Senin, 05 Oktober 2015

Menyingkap Syubhat Orientalis Tentang Hadist (Terakhir)





SYUBHAT KEEMPAT

Banyak Munculnya Para Pemalsu hadist Yang Menyebabkan Berkurangnya Kepercayaan Terhadap Hadist

Mereka mengatakan bahwa diantara dampak negatif dari keterlambatan penulisan hadist setelah abad pertama Hijriyah adalah terbuka luas pintu periwayatan dan pemalsuan hadist tanpa batas dan aturan. Semenjak fitnah terbunuhnya Khalifah Utsman sehingga jumlah hadist-hadist palsu yang berkembang telah melebihi yang masih banyak terdapat dalam literatur-literatur dan kitab-kitab hadist yang ada di tangan kaum Muslimin di belahan dunia Timur dan barat, yang menyebabkan berkurangnya kepercayaan terhadap keshohihan/keabsahan hadist dan menjadikan seseorang tidak percaya dengan hadist.

Kesimpulan dari syubhat ini adalah bahwa mengingkari keberadaan hadist sebagai hujjah dalam penetapan hukum dan mencela kredibilitas dan kejujuran para perawi hadist yang hidup di ketiga kurun yang mulia.

BANTAHAN

Pernyataan diatas jelas merupakan kebatilan dan kebohongan yang nyata, kesimpulan yang jauh dari penelitian ilmiah dan sikap obyektif, hal ini terlihat dari beberapa point berikut:

Pertama: Tidak dipungkiri bahwasanya telah muncul para pembohong dan para pemalsu hadist. Mereka menisbatkannya kepada Rasulullah dan menebarkan bermacam fitnah. Namun para orientalis pura-pura bodoh atau mereka benar-benar bodoh tentang hakekat sejarah yang mewarnai dan mendominasi kehidupan kaum Muslimin tentang Hadist Nabawiyah. Karena betapa banyak perawi Hadist yang amanah dan jujur serta memiliki kredibilitas yang tinggi, begitu juga para Ulama  Hadist yang memiliki loyalitas besar kepada Hadist yang membentengi dan menjaga Hadist-Hadist Rasulullah dengan benteng yang kuat yang tidak mampu ditembus oleh para pemalsu dan pembohong. Sehingga para Ulama Hadist dengan taufik Allah , kemudian dengan keilmuan yang luas, kejelian, kesungguhan dan kesabaran, mereka mampu menyingkap kedok para pembohong dan membongkar niat jelek mereka dan menepis segala propaganda dan makar yang mereka lancarkan untuk menghancurkan Islam, sehingga tidak tertinggal sedikitpun peluang bagi para pemalsu dan pembohong untuk mempermainkan hadist dan menodai kesuciannya. Sehingga muncullah banyak karya Ulama yang mengupas dan menyingkap tentang perihal para palsu dan Hadist-Hadist palsu.

Kedua: Adapun perkataan para orientalis bahwa pemalsuan Hadist telah muncul sejak zaman Nabi dan pemalsuan tersebut dilakukan oleh para Sahabat, maka ini jelas kebohongan yang nyata, dan para Shahabat berlepas diri dari kedustaan ini. Karena kondisi dan perihal para shahabat yang hidup bersama Rasulullah yang telah mendapat rekomendasi dari Allah dan RasulNya, yang telah mengorbankan jiwa raga dan harta mereka untuk memperjuangkan agama Allah, kecintaan kepada Allah dan RasulNya telah menyatu dengan darah dan daging mereka, mustahil dengan keadaan seperti ini mereka akan berbohong atas nama Allah dan Rasulullah , sedang mereka telah membaca ayat-ayat Qur’an dan Hadist-Hadist Nabawiyah yang mengancam para pembohong dengan azab yang sangat pedih, seperti firman Allah :

Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah dan mendustakan kebenaran ketika datang kepadanya? Bukankah di neraka Jahannam tersedia tempat tinggal bagi orang-orang yang kafir? {QS Az Zumar 32}

Dan firman Allah :

Katakanlah: Seseungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tidak beruntung {QS Yunus 69}

Dan Hadist Rasulullah :

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عُبَيْدٍ الْغُبَرِيُّ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنْ أَبِي حَصِينٍ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ubaid al-Ghubari telah menceritakan kepada kami Abu Awanah dari Abu Hashin dari Abu Shalih dari Abu Hurairah dia berkata, "Rasulullah bersabda: "Barangsiapa berdusta atas namaku maka hendaklah dia menempati tempat duduknya dari neraka." {HR Bukhori 1291, Muslim 4}

Ketiga: Para Ulama berbeda pendapat kapan munculnya pemalsuan Hadist, kepada dua pendapat :
1.    Pemalsuan Hadist muncul di zaman Nabi .
2.    Pemalsuan Hadist muncul tatkala munculnya fitnah yang dikobarkan apinya oleh orang-orang yang benci kepada Islam, dan secara spesifik muncul pada tahun 40 Hijriyah, pasca fitnah yang terjadi antara Ali dan Mu’awiyah. Dan bisa jadi munculnya setelah fitnah pembunuhan Khalifah Utsman

Terlepas dari perbedaan tersebut, yang jelas tidak mungkin pemalsuan tersebut muncul dari para Shahabat yang dikenal dengan kejujuran, amanah dan loyalitas tinggi terhadap agama dan Sunnah Rasulullah . Adapun yang mengatakan bahwa pemalsuan tersebut muncul di zaman Nabi , maka hal ini sama sekali tidak akan menimbulkan keraguan akan kejujuran para shahabat, sebab yang hidup di zaman Rasul juga banyak kaum munafiqin yang menyembunyikan kebencian kepada Islam dan kaum Muslimin.

Keempat: Sejak munculnya fitnah, maka para Ulama Salaf dan Ahli Hadist telah melakukan usaha yang optimal dan mengambil langkah-langkah positif untuk menjaga kesucian Hadist dan makar para pemalsu, sehingga mereka sangat berhati-hati dalam menerima riwayat, mereka tidak menerimanya kecuali bila diketahui kejujuran para perawinya dan keshahihan sanadnya. Sebagaimana Imam Ibn Sirrin berkata: “Dahulunya mereka tidak menanyakan tentang sanad (Hadist), maka tatkala terjadi fitnah, mereka mengatakan: Sebutkan/jelaskan kepada kami para perawi kalian (sanad Hadist), lalu diperhatikan siapa dari kalangan Ahlussunnah maka diterima Hadist mereka, dan diperhatikan siapa dari kalangan ahlulbida’ maka tidak diterima Hadist mereka”.

Kelima: Kemudian para Ulama telah menentukan persyaratan-persyaratan yang sangat ketat dalam menerima riwayat Hadist dan untuk menentukan keshahihan Hadist dari kepalsuannya, yang semuanya itu merupakan penyebab munculnya disiplin ilmu yang merupakan keistimewaan ummat ini yang tidak dimiliki oleh selain ummat Islam, yaitu ilmu “Mustholah Hadist”, keilmuan yang sangat jeli dan teliti yang menjelaskan akan kejeniusan para Ulama Hadist dan kejelian mereka dalam menentukan kaedah-kaedah dasar dalam periwayatan dan menghukumi Hadist, ia merupakan benteng yang sangat kokoh untuk menjaga kesucian Hadist dari kekotoran tangan-tangan para perusak dan penebar fitnah dari kalangan ahlul bid’ah dan zindiq.

Dari apa yang diuraikan menjadi jelaslah kebatilan syubhat-syubhat kaum orientalis dan para pengikutnya dan nyatalah kedustaan mereka, dan bahwasanya hasil penelitian mereka tentang Islam dan Sunnah hanya kesalahan belaka karena jauh dari metodologi yang benar dan sikap yang obyektif serta ilmiah, yang pada hakekatnya hal itu tidaklah muncul dari mereka kecuali karena disebabkan kebencian yang mendalam terhadap Islam dan Hadist
Oleh karena itu hendaklah kaum Muslimin waspada dan berhati-hati dari syubhat-syubhat, makar dan propaganda-propaganda musuh-musuh Islam dari kalangan non Islam dan para pengikut mereka dari kalangan munafiqin yang berkedok Islam, sementara mereka adalah orang yang telah menjual keIslaman yang prinsipil yaitu aqidah mereka kepada musuh-musuh Islam, sehingga mereka menjadi boneka-boneka para orientalis dalam menghujat Islam dan Hadist, ibarat musuh dalam selimut yang menggunting kain dalam lipatan.


Sumber : Majalah As Sunnah Edisi 10 Tahun XV Rabi’ul Awwal 1433H

 Abu Jeehan
Pekanbaru, 22 Dzulhijjah 1436H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar