SYUBHAT
KEEMPAT
Banyak
Munculnya Para Pemalsu hadist Yang Menyebabkan Berkurangnya Kepercayaan
Terhadap Hadist
Mereka
mengatakan bahwa diantara dampak negatif dari keterlambatan penulisan hadist
setelah abad pertama Hijriyah adalah terbuka luas pintu periwayatan dan
pemalsuan hadist tanpa batas dan aturan. Semenjak fitnah terbunuhnya Khalifah
Utsman sehingga jumlah hadist-hadist palsu yang berkembang telah melebihi yang
masih banyak terdapat dalam literatur-literatur dan kitab-kitab hadist yang ada
di tangan kaum Muslimin di belahan dunia Timur dan barat, yang menyebabkan
berkurangnya kepercayaan terhadap keshohihan/keabsahan hadist dan menjadikan
seseorang tidak percaya dengan hadist.
Kesimpulan
dari syubhat ini adalah bahwa mengingkari keberadaan hadist sebagai hujjah
dalam penetapan hukum dan mencela kredibilitas dan kejujuran para perawi hadist
yang hidup di ketiga kurun yang mulia.
BANTAHAN
Pernyataan
diatas jelas merupakan kebatilan dan kebohongan yang nyata, kesimpulan yang
jauh dari penelitian ilmiah dan sikap obyektif, hal ini terlihat dari beberapa
point berikut:
Pertama: Tidak dipungkiri bahwasanya telah muncul para pembohong dan para pemalsu
hadist. Mereka menisbatkannya kepada Rasulullah ﷺ
dan menebarkan bermacam fitnah. Namun para orientalis pura-pura bodoh atau
mereka benar-benar bodoh tentang hakekat sejarah yang mewarnai dan mendominasi
kehidupan kaum Muslimin tentang Hadist Nabawiyah. Karena betapa banyak perawi Hadist
yang amanah dan jujur serta memiliki kredibilitas yang tinggi, begitu juga para
Ulama Hadist yang memiliki loyalitas
besar kepada Hadist yang membentengi dan menjaga Hadist-Hadist Rasulullah ﷺ dengan benteng yang kuat yang tidak mampu
ditembus oleh para pemalsu dan pembohong. Sehingga para Ulama Hadist dengan
taufik Allah ﷻ, kemudian dengan
keilmuan yang luas, kejelian, kesungguhan dan kesabaran, mereka mampu
menyingkap kedok para pembohong dan membongkar niat jelek mereka dan menepis
segala propaganda dan makar yang mereka lancarkan untuk menghancurkan Islam,
sehingga tidak tertinggal sedikitpun peluang bagi para pemalsu dan pembohong
untuk mempermainkan hadist dan menodai kesuciannya. Sehingga muncullah banyak
karya Ulama yang mengupas dan menyingkap tentang perihal para palsu dan Hadist-Hadist
palsu.
Kedua: Adapun perkataan para orientalis bahwa pemalsuan Hadist telah muncul
sejak zaman Nabi ﷺ dan pemalsuan
tersebut dilakukan oleh para Sahabat, maka ini jelas kebohongan yang nyata, dan
para Shahabat berlepas diri dari kedustaan ini. Karena kondisi dan perihal para
shahabat yang hidup bersama Rasulullah ﷺ
yang telah mendapat rekomendasi dari Allah dan RasulNya, yang telah
mengorbankan jiwa raga dan harta mereka untuk memperjuangkan agama Allah,
kecintaan kepada Allah dan RasulNya telah menyatu dengan darah dan daging
mereka, mustahil dengan keadaan seperti ini mereka akan berbohong atas nama Allah
ﷻ dan Rasulullah ﷺ,
sedang mereka telah membaca ayat-ayat Qur’an dan Hadist-Hadist Nabawiyah yang
mengancam para pembohong dengan azab yang sangat pedih, seperti firman Allah ﷻ:
Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat-buat
dusta terhadap Allah dan mendustakan kebenaran ketika datang kepadanya?
Bukankah di neraka Jahannam tersedia tempat tinggal bagi orang-orang yang
kafir? {QS Az Zumar 32}
Dan firman Allah ﷻ
:
Katakanlah: Seseungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan
terhadap Allah tidak beruntung {QS Yunus 69}
Dan Hadist
Rasulullah ﷺ:
حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ عُبَيْدٍ الْغُبَرِيُّ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنْ أَبِي
حَصِينٍ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا
فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ubaid al-Ghubari telah
menceritakan kepada kami Abu Awanah dari Abu Hashin dari Abu Shalih dari Abu
Hurairah dia berkata, "Rasulullah ﷺ bersabda: "Barangsiapa berdusta atas namaku maka
hendaklah dia menempati tempat duduknya dari neraka." {HR Bukhori 1291, Muslim 4}
Ketiga:
Para Ulama berbeda pendapat kapan munculnya pemalsuan Hadist, kepada dua
pendapat :
1. Pemalsuan Hadist muncul di zaman Nabi ﷺ.
2. Pemalsuan Hadist muncul tatkala munculnya fitnah yang dikobarkan apinya
oleh orang-orang yang benci kepada Islam, dan secara spesifik muncul pada tahun
40 Hijriyah, pasca fitnah yang terjadi antara Ali dan Mu’awiyah. Dan bisa jadi
munculnya setelah fitnah pembunuhan Khalifah Utsman
Terlepas
dari perbedaan tersebut, yang jelas tidak mungkin pemalsuan tersebut muncul
dari para Shahabat yang dikenal dengan kejujuran, amanah dan loyalitas tinggi
terhadap agama dan Sunnah Rasulullah ﷺ.
Adapun yang mengatakan bahwa pemalsuan tersebut muncul di zaman Nabi ﷺ, maka hal ini sama sekali tidak akan
menimbulkan keraguan akan kejujuran para shahabat, sebab yang hidup di zaman
Rasul ﷺ juga banyak kaum munafiqin yang
menyembunyikan kebencian kepada Islam dan kaum Muslimin.
Keempat: Sejak munculnya fitnah, maka para Ulama Salaf dan Ahli Hadist telah
melakukan usaha yang optimal dan mengambil langkah-langkah positif untuk
menjaga kesucian Hadist dan makar para pemalsu, sehingga mereka sangat
berhati-hati dalam menerima riwayat, mereka tidak menerimanya kecuali bila
diketahui kejujuran para perawinya dan keshahihan sanadnya. Sebagaimana Imam
Ibn Sirrin berkata: “Dahulunya mereka tidak menanyakan tentang sanad
(Hadist), maka tatkala terjadi fitnah, mereka mengatakan: Sebutkan/jelaskan
kepada kami para perawi kalian (sanad Hadist), lalu diperhatikan siapa dari
kalangan Ahlussunnah maka diterima Hadist mereka, dan diperhatikan siapa dari
kalangan ahlulbida’ maka tidak diterima Hadist mereka”.
Kelima: Kemudian para Ulama telah menentukan persyaratan-persyaratan yang sangat
ketat dalam menerima riwayat Hadist dan untuk menentukan keshahihan Hadist dari
kepalsuannya, yang semuanya itu merupakan penyebab munculnya disiplin ilmu yang
merupakan keistimewaan ummat ini yang tidak dimiliki oleh selain ummat Islam,
yaitu ilmu “Mustholah Hadist”, keilmuan yang sangat jeli dan teliti yang
menjelaskan akan kejeniusan para Ulama Hadist dan kejelian mereka dalam
menentukan kaedah-kaedah dasar dalam periwayatan dan menghukumi Hadist, ia
merupakan benteng yang sangat kokoh untuk menjaga kesucian Hadist dari
kekotoran tangan-tangan para perusak dan penebar fitnah dari kalangan ahlul
bid’ah dan zindiq.
Dari apa
yang diuraikan menjadi jelaslah kebatilan syubhat-syubhat kaum orientalis dan
para pengikutnya dan nyatalah kedustaan mereka, dan bahwasanya hasil penelitian
mereka tentang Islam dan Sunnah hanya kesalahan belaka karena jauh dari
metodologi yang benar dan sikap yang obyektif serta ilmiah, yang pada
hakekatnya hal itu tidaklah muncul dari mereka kecuali karena disebabkan
kebencian yang mendalam terhadap Islam dan Hadist
Oleh karena
itu hendaklah kaum Muslimin waspada dan berhati-hati dari syubhat-syubhat,
makar dan propaganda-propaganda musuh-musuh Islam dari kalangan non Islam dan
para pengikut mereka dari kalangan munafiqin yang berkedok Islam, sementara
mereka adalah orang yang telah menjual keIslaman yang prinsipil yaitu aqidah
mereka kepada musuh-musuh Islam, sehingga mereka menjadi boneka-boneka para
orientalis dalam menghujat Islam dan Hadist, ibarat musuh dalam selimut yang
menggunting kain dalam lipatan.
Sumber :
Majalah As Sunnah Edisi 10 Tahun XV Rabi’ul Awwal 1433H
Abu Jeehan
Pekanbaru,
22 Dzulhijjah 1436H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar