Selasa, 27 Oktober 2015

Al Matiin (Yang Maha Kokoh)





 

Dasar Penetapan

Nama Allah yang agung ini disebutkan dalam firmanNya:

“Seseungguhnya Allah, Dialah Maha Pemberi Rizki, Yang Maha Mempunyai Kekuatan lagi Maha Kokoh {QS Adz Dzariyat 58}

Berdasarkan ayat ini, para Ulama menetapkan nama Al-Matiin (Yang Maha Kokoh) sebagai salah satu dari nama-nama Allah .

Penjabaran Makna Nama Allah Al-Matiin

Ibn Faris menjelaskan bahwa materi dasar dari nama ini yaitu (م ت ن) menunjukkan kekokohan pada sesuatu yang disertai (makna) tinggi[i]

Fairuz Abadi menjelaskan diantara makna dasar kata ini permukaan bumi yang sangat kokoh dan tinggi[ii]

Imam ibn Atsir mengatakan, al Matiin adalah Yang Maha Kuat dan Kokoh, yang dalam melakukan semua perbuatanNya, Allah tidak merasa susah, berat maupun payah[iii]

Nama Allah Yang Maha Mulia ini maknanya hampir sama dengan beberapa nama Allah yang Maha Agung lainnya, yaitu “Al Qawiy” (Yang Maha Kuat), “Al ‘Aziz” (Yang Maha Perkasa) dan “Al Qadir” (Yang Maha Mampu/Berkuasa)

Makna Al-Matiin adalah Yang Maha sangat kuat, sedangkan Al Qawiy adalah Yang tidak ada sesuatupun yang mampu menundukkan dan mengalahkanNya, serta menolak ketentuanNya. Dia (Maha Mampu) memberlakukan perintah dan ketentuanNya kepada semua makhlukNya (tanpa ada satupun yang mampu menghalanginya). Dia mampu memuliakan siapapun yang dikehendakiNya dan mampu menjadikan hina siapapun yang dikehendakiNya. Allah mampu menolong siapa yang dikehendakiNya serta tidak menolong siapa yang dikehendakiNya. Segala (daya dan) kekuatan hanya milik Allah, tidak akan ada orang yang mendapatkan kemenangan kecuali orang yang ditolongNya serta tidak akan ada yang mendapatkan kemuliaan kecuali orang yang dimuliakanNya. Orang yang tidak ditolong oleh Allah pasti akan kalah dan orang yang dihinakanNya pasti akan hina. Allah berfirman:

Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal {QS Ali Imron 160}

Dalam ayat lain Allah berfirman:

…Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal) {QS Al Baqoroh 165}

Syaikh Abdurrahman as-Sa’di ketika menafsirkan ayat diatas, beliau mengatakan, “artinya, Dialah yang memiliki semua kekuatan dan keperkasaan. Dengannya, Allah menciptakan benda-benda yang sangat besar (di alam semesta) di langit maupun di bumi, dan mengatur semua urusan yang tampak maupun tidak tampak.

KehendakNya berlaku pada semua makhlukNya, apa yang dikehendakiNya pasti terjadi dan apa yang tidak dikehendakiNya pasti tidak akan terjadi.

Orang yang berpaling dariNya tidak akan lepas, (karena) tidak ada sesuatupun yang luput dari kekuasaanNya.

Diantara (bukti) kemahakuatan dan kemahaperkasaanNya adalah: Allah mampu memberikan rizki kepada semua makhluk di alam semesta, Dia mampu membangkitkan manusia pada hari kebangkitan setelah tubuh mereka hancur membusuk.

