Selasa, 06 Oktober 2015

Masihkah Kita Melakukan Ritual “Selamat Ulang Tahun” ???






Saat ini musibah aqidah melanda kaum muslimin dari Aceh hingga Papua, dari kalangan konglomerat bahkan sampai kaum yang melarat mereka selalu mengucapkan selamat hari lahir baik kepada keluarga dan temannya.

Bahkan bukan hanya kawula muda saja yang melakukan seremonial tahunan ini bahkan yang sudah tua pun masih melakukannya, benarlah apa yang dikatakan oleh Nabi Muhammad .

حَدَّثَنِي سُوَيْدُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا حَفْصُ بْنُ مَيْسَرَةَ حَدَّثَنِي زَيْدُ بْنُ أَسْلَمَ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا فِي جُحْرِ ضَبٍّ لَاتَّبَعْتُمُوهُمْ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ آلْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ فَمَنْ و حَدَّثَنَا عِدَّةٌ مِنْ أَصْحَابِنَا عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي مَرْيَمَ أَخْبَرَنَا أَبُو غَسَّانَ وَهُوَ مُحَمَّدُ بْنُ مُطَرِّفٍ عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ بِهَذَا الْإِسْنَادِ نَحْوَهُ قَالَ أَبُو إِسْحَقَ إِبْرَاهِيمُ بْنُ مُحَمَّدٍ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي مَرْيَمَ حَدَّثَنَا أَبُو غَسَّانَ حَدَّثَنَا زَيْدُ بْنُ أَسْلَمَ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ وَذَكَرَ الْحَدِيثَ نَحْوَهُ

Telah menceritakan kepadaku Suwaid bin Sa'id telah menceritakan kepada kami Hafsh bin Maisarah telah menceritakan kepadaku Zaid bin Aslam dari 'Atha bin Yasar dari Abu Sa'id Al Khudri dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Sungguh, kalian benar-benar akan mengikuti kebiasaan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta, sehingga sekiranya mereka masuk ke dalam lubang biawak pun kalian pasti kalian akan mengikuti mereka. Kami bertanya; Wahai Rasulullah, apakah mereka itu yahudi dan Nasrani? Beliau menjawab: Siapa lagi kalau bukan mereka. Dan telah menceritakan kepada kami beberapa orang dari sahabat kami dari Sa'id bin Abu Maryam Telah mengabarkan kepada kami Abu Gassan yaitu Muhammad bin Mutharrif dari Zaid bin Aslam melalui sanad ini dengan Hadits yang serupa. Abu Ishaq Ibrahim bin Muhammad berkata; Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yahya Telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Maryam Telah menceritakan kepada kami Abu Gassan Telah menceritakan kepada kami Zaid bin Aslam dari Atha' bin Yasar -lalu dia menyebutkan Hadits yang serupa.-{HR Muslim dalam Kitab Ilmu}

Dalam Hadist yang mulia ini Rasulullah mengabarkan bahwa kelak kaum Muslimin akan mengikuti langkah-langkah kebiasaan kaum Yahudi dan Nasrani, salah satunya yakni kebiasaan mengucapkan “selamat ulang tahun” dan yang semisalnya, padahal Islam tidak mengajarkan seperti ini, justru agama non Islam yang mengajarkannya.

Sebagai bukti bahwa ulang tahun adalah tradisi paganisme, Fir’aun merayakan hari lahirnya, sebagaimana terdapat dalam Injil

“Dan terjadilah pada hari ketiga, hari kelahiran fir’aun, maka Fi’raun mengadakan perjamuan untuk semua pegawainya. Ia meninggikan kepala juru minuman dan kepala juru roti itu di tengah-tengah para pegawainya” {Kejadian 40:20}

Pada masa Herodes ulang tahun juga diadakan sebagaimana dalam Injil:

“Tetapi pada hari ulang tahun Herodes, menarilah anak-anak Herodes yang perempuan, Herodiaz ditengah-tengah mereka akan menyukakan hati Herodes” {Matius 14:6}

“Akhirnya tiba juga kesempatan yang baik bagi Herodias, ketika herodes pada hari ulang tahunnya mengadakan perjamuan untuk pembesar-pembesarnya, perwira-perwiranya dan orang-orang termuka di Galilea” {Markus 6:21}

“Oleh sebab itu jikalau orang panjang umurnya, biarlah ia bersuka cita didalamnya” {Pengkhotbah 11:8}

Dari kutipan Injil diatas ternyata kebiasaan kaum Muslimin mengadakan ritual “ulang tahun” itu adalah kebiasaan kaum kuffar.

Teringat penulis akan perkataan Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat hafidzahullah didalam kaedah yang beliau ajarkan yakni “Lau Kaana Khoiron Lasabaquuna Ilaihi”, yakni jikalau perbuatan (ibadah) tersebut baik maka tentu para Shahabat telah lebih dahulu melakukannya.

Nabi Muhammad adalah suritauladan kita dalam memahami Islam. Dalam sejarah perjalanan kehidupan Nabi Muhammad apakah beliau pernah mengucapkan selamat ulang tahun kepada Khadijah (Ummahatul Mu’minin) padahal Beliau orang yang Nabi sayang bahkan Ummahatul Mu’minin Aisyah cemburu kepada Beliau karena Nabi sering mengucapkan namanya dan juga sering mengunjungi makamnya di Baqi’.

Dalam sejarah perjalanan Rasulullah adakah Beliau mengucapkan “selamat ulang tahun” kepada istri-istrinya atau mengucapkan “selamat hari pernikahan” dan lain sebagainya, padahal Nabi sangat sayang terhadap istri-istrinya.

Dalam sejarah perjalanan kehidupannya, apakah Nabi pernah mengucapkan “selamat milad” kepada anak serta cucunya, padahal mereka adalah orang tersayang Nabi.

Dalam sejarah kehidupannya apakah Nabi pernah mengucapkan selamat milad kepada Abubakar dan Umar serta Utsman dan ‘Ali.

Padahal dimasa itu ada sudah almanak Masehi tapi beliau tidak pernah melakukannya, Nabi telah bersabda:

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَلَا هَلَكَ الْمُتَنَطِّعُونَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ

Dari Abdullah bin Mas'ud, dari Nabi , beliau bersabda, "Ketahuilah, sesungguhnya celakalah orang-orang yang berlebihan dan melampaui batas." Beliau mengucapkannya sebanyak tiga kali. {HR Abu Dawud 4608}

Wahai ahlul Islam, janganlah kita melakukan apa yang tidak pernah dicontohkan oleh Nabi Muhammad , padahal Nabi sangat sayang kepada istri, anak, cucu, shahabat dan kepada ummatnya, bahkan menjelang ajal pun nabi masih menyebut: ummati…ummati

Dari uraian diatas maka sebaiknya kaum Muslimin untuk tidak mengadakan seremonial tahunan yakni mengadakan acara ulang tahun atau ulang tahun pernikahan atau yang semisalnya, karena hal itu adalah ritual paganisme yang turun temurun kepada kaum Nasrani lalu diadopsi oleh ummat Islam sehingga menjadi kebiasaan kaum Muslimin yang kaum Muslimin sendiri tidak mengetahui hakekat seremonial tersebut. Ingatlah firman Allah  
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.{QS Al Isro’ 36}

Semoga dengan merenungi ayat diatas kaum Muslimin ketika melakukan perbuatan yang dianggap baik tersebut menyadari bahwa apa-apa yang kita lakukan nanti akan dimintai pertanggungjawabannya.


Wallahu a’lam

Sumber:       Ebook Qur’an Terjemahan
                   Ebook Shahih Muslim
                   Ebook Shahih Abu Dawud
                   ForumKristen.com

Abu Jeehan
Pekanbaru, 22 Dzulhijjah 1436H
                  





Tidak ada komentar:

Posting Komentar