mendatangkan kebaikan dan menolak keburukan dari dirinya kecuali dengan izinNya. Bahkan dia tidak mampu untuk meninggalkan perbuatan maksiat untuk menggantinya dengan ketaatan, sakit menjadi sehat, lemah menjadi kuat dan kurang menjadi sempurna kecuali dengan (pertolonganNya). Ringkasnya seorang hamba tidak akan mampu melaksanakan semua urusan dalam kehidupannya kecuali dengan pertolonganNya

Barangsiapa mengucapkan kalimat ini dengan benar-benar merealisasikan konsekuensinya, yaitu berserah diri dan bersandar sepenuhnya kepada Allah , maka dia akan diberi petunjuk oleh Allah , dicukupkan dalam segala keperluannya dan dijaga dari semua keburukan, sehingga dia akan menjadi orang yang paling tegar hatinya dan paling baik keadaannya

Penutup

Demikianlah kami akhiri tulisan ini dengan memohon kepada Allah dengan nama-namaNya yang Maha Indah dan sifat-sifatNya yang Maha Sempurna, agar Dia senantiasa menganugerahkan kepada kita petunjuk dan taufikNya, serta kecukupan dan penjagaan dariNya, sesungguhnya Dia Maha Kokoh lagi Perkasa, dan Maha Mengabulkan Do’a



Sumber: Majalah As Sunnah edisi 01/Thn XIV/Rabiul Tsani 1431H


Pekanbaru, 15 Muharram 1437H





[i]  Mu’jam Maqayisil Lughah (51236)
[ii] Qomus Al Muhith (hal 1591)
[iii] An Nihayah fi Garibil Hadist (4/613)

Senin, 12 Oktober 2015

Kisah-Kisah Para Pencela Sunnah






Baru-baru ini kita dikejutkan oleh perkataan KH Said Aqil Siradj (semoga Allah memberinya hidayah) yang  intinya adalah mengatakan bahwa jenggotan itu membuat goblok lalu perkataan-perkataan lainnya yang mencela Sunnah Nabawiyyah.

Sebenarnya dari semenjak dahulu para pencela sunnah bergentayangan di muka bumi akan tetapi semakin mereka mencela Islam maka ummat-ummat non Islam akan semakin penasaran lalu mendapat hidayah Islam bahkan si pencela tersebut  mati secara mengenaskan, tidakkah kita ingat di Indonesia tokoh Ahmad Wahib beliau salah satu pendiri kaum liberal di Indonesia yang tertabrak mobil hingga tewas seketika.

Tidakkah kita ingat akan kematian Mirza Ghulam Ahmad (Nabi Palsu) yang mengenaskan yakni matinya mengeluarkan kotoran yang seharusnya keluar dari duburnya tetapi keluar dari mulutnya. Bahkan yang lebih memalukan mayat imam syi’ah Khomeini yang terjatuh sampai tujuh kali dari keranda dan kafannya robek hingga nampak auratnya. Berikut akan kami kisahkah kisah-kisah para pencela Sunnah Nabawiyah

Bumi Tidak Menerima Mayat Penghina Nabi

Imam Bukhori meriwayatkan dalam Shahihnya dari Anas bahwa beliau mengatakan, “Dahulu ada seorang Nasrani yang masuk Islam dan membaca Al Baqarah dan Ali Imran serta menulis untuk Nabi , lalu dia murtad kembali ke agama Nasrani dan menghina Nabi seraya mengatakan: “Muhammad itu tidak tahu kecuali apa yang dituliskan untuknya saja”. Allah lalu mematikannya dan merekapun menguburnya, namun esok harinya ternyata mayatnya tergeletak diatas bumi. Mereka pun mengatakan, ini pasti perbuatan Muhammad dan para shahabatnya, mereka lalu menggali kuburan orang tersebut sedalam mungkin yang mereka mampu, namun esok harinya ternyata mayatnya tergeletak lagi diatas bumi, hal ini terjadi hingga berulang-ulang kali. Maka mereka pun menyadari bahwa ini bukan perbuatan manusia, sehingga mereka akhirnya membuang mayatnya.

Syaikhul Islam Ibn Taimiyah berkomentar: “Lihatlah orang terlaknat ini, ketika dia berdusta tentang Nabi dengan ucapannya bahwa Beliau tidak mengerti kecuali apa yang dituliskan untuknya, maka Allah membinasakannya dan membongkar kedoknya dengan memuntahkan mayatnya dari makamnya setelah beberapa kali dikubur. Sungguh ini diluar kebiasaan! Hal ini menunjukkan bagi setiap orang bahwa ini adalah hukuman dari kedustaannya, sebab kebanyakan mayat tidak terimpa kejadian seperti ini, dan dosa ini lebih keji daripada kemurtadan, sebab kebanyakan orang yang murtad juga tidak tertimpa hal serupa {Sharimul Maslul hal 123}

Anjing Dan Penghina Nabi

Para ahli fiqih Qairawan dan para sahabat Suhnun memfatwakan untuk menghukum mati Ibrahim al Fazari, dia adalah seorang penyair dan ahli dalam berbagai displin ilmu. Ungkapan-ungkapan penghinaannya kepada Allah dan Nabi dilaporkan kepada al Qadhi Abul Abbas bin Thalib, maka beliau lalu menghadirkan al Qadhi Yahya bin Umar dan para ahli fiqih lainnya lalu memutuskan untuk menghukumnya dengan hukuman mati. Akhirnya, dia pun dihukum mati dan disalib terbalik lalu diturunkan untuk dibakar.

Sebagian ahli sejarah menyebutkan bahwa tatkala kayunya ditancapkan, bisa berputar sendiri dan membelakangi kiblat sehingga menjadi tanda menakjubkan bagi manusia yang membuat mereka bertakbir. Lalu ada seekor anjing yang menjilat darahnya. Melihat hal itu al Qadhi Yahya bin Umar berkata dan dia mengatakan bahwa: “Anjing itu tidak menjilat darah seorang Muslim” {Hayatul Hayawan al Kubra 2/422 oleh Imam ad Damiri}

Dikejar Ular Karena Menghina Hadist Nabi

Imam Dzahabi menceritakan dari al Qadhi Abu Thayyib katanya, “Suatu kali, kami pernah ta’lim di Masjid Jami’ al Manshur lalu tiba-tiba dating seorang pemuda dari Khurasan menanyakan perihal al Musharrah (binatang ternak yang susunya tidak di perah sehingga terlihat memiliki susu yang banyak, padahal tidak) serta meminta dalilnya sekaligus. Ketika Syaikh telah menjawab pertanyaannya pemuda yang bermadzhab Hanafiyyah itu mengatakan dengan nada mencela bahwa “Abu Hurairah tidak diterima hadistnya!!” Belum selesai ucapannya, kemudian ada ular besar yang menjatuhinya dari atap masjid. Melihatnya, manusia pun berlarian ketakutan. Ular tersebut terus mengejar pemuda tadi yang sedang berlari. Dikatakan kepadanya, “taubatlahlah! Taubatlah!. Pemuda itu mengatakan, “saya bertaubat”, akhirnya ular itu pun hilang tak berbekas”.

Imam Dzahabi berkomentar, sanadnya para tokoh Imam. Abu Hurairah merupakan sosok sahabat yang sangat kuat hafalannya terhadap Hadist Nabi secara huruf per huruf dan beliau telah menyampaikan Hadist tentang al musharrah secara lafalnya. Maka wajib bagi kita untuk mengamalkannya {Siyar A’lamin Nubala 1/618-619}

Sebenarnya masih banyak kisah-kisah para pencela Sunnah yang langsung dihukum oleh Allah namun dari dua pelajaran kisah diatas semoga kaum Muslimin tidak lagi mencela agama Allah

Wallahu a’lam


Sumber: Majalah Al Furqon No 130 Dzulhijjah 1433H


Abu Jeehan


Pekanbaru, 29 Dzulhijjah 1436H

Selasa, 06 Oktober 2015

Masihkah Kita Melakukan Ritual “Selamat Ulang Tahun” ???






Saat ini musibah aqidah melanda kaum muslimin dari Aceh hingga Papua, dari kalangan konglomerat bahkan sampai kaum yang melarat mereka selalu mengucapkan selamat hari lahir baik kepada keluarga dan temannya.

Bahkan bukan hanya kawula muda saja yang melakukan seremonial tahunan ini bahkan yang sudah tua pun masih melakukannya, benarlah apa yang dikatakan oleh Nabi Muhammad .

حَدَّثَنِي سُوَيْدُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا حَفْصُ بْنُ مَيْسَرَةَ حَدَّثَنِي زَيْدُ بْنُ أَسْلَمَ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا فِي جُحْرِ ضَبٍّ لَاتَّبَعْتُمُوهُمْ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ آلْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ فَمَنْ و حَدَّثَنَا عِدَّةٌ مِنْ أَصْحَابِنَا عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي مَرْيَمَ أَخْبَرَنَا أَبُو غَسَّانَ وَهُوَ مُحَمَّدُ بْنُ مُطَرِّفٍ عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ بِهَذَا الْإِسْنَادِ نَحْوَهُ قَالَ أَبُو إِسْحَقَ إِبْرَاهِيمُ بْنُ مُحَمَّدٍ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي مَرْيَمَ حَدَّثَنَا أَبُو غَسَّانَ حَدَّثَنَا زَيْدُ بْنُ أَسْلَمَ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ وَذَكَرَ الْحَدِيثَ نَحْوَهُ

Telah menceritakan kepadaku Suwaid bin Sa'id telah menceritakan kepada kami Hafsh bin Maisarah telah menceritakan kepadaku Zaid bin Aslam dari 'Atha bin Yasar dari Abu Sa'id Al Khudri dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Sungguh, kalian benar-benar akan mengikuti kebiasaan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta, sehingga sekiranya mereka masuk ke dalam lubang biawak pun kalian pasti kalian akan mengikuti mereka. Kami bertanya; Wahai Rasulullah, apakah mereka itu yahudi dan Nasrani? Beliau menjawab: Siapa lagi kalau bukan mereka. Dan telah menceritakan kepada kami beberapa orang dari sahabat kami dari Sa'id bin Abu Maryam Telah mengabarkan kepada kami Abu Gassan yaitu Muhammad bin Mutharrif dari Zaid bin Aslam melalui sanad ini dengan Hadits yang serupa. Abu Ishaq Ibrahim bin Muhammad berkata; Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yahya Telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Maryam Telah menceritakan kepada kami Abu Gassan Telah menceritakan kepada kami Zaid bin Aslam dari Atha' bin Yasar -lalu dia menyebutkan Hadits yang serupa.-{HR Muslim dalam Kitab Ilmu}

Dalam Hadist yang mulia ini Rasulullah mengabarkan bahwa kelak kaum Muslimin akan mengikuti langkah-langkah kebiasaan kaum Yahudi dan Nasrani, salah satunya yakni kebiasaan mengucapkan “selamat ulang tahun” dan yang semisalnya, padahal Islam tidak mengajarkan seperti ini, justru agama non Islam yang mengajarkannya.

Sebagai bukti bahwa ulang tahun adalah tradisi paganisme, Fir’aun merayakan hari lahirnya, sebagaimana terdapat dalam Injil

“Dan terjadilah pada hari ketiga, hari kelahiran fir’aun, maka Fi’raun mengadakan perjamuan untuk semua pegawainya. Ia meninggikan kepala juru minuman dan kepala juru roti itu di tengah-tengah para pegawainya” {Kejadian 40:20}

Pada masa Herodes ulang tahun juga diadakan sebagaimana dalam Injil:

“Tetapi pada hari ulang tahun Herodes, menarilah anak-anak Herodes yang perempuan, Herodiaz ditengah-tengah mereka akan menyukakan hati Herodes” {Matius 14:6}

“Akhirnya tiba juga kesempatan yang baik bagi Herodias, ketika herodes pada hari ulang tahunnya mengadakan perjamuan untuk pembesar-pembesarnya, perwira-perwiranya dan orang-orang termuka di Galilea” {Markus 6:21}

“Oleh sebab itu jikalau orang panjang umurnya, biarlah ia bersuka cita didalamnya” {Pengkhotbah 11:8}

Dari kutipan Injil diatas ternyata kebiasaan kaum Muslimin mengadakan ritual “ulang tahun” itu adalah kebiasaan kaum kuffar.

Teringat penulis akan perkataan Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat hafidzahullah didalam kaedah yang beliau ajarkan yakni “Lau Kaana Khoiron Lasabaquuna Ilaihi”, yakni jikalau perbuatan (ibadah) tersebut baik maka tentu para Shahabat telah lebih dahulu melakukannya.

Nabi Muhammad adalah suritauladan kita dalam memahami Islam. Dalam sejarah perjalanan kehidupan Nabi Muhammad apakah beliau pernah mengucapkan selamat ulang tahun kepada Khadijah (Ummahatul Mu’minin) padahal Beliau orang yang Nabi sayang bahkan Ummahatul Mu’minin Aisyah cemburu kepada Beliau karena Nabi sering mengucapkan namanya dan juga sering mengunjungi makamnya di Baqi’.

Dalam sejarah perjalanan Rasulullah adakah Beliau mengucapkan “selamat ulang tahun” kepada istri-istrinya atau mengucapkan “selamat hari pernikahan” dan lain sebagainya, padahal Nabi sangat sayang terhadap istri-istrinya.

Dalam sejarah perjalanan kehidupannya, apakah Nabi pernah mengucapkan “selamat milad” kepada anak serta cucunya, padahal mereka adalah orang tersayang Nabi.

Dalam sejarah kehidupannya apakah Nabi pernah mengucapkan selamat milad kepada Abubakar dan Umar serta Utsman dan ‘Ali.

Padahal dimasa itu ada sudah almanak Masehi tapi beliau tidak pernah melakukannya, Nabi telah bersabda:

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَلَا هَلَكَ الْمُتَنَطِّعُونَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ

Dari Abdullah bin Mas'ud, dari Nabi , beliau bersabda, "Ketahuilah, sesungguhnya celakalah orang-orang yang berlebihan dan melampaui batas." Beliau mengucapkannya sebanyak tiga kali. {HR Abu Dawud 4608}

Wahai ahlul Islam, janganlah kita melakukan apa yang tidak pernah dicontohkan oleh Nabi Muhammad , padahal Nabi sangat sayang kepada istri, anak, cucu, shahabat dan kepada ummatnya, bahkan menjelang ajal pun nabi masih menyebut: ummati…ummati

Dari uraian diatas maka sebaiknya kaum Muslimin untuk tidak mengadakan seremonial tahunan yakni mengadakan acara ulang tahun atau ulang tahun pernikahan atau yang semisalnya, karena hal itu adalah ritual paganisme yang turun temurun kepada kaum Nasrani lalu diadopsi oleh ummat Islam sehingga menjadi kebiasaan kaum Muslimin yang kaum Muslimin sendiri tidak mengetahui hakekat seremonial tersebut. Ingatlah firman Allah  
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.{QS Al Isro’ 36}

Semoga dengan merenungi ayat diatas kaum Muslimin ketika melakukan perbuatan yang dianggap baik tersebut menyadari bahwa apa-apa yang kita lakukan nanti akan dimintai pertanggungjawabannya.


Wallahu a’lam

Sumber:       Ebook Qur’an Terjemahan
                   Ebook Shahih Muslim
                   Ebook Shahih Abu Dawud
                   ForumKristen.com

Abu Jeehan
Pekanbaru, 22 Dzulhijjah 1436H
                  





Senin, 05 Oktober 2015

Menyingkap Syubhat Orientalis Tentang Hadist (Terakhir)





SYUBHAT KEEMPAT

Banyak Munculnya Para Pemalsu hadist Yang Menyebabkan Berkurangnya Kepercayaan Terhadap Hadist

Mereka mengatakan bahwa diantara dampak negatif dari keterlambatan penulisan hadist setelah abad pertama Hijriyah adalah terbuka luas pintu periwayatan dan pemalsuan hadist tanpa batas dan aturan. Semenjak fitnah terbunuhnya Khalifah Utsman sehingga jumlah hadist-hadist palsu yang berkembang telah melebihi yang masih banyak terdapat dalam literatur-literatur dan kitab-kitab hadist yang ada di tangan kaum Muslimin di belahan dunia Timur dan barat, yang menyebabkan berkurangnya kepercayaan terhadap keshohihan/keabsahan hadist dan menjadikan seseorang tidak percaya dengan hadist.

Kesimpulan dari syubhat ini adalah bahwa mengingkari keberadaan hadist sebagai hujjah dalam penetapan hukum dan mencela kredibilitas dan kejujuran para perawi hadist yang hidup di ketiga kurun yang mulia.

BANTAHAN

Pernyataan diatas jelas merupakan kebatilan dan kebohongan yang nyata, kesimpulan yang jauh dari penelitian ilmiah dan sikap obyektif, hal ini terlihat dari beberapa point berikut:

Pertama: Tidak dipungkiri bahwasanya telah muncul para pembohong dan para pemalsu hadist. Mereka menisbatkannya kepada Rasulullah dan menebarkan bermacam fitnah. Namun para orientalis pura-pura bodoh atau mereka benar-benar bodoh tentang hakekat sejarah yang mewarnai dan mendominasi kehidupan kaum Muslimin tentang Hadist Nabawiyah. Karena betapa banyak perawi Hadist yang amanah dan jujur serta memiliki kredibilitas yang tinggi, begitu juga para Ulama  Hadist yang memiliki loyalitas besar kepada Hadist yang membentengi dan menjaga Hadist-Hadist Rasulullah dengan benteng yang kuat yang tidak mampu ditembus oleh para pemalsu dan pembohong. Sehingga para Ulama Hadist dengan taufik Allah , kemudian dengan keilmuan yang luas, kejelian, kesungguhan dan kesabaran, mereka mampu menyingkap kedok para pembohong dan membongkar niat jelek mereka dan menepis segala propaganda dan makar yang mereka lancarkan untuk menghancurkan Islam, sehingga tidak tertinggal sedikitpun peluang bagi para pemalsu dan pembohong untuk mempermainkan hadist dan menodai kesuciannya. Sehingga muncullah banyak karya Ulama yang mengupas dan menyingkap tentang perihal para palsu dan Hadist-Hadist palsu.

Kedua: Adapun perkataan para orientalis bahwa pemalsuan Hadist telah muncul sejak zaman Nabi dan pemalsuan tersebut dilakukan oleh para Sahabat, maka ini jelas kebohongan yang nyata, dan para Shahabat berlepas diri dari kedustaan ini. Karena kondisi dan perihal para shahabat yang hidup bersama Rasulullah yang telah mendapat rekomendasi dari Allah dan RasulNya, yang telah mengorbankan jiwa raga dan harta mereka untuk memperjuangkan agama Allah, kecintaan kepada Allah dan RasulNya telah menyatu dengan darah dan daging mereka, mustahil dengan keadaan seperti ini mereka akan berbohong atas nama Allah dan Rasulullah , sedang mereka telah membaca ayat-ayat Qur’an dan Hadist-Hadist Nabawiyah yang mengancam para pembohong dengan azab yang sangat pedih, seperti firman Allah :

Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah dan mendustakan kebenaran ketika datang kepadanya? Bukankah di neraka Jahannam tersedia tempat tinggal bagi orang-orang yang kafir? {QS Az Zumar 32}

Dan firman Allah :

Katakanlah: Seseungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tidak beruntung {QS Yunus 69}

Dan Hadist Rasulullah :

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عُبَيْدٍ الْغُبَرِيُّ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنْ أَبِي حَصِينٍ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ubaid al-Ghubari telah menceritakan kepada kami Abu Awanah dari Abu Hashin dari Abu Shalih dari Abu Hurairah dia berkata, "Rasulullah bersabda: "Barangsiapa berdusta atas namaku maka hendaklah dia menempati tempat duduknya dari neraka." {HR Bukhori 1291, Muslim 4}

Ketiga: Para Ulama berbeda pendapat kapan munculnya pemalsuan Hadist, kepada dua pendapat :
1.    Pemalsuan Hadist muncul di zaman Nabi .
2.    Pemalsuan Hadist muncul tatkala munculnya fitnah yang dikobarkan apinya oleh orang-orang yang benci kepada Islam, dan secara spesifik muncul pada tahun 40 Hijriyah, pasca fitnah yang terjadi antara Ali dan Mu’awiyah. Dan bisa jadi munculnya setelah fitnah pembunuhan Khalifah Utsman

Terlepas dari perbedaan tersebut, yang jelas tidak mungkin pemalsuan tersebut muncul dari para Shahabat yang dikenal dengan kejujuran, amanah dan loyalitas tinggi terhadap agama dan Sunnah Rasulullah . Adapun yang mengatakan bahwa pemalsuan tersebut muncul di zaman Nabi , maka hal ini sama sekali tidak akan menimbulkan keraguan akan kejujuran para shahabat, sebab yang hidup di zaman Rasul juga banyak kaum munafiqin yang menyembunyikan kebencian kepada Islam dan kaum Muslimin.

Keempat: Sejak munculnya fitnah, maka para Ulama Salaf dan Ahli Hadist telah melakukan usaha yang optimal dan mengambil langkah-langkah positif untuk menjaga kesucian Hadist dan makar para pemalsu, sehingga mereka sangat berhati-hati dalam menerima riwayat, mereka tidak menerimanya kecuali bila diketahui kejujuran para perawinya dan keshahihan sanadnya. Sebagaimana Imam Ibn Sirrin berkata: “Dahulunya mereka tidak menanyakan tentang sanad (Hadist), maka tatkala terjadi fitnah, mereka mengatakan: Sebutkan/jelaskan kepada kami para perawi kalian (sanad Hadist), lalu diperhatikan siapa dari kalangan Ahlussunnah maka diterima Hadist mereka, dan diperhatikan siapa dari kalangan ahlulbida’ maka tidak diterima Hadist mereka”.

Kelima: Kemudian para Ulama telah menentukan persyaratan-persyaratan yang sangat ketat dalam menerima riwayat Hadist dan untuk menentukan keshahihan Hadist dari kepalsuannya, yang semuanya itu merupakan penyebab munculnya disiplin ilmu yang merupakan keistimewaan ummat ini yang tidak dimiliki oleh selain ummat Islam, yaitu ilmu “Mustholah Hadist”, keilmuan yang sangat jeli dan teliti yang menjelaskan akan kejeniusan para Ulama Hadist dan kejelian mereka dalam menentukan kaedah-kaedah dasar dalam periwayatan dan menghukumi Hadist, ia merupakan benteng yang sangat kokoh untuk menjaga kesucian Hadist dari kekotoran tangan-tangan para perusak dan penebar fitnah dari kalangan ahlul bid’ah dan zindiq.

Dari apa yang diuraikan menjadi jelaslah kebatilan syubhat-syubhat kaum orientalis dan para pengikutnya dan nyatalah kedustaan mereka, dan bahwasanya hasil penelitian mereka tentang Islam dan Sunnah hanya kesalahan belaka karena jauh dari metodologi yang benar dan sikap yang obyektif serta ilmiah, yang pada hakekatnya hal itu tidaklah muncul dari mereka kecuali karena disebabkan kebencian yang mendalam terhadap Islam dan Hadist
Oleh karena itu hendaklah kaum Muslimin waspada dan berhati-hati dari syubhat-syubhat, makar dan propaganda-propaganda musuh-musuh Islam dari kalangan non Islam dan para pengikut mereka dari kalangan munafiqin yang berkedok Islam, sementara mereka adalah orang yang telah menjual keIslaman yang prinsipil yaitu aqidah mereka kepada musuh-musuh Islam, sehingga mereka menjadi boneka-boneka para orientalis dalam menghujat Islam dan Hadist, ibarat musuh dalam selimut yang menggunting kain dalam lipatan.


Sumber : Majalah As Sunnah Edisi 10 Tahun XV Rabi’ul Awwal 1433H

 Abu Jeehan
Pekanbaru, 22 Dzulhijjah 1436H