Tidak ada seorang manusiapun yang luput dariNya (pada hari kebangkitan) dan Dia Maha Mengetahui apa yang dihancurkan oleh bumi seperti tubuh-tubuh mereka, maka Maha Suci (Allah) Yang Maha Kuat lagi Maha Perkasa.
Diantara bukti keMaha PerkasaanNya adalah Allah mampu memenangkan dan memberikan pertolongan kepada para Nabi dan pengikut mereka meskipun jumlah dan persiapan mereka sangat sedikit, sementara jumlah dan persiapan musuh-musuh mereka sangat banyak. Allah berfirman:

…Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar. {QS Al Baqoroh 249}

Dalam ayat lain, Allah berfirman:

Allah telah menetapkan: "Aku dan rasul-rasul-Ku pasti menang." Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa. {QS Al Mujadilah 21}

Dan diantara bukti kemahaperkasaanNya adalah Allah mampu menimpakan kebinasaan kepada orang-orang yang berbuat zhalim dan menimpakan berbagai macam azab kepada yang berbuat maksiat di dunia. Allah berfirman:

(keadaan mereka) serupa dengan keadaan Fir'aun dan pengikut-pengikutnya serta orang-orang yang sebelumnya. Mereka mengingkari ayat-ayat Allah, maka Allah menyiksa mereka disebabkan dosa-dosanya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi amat keras siksaan-Nya {QS Al Anfal 52}

Juga firmanNya:

Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi, lalu memperhatikan betapa kesudahan orang-orang yang sebelum mereka. Mereka itu adalah lebih hebat kekuatannya daripada mereka dan (lebih banyak) bekas-bekas mereka di muka bumi[1319], maka Allah mengazab mereka disebabkan dosa-dosa mereka. Dan mereka tidak mempunyai seorang pelindung dari azab Allah. Yang demiklan itu adalah karena telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata[1320] lalu mereka kafir; maka Allah mengazab mereka. Sesungguhnya Dia Maha Kuat lagi Maha Keras hukuman-Nya {QS Al Mu’min 21-22}

Dan termasuk bukti  kemahaperkasaanNya adalah Dia Maha mampu melakukan apa yang dikehendakiNya, sehingga tidak ada sesuatupun yang terjadi di alam semesta ini baik berupa gerakan atau diam, tinggi atau rendah, mulia atau hina, kecuali dengan izinNya semata, tanpa ada yang mampu menghalangi dan mengalahkanNya, sebagaimana dalam firmanNya:

Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.{QS Al A’rof 54}

Juga dalam firmanNya:

Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorangpun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah maka tidak seorangpun yang sanggup melepaskannya sesudah itu. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. {QS Fathir 2}

Juga termasuk bukti kemahakuasaanNya adalah berbagai bentuk azab pedih yang disediakanNya bagi penghuni neraka di akhirat nanti, serta berbagai macam kenikmatan dan kesenangan yang berlimpah ruah, tidak terputus dan terus menerus, yang Allah sediakan bagi penghuni surga

Pengaruh Positif Dan Manfaat Mengimani Nama Allah Al Matiin

Keimanan yang benar terhadap nama Allah Yang Maha Agung ini akan membuahkan dalam hati seorang hamba perasaan tunduk, merendahkan diri, takut dan selalu bersandar kepada Allah semata, serta selalu bertawakkal (berserah diri), taat, memasrahkan segala urusan dan berlepas diri dari (segala) daya dan kekuatan kecuali dengan (pertolongan)-Nya

Oleh karena itulah, kalimat dzikir “Laa Haula Wala Quwwata Illa Billah” (tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolonganNya) kedudukannya dalam Islam sangat agung, serta memiliki pengaruh yang sangat besar dalam menumbuhkan serta menyuburkan keimanan dalam hati seorang hamba.

Rasulullah bersabda:

حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ عَنْ أَيُّوبَ عَنْ أَبِي عُثْمَانَ عَنْ أَبِي مُوسَى رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَفَرٍ فَكُنَّا إِذَا عَلَوْنَا كَبَّرْنَا فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّهَا النَّاسُ ارْبَعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ فَإِنَّكُمْ لَا تَدْعُونَ أَصَمَّ وَلَا غَائِبًا وَلَكِنْ تَدْعُونَ سَمِيعًا بَصِيرًا ثُمَّ أَتَى عَلَيَّ وَأَنَا أَقُولُ فِي نَفْسِي لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ فَقَالَ يَا عَبْدَ اللَّهِ بْنَ قَيْسٍ قُلْ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ فَإِنَّهَا كَنْزٌ مِنْ كُنُوزِ الْجَنَّةِ أَوْ قَالَ أَلَا أَدُلُّكَ عَلَى كَلِمَةٍ هِيَ كَنْزٌ مِنْ كُنُوزِ الْجَنَّةِ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ

Telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Harb telah menceritakan kepada kami Hammad bin Zaid dari Ayyub dari Abu Utsman dari Abu Musa radliallahu 'anhu dia berkata; "Kami bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam di suatu perjalanan, apabila kami berjalan ke tempat yang agak tinggi, kami pun bertakbir, maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Saudara-saudara sekalian, rendahkanlah suara kalian! Sesungguhnya kalian tidak berdoa kepada Dzat yang tuli dan jauh. Tetapi kalian berdoa kepada Dzat Yang Maha Mendengar dan Maha Dekat.' Kemudian beliau mendatangiku, sedangkan diriku tengah membaca; 'Laa haula wa laa quwwata ilIa billaah' (Tiada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan AlIah). Kemudian beliau bersabda: 'Hai Abdullah bin Qais, 'Ucapkanlah: Laa haula wala quwwata illaa billaah, karena itu adalah salah satu dari perbendaharaan surga -atau beliau bersabda; 'Maukah aku tunjukkan kepadamu suatu kalimat, yang termasuk salah satu dari perbendaharaan surga? Yaitu; Laa haula walaa quwwata illaa billah' (Tiada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan AIIah). {HR Bukhori no 6952, Muslim no 2704}

Dzikir ini mengandung konsekuensi ketundukan, kepatuhan, bersandar dan penyerahan diri yang seutuhnya kepada Allah , serta sikap berlepas diri dari semua daya dan kekuatan kecuali dengan pertolonganNya. Dan menyadari bahwa seorang hamba tidak memiliki sedikitpun kemampuan untuk mendatangkan kebaikan dan menolak keburukan dari dirinya kecuali dengan izinNya. Bahkan dia tidak mampu untuk meninggalkan perbuatan maksiat untuk menggantinya dengan ketaatan, sakit menjadi sehat, lemah menjadi kuat dan kurang menjadi sempurna kecuali dengan (pertolonganNya). Ringkasnya seorang hamba tidak akan mampu melaksanakan semua urusan dalam kehidupannya kecuali dengan pertolonganNya

Barangsiapa mengucapkan kalimat ini dengan benar-benar merealisasikan konsekuensinya, yaitu berserah diri dan bersandar sepenuhnya kepada Allah , maka dia akan diberi petunjuk oleh Allah , dicukupkan dalam segala keperluannya dan dijaga dari semua keburukan, sehingga dia akan menjadi orang yang paling tegar hatinya dan paling baik keadaannya

Penutup

Demikianlah kami akhiri tulisan ini dengan memohon kepada Allah dengan nama-namaNya yang Maha Indah dan sifat-sifatNya yang Maha Sempurna, agar Dia senantiasa menganugerahkan kepada kita petunjuk dan taufikNya, serta kecukupan dan penjagaan dariNya, sesungguhnya Dia Maha Kokoh lagi Perkasa, dan Maha Mengabulkan Do’a



Sumber: Majalah As Sunnah edisi 01/Thn XIV/Rabiul Tsani 1431H


Pekanbaru, 15 Muharram 1437H





[i]  Mu’jam Maqayisil Lughah (51236)
[ii] Qomus Al Muhith (hal 1591)
[iii] An Nihayah fi Garibil Hadist (4/613)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar